SURAU.CO– Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Sayyid Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama yang menaruh perhatian besar pada pendidikan akhlak generasi muda, khususnya pelajar perempuan. Beliau hidup pada abad ke-20, di lingkungan keilmuan Hadramaut dan Mekkah. Kitab ini disusun sebagai pedoman moral, sederhana namun mendalam, agar murid-murid madrasah dapat berakhlak mulia. Dalam khazanah Islam, kitab ini menjadi salah satu karya penting yang menekankan budi pekerti, mulai dari adab kepada orang tua, guru, tetangga, hingga tata krama berteman.
Persahabatan yang Dibangun di Kelas
Bab ini membuka dengan penekanan penting: persahabatan dengan teman-teman sekolah, terutama sekelas, memiliki hak yang lebih besar dibanding teman di luar kelas. Ikatan belajar adalah jembatan yang menyatukan jiwa.
Kitab ini menasihatkan: hormati teman yang lebih tua, sayangi teman yang lebih muda, dan jaga ketertiban kelas. Santri dianjurkan menyiapkan pelajaran, menghafal, menjaga kebersihan buku, serta hadir tepat waktu. Bahkan jika guru berhalangan hadir, murid dianjurkan menggantikan sebisanya demi menjaga suasana belajar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim)
Pesan ini mengajarkan bahwa cinta dan kepedulian harus menjadi fondasi dalam persahabatan.
Menghindari Penyakit Hati dalam Persahabatan
Umar Baraja menekankan agar murid menjaga kelembutan, saling membantu, dan menghadapi teman dengan wajah cerah. Namun beliau juga memperingatkan banyak bahaya yang bisa merusak persahabatan: sifat kikir, sombong, dengki, dusta, hingga adu domba.
Al-Qur’an mengingatkan:
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong.” (QS. Luqman: 18)
Hadis lain menambahkan:
“Sifat dengki adalah sumber segala dosa.”
Dalam kehidupan modern, kita bisa merasakannya ketika iri hati muncul di kelas atau dunia maya. Misalnya, saat ada teman yang mendapat penghargaan, sebagian orang lebih suka mengomentari dengan nada sinis daripada ikut berbahagia. Padahal, akhlak Islami mengajarkan agar kita senang atas kebaikan yang menimpa teman, bukan sebaliknya.
Doa, Kesetiaan, dan Menjaga Persahabatan
Kitab Akhlaq lil Banat juga mengajarkan satu hal yang sering terlupakan: mendoakan teman meski mereka tidak hadir. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Doa seorang muslim bagi saudaranya yang tidak hadir adalah mustajab. Malaikat berkata: Amin, dan engkau mendapat balasan serupa.”
Persahabatan bukan sekadar kebersamaan di kelas, melainkan juga doa yang mengikat hati. Murid diajak menjaga persahabatan bahkan setelah lulus, tidak melupakan hari-hari belajar bersama, dan selalu menambah kebaikan kepada sahabat-sahabat lama.
Kitab ini juga memberi peringatan tentang memilih teman. Murid yang nakal, malas, atau suka membangkang guru, sebaiknya dijauhi. Penyair menegaskan:
الطَّبْعُ سَارِقٌ
“Tabiat itu menular.”
Siapa yang berteman dengan orang jahat, lambat laun bisa ikut terjerumus.
Sahabat Sejati, Bekal Dunia dan Akhirat
mengingatkan bahwa persahabatan sejati bukan sekadar tawa bersama, tetapi ikatan yang menumbuhkan iman, kesetiaan, dan kasih sayang. Teman sekelas adalah saudara seperjalanan, yang bersama-sama menimba ilmu, menanggung lelah, dan meniti jalan menuju ridha Allah.
Mari kita renungkan: sudahkah kita menjadi sahabat yang membuat teman merasa nyaman, aman, dan semakin dekat kepada Allah?
Semoga Allah menjadikan persahabatan kita bukan hanya indah di dunia, tetapi juga kelak menjadi sebab dikumpulkan bersama di surga-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
