SURAU.CO- Kitab Akhlaq lil Banin karya al-Ustadz Umar bin Ahmad Baraja merupakan panduan akhlak klasik yang menyentuh sisi paling personal dari kehidupan santri. Beliau adalah ulama asal Hadramaut yang hidup pada abad ke-20 dan terkenal melalui dedikasinya dalam pendidikan karakter anak-anak Muslim.
Juz 3 dari kitab ini berisi nasihat tentang macam-macam adab dalam keseharian, seperti berjalan, duduk, berbicara, dan bersosialisasi. Kitab ini bukan sekadar buku pelajaran, tetapi warisan nilai yang mendalam dan membumi. Ditulis dengan gaya lemah lembut namun tegas, kitab ini mengajarkan bahwa adab adalah jalan menuju kemuliaan.
1. Awali Langkah dengan Doa dan Niat Baik
Umar Baraja membuka bab ini dengan seruan: “Sesungguhnya berjalan itu mempunyai adab-adab wahai anak tercinta yang harus engkau amalkan agar engkau selamat dari gangguan dan hidup terhormat di antara masyarakat.”
Adab pertama adalah keluar rumah dengan mendahulukan kaki kiri dan membaca doa:
“Bismillāh, tawakkaltu ‘alallāh, lā haula wa lā quwwata illā billāh…”
Doa ini mengandung makna perlindungan dari segala bentuk kesesatan, kezaliman, hingga kelalaian sosial. Langkah kaki bukan hanya pergerakan fisik, tetapi cerminan spiritualitas.
Selain itu, Baraja menekankan bahwa kaki merupakan amanat dari Allah. Kaki akan menjadi saksi di hari kiamat atas semua perjalanan yang kita tempuh:
“Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nur: 24)
Maka, niatkanlah berjalan untuk hal yang bermanfaat, bukan untuk maksiat atau menyakiti orang lain.
2. Jaga Sikap, Jaga Pandangan
Umar Baraja mengingatkan agar tidak berjalan dengan sombong, tidak memakai satu sandal, serta tidak berlenggang ke kanan dan kiri. Hal ini bukan hanya soal estetika gerak, tetapi ekspresi dari kerendahan hati:
“Janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup menembus bumi dan tidak akan mencapai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra: 37)
Rasulullah SAW juga memperingatkan:
“Janganlah seseorang dari kamu berjalan dalam satu sandal.”
Lebih lanjut, beliau melarang berjalan sambil menoleh tanpa keperluan, meniru gerakan perempuan, serta memandang ke arah yang bukan mahram. Semua larangan ini bertujuan menjaga kesucian hati dari syahwat dan bisikan buruk.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30)
3. Menebar Salam dan Menyingkirkan Gangguan
Adab yang sangat dianjurkan adalah memberi salam, bahkan kepada orang yang tidak dikenal. Dalam hadits disebutkan:
“Engkau beri makan orang lain dan engkau sampaikan salam kepada siapa yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal.”
Baraja juga menekankan pentingnya menyingkirkan gangguan dari jalan:
“Iman itu memiliki lebih dari 70 cabang, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.”
Sebaliknya, membuang hajat atau mengotori jalan termasuk perbuatan yang mendatangkan laknat. Nabi pernah bersabda:
“Aku melihat seseorang bebas di surga karena ia menebang pohon dari tengah jalan yang mengganggu kaum Muslimin.”
Tak kalah penting, saat berjalan dan bertemu teman, hindari bergurau berlebihan, jangan mengganggu, dan jika melihat orang buta atau tersesat, bantulah mereka. Dalam hadits:
“Barangsiapa menuntun orang buta 40 langkah, maka surga wajib baginya.”
Adab Itu Jalan Cahaya
Sahabat Surau, setiap langkah yang kita ayunkan adalah pilihan: menuju keberkahan atau kebinasaan. Kitab Akhlaq lil Banin mengajarkan bahwa bahkan urusan sekecil cara berjalan pun bisa menjadi ukuran akhlak kita.
Adab bukan warisan turun-temurun. Ia harus dilatih, diajarkan, dan dicontohkan. Dalam dunia yang serba cepat dan gaduh ini, berjalan dengan adab adalah bentuk resistance yang penuh makna.
Ya Allah, tuntunlah langkah kami di jalan yang Engkau ridhai. Jadikan kaki kami saksi kebaikan, bukan kendaraan menuju maksiat. Jadikan adab sebagai cahaya yang menerangi hidup kami.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
