﷽ Refleksi Kebersamaan di Rumah Allah
Masjid bukan hanya tempat sujud, tetapi juga pusat peradaban umat. Di sanalah hati-hati kaum muslimin dipertautkan, jiwa-jiwa dikuatkan, dan ilmu ditumbuhkan. Foto ini merekam suasana kebersamaan: para orang tua, anak muda, hingga anak-anak, semua duduk dengan penuh ketenangan mendengar lantunan ilmu dan nasihat.
Islam mengajarkan bahwa duduk di majelis ilmu adalah bagian dari ibadah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Dari suasana ini, ada beberapa pelajaran berharga
Kebersamaan lintas generasi
Terlihat para orang tua duduk berdampingan dengan anak-anak muda, bahkan anak-anak kecil pun hadir. Inilah cara Islam menjaga kesinambungan iman: dari generasi ke generasi.
Adab dalam majelis: Duduk dengan tertib, mendengarkan dengan khusyuk, dan menghormati yang berbicara. Inilah cermin akhlak Islami yang harus kita jaga.
Masjid sebagai pusat pembinaan umat: Bukan sekadar tempat shalat, tetapi juga pusat pendidikan, dakwah, dan persatuan.
Kehadiran adalah bukti cinta
Siapa yang hatinya terpaut dengan masjid, Allah menjanjikan naungan pada hari tiada naungan selain naungan-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Mari kita terus ramaikan rumah Allah dengan dzikir, shalat berjamaah, dan majelis ilmu. Sebab, dari masjidlah cahaya Islam memancar, menuntun umat menuju keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
“Masjid bukan hanya bangunan, ia adalah taman hati, tempat bertumbuhnya iman, dan ruang yang mengikat persaudaraan.”
﷽ KEWAJIBAN HAMBA DALAM MENJALANI AGAMANYA.
Setiap manusia yang lahir ke dunia pada hakikatnya adalah hamba Allah ﷻ. Status kehambaan ini melekat sejak awal penciptaan, sebagaimana firman-Nya:
> “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ayat ini menjadi penegasan bahwa kewajiban utama seorang hamba adalah mengabdi kepada Allah. Pengabdian itu terwujud dalam bentuk pengakuan hati, ucapan lisan, serta amal perbuatan yang sesuai dengan syariat-Nya.
1. Kewajiban Mengenal Allah (Tauhid)
Kewajiban pertama dan paling mendasar seorang hamba adalah mengenal dan mengesakan Allah. Tauhid adalah inti dari ajaran Islam. Tanpa tauhid, seluruh amal ibadah menjadi sia-sia. Inilah makna dari kalimat syahadat Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah.
2. Kewajiban Melaksanakan Ibadah
Seorang hamba diwajibkan menegakkan rukun Islam: shalat, zakat, puasa, haji bagi yang mampu. Ibadah-ibadah ini bukan hanya rutinitas, melainkan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengingatkan manusia akan tujuan hidupnya.
3. Kewajiban Menuntut Ilmu
Agama tidak bisa dijalani tanpa ilmu. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Ilmu agama menjadi pedoman agar ibadah benar sesuai tuntunan, bukan sekadar mengikuti hawa nafsu atau tradisi yang menyimpang.
4. Kewajiban Menjaga Akhlak
Agama bukan hanya soal ritual, tetapi juga akhlak. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Seorang hamba dituntut untuk berlaku jujur, amanah, sabar, rendah hati, serta menjauhi sifat sombong dan zalim. Akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang benar.
5. Kewajiban Berdakwah dan Menyebarkan Kebaikan
Setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran sesuai dengan kemampuan. Allah ﷻ berfirman:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Kewajiban Bersabar dan Bertawakal
Menjalani agama bukan tanpa ujian. Seorang hamba harus sabar dalam menghadapi cobaan hidup, serta bertawakal penuh kepada Allah dalam setiap urusan.
Kewajiban Menjaga Kesucian Agama: Agama adalah amanah. Seorang hamba wajib menjaga kemurnian ajaran Islam, tidak menambah atau mengurangi syariat. Menjauhi bid’ah dan taklid buta adalah bagian dari menjaga agama agar tetap sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
Penutup: Pada akhirnya, kewajiban seorang hamba dalam menjalani agamanya adalah bukti cinta dan ketaatan kepada Allah. Karenanya, semakin seorang hamba taat, semakin ia merasakan ketenangan dan kebahagiaan sejati dalam kehidupannya. Maka dari itu, marilah kita tingkatkan ketaatan kita kepada Allah SWT untuk meraih kebahagiaan hakiki.
Maka, marilah kita menjalani agama ini dengan penuh kesadaran, bukan sekadar kewajiban formalitas, tetapi sebagai jalan hidup menuju ridha Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
