Opinion
Beranda » Berita » Kezaliman Penguasa Adalah Bagian dari Hukuman Allah

Kezaliman Penguasa Adalah Bagian dari Hukuman Allah

Kezaliman Penguasa Adalah Bagian dari Hukuman Allah

﷽ Kezaliman Penguasa Adalah Bagian dari Hukuman Allah

 

Setiap pemimpin harus memikul amanah besar dalam kepemimpinannya di tengah kehidupan umat manusia dan kelak akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah ﷻ. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, seorang tabi’in yang terkenal dengan kezuhudannya, menyampaikan nasihat penuh hikmah. Beliau berkata:

“Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu– bahwa kezaliman penguasa adalah bagian dari hukuman Allah. Dan hukuman Allah tidak dihadapi dengan pedang, tapi dengan taubat dan kembali kepada-Nya.” (Al-Amru bil Ma’ruf Li Ibni Abid Dunya, 22)

Nasihat ini mengandung makna yang sangat mendalam. Bahwa kezaliman, khususnya yang datang dari pemimpin, bukanlah sekadar sebuah kebetulan atau fenomena politik biasa. Ia merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu cara Allah menimpakan hukuman kepada suatu kaum akibat banyaknya dosa dan maksiat yang dilakukan.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kezaliman Sebagai Cerminan Dosa Umat

Ketika masyarakat jauh dari ketaatan kepada Allah, maka Allah pun memberikan pemimpin yang zalim sebagai bentuk peringatan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebagaimana keadaan kalian, demikianlah pemimpin kalian.”
(HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

Artinya, pemimpin adalah cermin dari rakyatnya. Jika rakyat dipenuhi dengan kemaksiatan, maka jangan heran jika Allah menguasakan atas mereka penguasa yang zalim.

Menghadapi Kezaliman dengan Taubat, Bukan Pedang

Al-Hasan Al-Bashri menekankan bahwa menghadapi kezaliman bukanlah dengan kekerasan atau pertumpahan darah, melainkan dengan taubat, dzikir, dan kembali kepada Allah.

Karena hakikatnya, kezaliman pemimpin adalah hukuman dari Allah. Maka, jalan keluarnya adalah memperbaiki hubungan dengan Allah, bukan sekadar mengangkat senjata.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ini bukan berarti kita diam terhadap kemungkaran, tetapi cara yang ditempuh haruslah sesuai dengan syariat: amar ma’ruf nahi munkar, nasihat dengan hikmah, serta memperbanyak istighfar dan doa.

Ujian Kesabaran dan Kesadaran Kolektif

Kezaliman penguasa juga menjadi ujian bagi umat. Apakah mereka akan larut dalam keputusasaan dan kebencian, atau justru kembali kepada Allah dengan penuh ketundukan?

Allah ﷻ berfirman:

“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain, disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al-An’am: 129)

Ayat ini menegaskan bahwa kezaliman pemimpin adalah konsekuensi dari ulah manusia itu sendiri.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Solusi: Perbaikan Diri dan Doa untuk Negeri

Solusi terbaik bagi umat adalah memperbaiki diri, memperbanyak amal kebaikan, dan memohon kepada Allah agar diberikan pemimpin yang adil, amanah, dan takut kepada-Nya. Inilah yang disebut dengan islahun-nafs (perbaikan diri) yang kemudian meluas menjadi islahul-ummah (perbaikan umat).

Jangan pernah remehkan doa, karena doa adalah senjata mukmin. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk selalu berdoa:

“Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku lalu ia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Dan siapa saja yang mengurus urusan umatku lalu ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia.” (HR. Muslim)

Penutup: Kezaliman penguasa akan sirna ketika umat bertaubat

Pesan ini seharusnya menjadi renungan bersama: bahwa kezaliman penguasa bukan hanya kesalahan pribadi seorang pemimpin, melainkan peringatan dari Allah atas keadaan umat. Maka, cara menghadapinya adalah dengan kembali kepada Allah, memperbanyak istighfar, dzikir, doa, serta menebar amal kebaikan.

Kezaliman penguasa akan sirna ketika umat bertaubat. Sebab, Allah telah menjanjikan:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Wallahu a’lam. Jangan lupa dzikir pagi dan petang, karena itulah benteng hati menghadapi segala ujian zaman. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Islandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement