Opinion
Beranda » Berita » Evaluasi Pemahaman Moderasi Beragama di Indonesia

Evaluasi Pemahaman Moderasi Beragama di Indonesia

Evaluasi pemahaman moderasi beragama diindonesia.

Evaluasi pemahaman moderasi beragama di Indonesia.

Evaluasi terkait pemahaman moderasi beragama di Indonesia berdasarkan kajian dan data terkini.

Tingkat Pemahaman dan Sikap pada Agen Moderasi Beragama (Guru dan Penyuluh)

Survei terhadap penyuluh agama dan guru madrasah menunjukkan bahwa sikap moderasi beragama sudah berada di kategori tinggi. Dengan nilai rata-rata sikap sebesar 3,62 (penyuluh) dan 3,52 (guru) dalam skala 4. Pemahaman moderasi beragama juga tergolong tinggi hingga sedang, dengan skor rata-rata 0,67 (penyuluh) dan 0,65 (guru) dalam skala 0-1 .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek toleransi keagamaan, terutama antaragama, memiliki pemahaman yang paling rendah.

Evaluasi program PPMB mengungkapkan bahwa pelatihan moderasi beragama belum efektif menjangkau target secara merata, dengan partisipasi guru hanya 0,9% dan penyuluh 17%. Rekomendasi dari evaluasi ini berupa perlunya metode pelatihan yang lebih inklusif dan ekstensif, seperti penggunaan MOOCs dan kolaborasi lintas lembaga.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Keseragaman Persepsi dalam Kalangan Guru PAI

Di Sumatera, evaluasi menyimpulkan bahwa belum ada kesamaan persepsi mengenai konsep moderasi beragama di kalangan guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Perbedaan indikator moderasi sebagai acuan materi ajar menjadi penyebab hal ini.

Skor pemahaman para guru PAI berada di kisaran 58,22 %, yang masuk dalam kategori sedang .

Rekomendasinya adalah perlunya penyamaan persepsi melalui sosialisasi masif dan pelibatan asosiasi guru seperti AGPAI dan MGMP PAI, serta penguatan melalui pelatihan dan platform digital pembelajaran moderasi beragama.

Evaluasi di Tingkat Peserta Didik dan Satuan Pendidikan

Pada MIN 2 Pamekasan, evaluasi pembelajaran moderasi beragama menunjukkan bahwa penguatan toleransi melalui integrasi nilai moderasi dalam kurikulum, pelatihan guru, dan kegiatan ekstrakurikuler berjalan efektif. Faktor pendukung keberhasilan mencakup keterlibatan orang tua dan masyarakat, serta evaluasi materi dan metode secara berkala .

Di SMP PGRI Ngraho (Bojonegoro), penerapan moderasi beragama membantu menguatkan sikap toleran siswa, menjauhi fanatisme kelompok, menghormati budaya, serta memperkuat persatuan. Hasilnya menunjukkan perubahan positif dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa .

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Di SD Negeri 03 Pontianak, evaluasi mengintegrasikan moderasi ke dalam penilaian kognitif (melalui tes tertulis) dan psikomotorik (melalui rubrik sikap), menekankan sikap toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman .

Evaluasi lain pada madrasah (kurikulum PAI) mengungkapkan bahwa:

Meskipun banyak guru memahami moderasi beragama dengan baik, ada kesulitan dalam konsistensi penerapan dalam tiap tema karena keterbatasan waktu.

RPP menunjukkan bahwa 60 % guru telah mengintegrasikan moderasi ke dalam materi melalui contoh nyata atau refleksi ayat Al-Qur’an, namun masih perlu penyempurnaan.

Melalui pembiasaan rutin di sekolah, SDIT Cendekia (Purwakarta) telah menerapkan moderasi beragama dan menghasilkan karakter siswa yang toleran dan menghargai perbedaan.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Pengembangan Alat Ukur dan Panduan M-E (Monitoring dan Evaluasi)

Saat ini, alat ukur moderasi beragama belum ada yang bersifat baku dan menyeluruh. Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag sedang mengembangkan alat ukuran menggunakan empat indikator: komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal.

Alat ini telah diuji pada MA dan SMA, meski masih dalam status pengembangan dan perlu penyempurnaan lebih lanjut.

Untuk memperkuat program penguatan moderasi secara nasional, Badan Litbang dan Diklat Kemenag tengah menyusun Panduan Monitoring dan Evaluasi (M-E) berbasis Perpres No. 58 tahun 2023, yang mencakup indikator, ekosistem, hingga pelaporan hasil ke tingkat pusat.

Ringkasan Utama: Aspek Temuan

Pemahaman & Sikap Tingkat tinggi pada agen moderasi, namun toleransi antaragama masih rendah. Persepsi Guru PAI Bervariasi, perlu keseragaman indikator dan materi. Evaluasi di Satuan Pendidikan Banyak program berhasil menanamkan moderasi, namun penerapan tidak konsisten. Alat Ukur & M-E Sedang dikembangkan, perlu penyempurnaan dan adopsi sistematis.

Secara umum, pemahaman moderasi beragama telah berada pada level yang cukup baik di kalangan pengajar dan penyuluh. Namun, terdapat sejumlah tantangan, di antaranya:

1. Keterbatasan pelatihan yang menjangkau sedikit peserta.
2. Kesenjangan toleransi antaragama yang belum optimal.
3. Persepsi dan indikator yang belum seragam di kalangan guru.
4. Kebutuhan alat ukur dan panduan evaluasi yang baku dan digunakan secara sistematis.

Upaya ke depan harus mencakup perluasan akses pelatihan, penyusunan indikator dan materi ajar bersama, pengembangan alat ukur yang valid, serta monitoring dan evaluasi berbasis data yang terkoordinasi di tingkat nasional, daerah, hingga unit pendidikan. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat  (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement