Mengejar Keabadian: Hakikat Cinta yang Berlandaskan Ridha Allah
SURAU.CO – Setiap manusia, sebagai makhluk yang diciptakan dengan fitrah, pasti memiliki kapasitas untuk mencintai. Rasa cinta ini mewujud dalam berbagai bentuk. Ada cinta yang tulus kepada orang tua yang telah membesarkan kita. Kasih sayang mendalam terhadap pasangan hidup. Juga persahabatan erat dengan teman-teman. Bahkan, rasa cinta juga dapat tertuju pada harta benda dan gemerlap duniawi yang fana. Namun demikian, penting untuk disadari bahwa tidak semua bentuk cinta memiliki nilai yang mulia. Ada jenis cinta yang bersifat sementara. Cinta ini akan pudar seiring berjalannya waktu atau berubahnya kondisi. Di sisi lain, ada pula cinta yang bersifat abadi. Cinta yang lahir dan tumbuh karena Allah SWT adalah jenis cinta yang paling suci. Cinta semacam ini akan kekal selamanya, melampaui batas-batas kehidupan dunia. Terkadang, kita terjebak dalam cinta yang syaratnya banyak, padahal cinta sejati tidak menuntut apa-apa selain kebaikan dan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Mengurai Hakikat Cinta yang Berlandaskan Ridha Allah
Cinta karena Allah memiliki definisi yang jauh lebih dalam daripada sekadar ketertarikan fisik atau materi. Ia berarti mencintai seseorang bukan karena daya tarik harta benda yang dimiliki. Bukan pula karena paras rupawan atau kedudukan sosial yang tinggi. Melainkan, kita menyayangi seseorang karena keimanan dan ketaatannya yang teguh kepada Allah. Ini adalah fondasi utama. Ketika kita mencintai seseorang karena Allah, berarti kita menghargai dan mendukung mereka dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kita menyayangi mereka karena mereka membawa kita semakin dekat dengan jalan kebaikan dan petunjuk Ilahi.
Sebaliknya, jika kita membenci sesuatu. Kebencian itu tidaklah tertuju pada diri orang tersebut secara pribadi. Melainkan, ia tertuju pada perbuatan dosa yang mereka lakukan. Dosa ini berpotensi menjauhkan mereka dari keridaan Allah. Pemahaman ini sangatlah krusial. Rasulullah SAW, sebagai teladan sempurna bagi umat manusia, pernah bersabda. Beliau menjelaskan ciri-ciri keimanan yang sempurna melalui cinta karena Allah:
“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan karena Allah, maka sungguh sempurnalah imannya.” (HR. Abu Dawud).
Hadis yang mulia ini secara tegas menegaskan sebuah prinsip penting. Cinta yang sejati dan bernilai abadi adalah cinta yang didasarkan pada keimanan yang kokoh. Ini bukanlah cinta yang timbul dari hawa nafsu sesaat. Ini bukan pula cinta yang didorong oleh kepentingan duniawi yang fana. Melainkan, cinta yang berlandaskan pada upaya bersama untuk mencapai keridaan Allah. Dengan demikian, setiap aspek interaksi kita akan memiliki nilai ibadah.
Cinta yang Menjadi Jembatan Menuju Jannah (Surga)
Setiap bentuk hubungan yang kita jalani dalam hidup ini, baik itu persahabatan yang erat, persaudaraan yang kokoh, maupun ikatan pernikahan, jika didasari oleh cinta karena Allah, pasti akan mendatangkan rahmat dan keberkahan-Nya. Hubungan semacam ini memiliki dimensi spiritual yang kuat. Ia akan menjadi ladang pahala bagi kita. Bahkan, pada hari kiamat kelak, hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya, orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan tempat yang sangat mulia. Mereka akan berada di bawah naungan arsy-Nya. Ini adalah sebuah kehormatan yang tak terhingga.
Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan sebuah kabar gembira yang menyejukkan hati. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, bagi mereka akan ada mimbar-mimbar dari cahaya. Nabi-nabi dan syuhada pun merasa iri kepada mereka.’” (HR. Tirmidzi).
Betapa indahnya balasan yang telah Allah siapkan. Balasan ini khusus bagi mereka yang memiliki cinta tulus karena Allah. Mereka akan duduk di mimbar-mimbar cahaya. Sebuah kehormatan ini bahkan membuat para nabi dan syuhada merasa iri. Ini menunjukkan betapa tinggi derajat cinta semacam itu di sisi Allah. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha. Kita harus membina hubungan yang berlandaskan iman. Hubungan ini akan saling mendukung. Saling mendorong. Saling mengingatkan dalam kebaikan. Ini adalah investasi terbaik untuk kehidupan di akhirat.
Keabadian Cinta: Melampaui Batas Waktu dan Dunia
Mungkin ada yang bertanya, mengapa cinta karena Allah disebut sebagai cinta yang abadi? Jawabannya terletak pada hakikat dari cinta itu sendiri. Cinta yang didasarkan pada hal-hal duniawi, yang terikat pada harta, rupa, atau kedudukan. Cinta semacam itu akan berakhir. Ia akan berakhir seiring dengan berakhirnya dunia. Harta bisa habis. Rupa bisa pudar. Kedudukan bisa lenyap. Namun, cinta yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah. Cinta semacam ini akan tetap hidup. Bahkan, ia akan terus berlanjut hingga ke alam akhirat. Inilah jenis cinta yang tidak akan lekang oleh waktu. Ia tidak akan pudar oleh pergantian zaman. Sebab, cinta ini terikat langsung pada Sang Pencipta waktu itu sendiri, yaitu Allah SWT Yang Maha Abadi.
Cinta karena Allah membentuk sebuah ikatan yang kuat. Ikatan ini tidak hanya berlaku di dunia. Tetapi juga berlanjut hingga surga. Ketika dua insan saling mencintai karena Allah, mereka akan saling mendoakan. Mereka akan saling menasihati dalam kebaikan. Mereka akan saling menguatkan dalam menghadapi ujian. Ikatan ini menjadi jembatan. Jembatan yang membawa mereka bersama-sama menuju Jannah. Ini adalah sebuah janji kebahagiaan abadi.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
