Kalam
Beranda » Berita » Prioritas Utama Seorang Mukmin: Mengarahkan Hidup untuk Mencari Ridha Allah

Prioritas Utama Seorang Mukmin: Mengarahkan Hidup untuk Mencari Ridha Allah

Ilustrsi Air
Ilustrsi Air

Prioritas Utama Seorang Mukmin: Mengarahkan Hidup untuk Mencari Ridha Allah

SURAU.CO – Setiap manusia di muka bumi ini tentu memiliki serangkaian tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Berbagai ambisi mendorong langkah mereka. Ada sebagian yang dengan gigih mengejar tumpukan kekayaan materi. Ada pula yang berlomba-lomba meraih jabatan tinggi dan prestise sosial. Bahkan, tidak sedikit yang hanya berfokus pada kebahagiaan duniawi semata, melupakan dimensi spiritual. Namun demikian, bagi seorang muslim yang memahami hakikat eksistensinya, terdapat sebuah tujuan yang jauh lebih mulia dan hakiki. Tujuan tersebut adalah hidup semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT, Sang Pencipta semesta. Ini merupakan kompas yang menuntun setiap langkah dan keputusan kita. Terkadang, kita terjebak dalam perlombaan duniawi yang tak ada habisnya. Padahal, inti kebahagiaan dan kedamaian sejati terletak pada keselarasan niat dan tindakan dengan kehendak Ilahi.

Tujuan Hakiki Kehidupan: Mengabdi kepada Sang Pencipta

Seringkali kita mereduksi makna hidup menjadi sekadar rutinitas. Kita beranggapan hidup hanya untuk bekerja, membangun keluarga, atau mencari kesenangan sesaat. Namun, Al-Qur’an memberikan perspektif yang jauh lebih dalam dan fundamental mengenai tujuan eksistensi kita. Allah SWT berfirman dengan sangat jelas:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ayat suci ini merupakan penegasan yang tak terbantahkan. Ia menunjukkan bahwa tujuan utama penciptaan jin dan manusia bukanlah untuk hal-hal duniawi semata. Sebaliknya, tujuan utamanya adalah untuk mengabdi dan menyembah Allah SWT. Ini berarti, semua aktivitas yang kita lakukan di dunia ini, baik itu bekerja, belajar, berinteraksi sosial, bahkan bersantai, dapat memiliki nilai ibadah yang tinggi. Syaratnya sederhana. Semua itu harus diniatkan semata-mata untuk mencari ridha-Nya. Niat yang tulus akan mengubah setiap gerak-gerik kita. Ini akan mengubahnya dari sekadar aktivitas dunia menjadi sebuah bentuk penghambaan. Kita harus selalu berusaha menumbuhkan kesadaran ini. Ini penting agar hidup kita selalu berada dalam koridor ketaatan.

Ridha Allah: Kunci Kebahagiaan Sejati yang Abadi

Realitas dunia ini adalah fana. Segala kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia ini hanyalah bersifat sementara. Kekayaan yang melimpah, jabatan yang tinggi, popularitas, bahkan pujian dari sesama manusia, semuanya tidak akan memiliki arti yang abadi. Semuanya akan lenyap seiring berjalannya waktu. Apalagi jika semua itu tidak disertai dengan ridha Allah. Justru sebaliknya, keridaan Allah SWT-lah yang merupakan kunci utama. Kunci ini untuk mencapai kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini tidak hanya dirasakan di dunia fana ini. Ia juga akan terasa kekal di akhirat kelak. Dengan ridha-Nya, segala kekurangan akan terasa cukup. Segala kesulitan akan terasa ringan.

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

Allah SWT kembali menegaskan keutamaan ridha-Nya dalam Al-Qur’an:

“Keridaan Allah lebih besar (keutamaannya). Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 72).

Ayat ini memberikan penekanan yang sangat kuat. Ia menunjukkan bahwa ridha Allah memiliki nilai yang jauh melampaui segala sesuatu. Ini adalah puncak dari segala pencapaian. Meraih ridha-Nya berarti meraih kemenangan yang agung. Kemenangan ini lebih besar dari kemenangan di medan perang. Ini lebih besar dari penumpukan harta. Ini adalah kemenangan abadi. Sebuah kemenangan yang akan membawa kita kepada kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini tidak akan pernah pudar. Oleh karena itu, kita harus selalu memprioritaskan ridha Allah. Prioritas ini harus berada di atas segala keinginan duniawi kita.

Jejak Langkah Menuju Ridha Ilahi: Panduan Praktis dalam Hidup

Mencari ridha Allah bukanlah sekadar sebuah tujuan abstrak. Ini adalah sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang membutuhkan serangkaian tindakan nyata dan konsisten. Pertama, kita harus selalu mengikhlaskan niat. Setiap amal yang kita lakukan harus diniatkan. Hanya untuk Allah semata. Bukan untuk mencari pujian atau pengakuan dari manusia. Niat yang tulus adalah fondasi utama. Kedua, kita harus menjalankan perintah Allah. Menjalankan perintah ini dengan penuh kesungguhan. Tidak hanya shalat, zakat, atau puasa. Tetapi juga semua bentuk ibadah lainnya. Ini termasuk membaca Al-Qur’an, berzikir, dan menuntut ilmu agama. Ketiga, kita wajib menjauhi segala larangan Allah. Meskipun larangan itu tampak kecil atau sepele di mata kita. Sebab, dosa kecil yang terus-menerus dapat menumpuk. Ini dapat merusak hati kita.

Selanjutnya, kita harus berlaku baik kepada sesama manusia. Akhlak mulia adalah cerminan dari keimanan sejati. Ia adalah bukti bahwa kita sungguh-sungguh ingin mencari ridha Allah. Perlakuan baik kita kepada orang tua, pasangan, anak-anak, tetangga, hingga kepada orang asing, semuanya akan menjadi catatan kebaikan. Terakhir, kita harus bersabar dalam menghadapi setiap ujian. Pada saat yang sama, kita juga harus bersyukur dalam setiap nikmat yang diberikan. Sebab, baik ujian maupun nikmat, keduanya adalah bentuk penghambaan kita kepada Allah. Keduanya adalah kesempatan untuk membuktikan ketundukan kita kepada-Nya. Refleksi saya, seringkali kita tergoda untuk melakukan amal baik demi pengakuan. Padahal, keindahan sejati amal terletak pada ketulusan niatnya hanya kepada Allah.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement