Bahaya musik bagi Psikologi seseorang.
Banyak orang menganggap musik itu hiburan dan untuk kesenangan jiwa, sebenarnya dalam islam melarangnya didunia ini karna Bahaya musik bagi Psikologi seseorang musik itu nyayian setan yang merasuk dalam tubuh dan kejiwaan banyak orang mengangap itu biasa tetapi disitulah letak ngangkat setan yang menyebabkan semangat membangkit nafsu birahi, ini tulisan yang mengangkat bahaya musik bagi kejiwaan kita dan tak jarang menggangu kejiwaan manusia.
Ditulisan ini akan dijelaskan tuntas dan paling tidak sebagai bahan untuk menyelesaikan persoalan kejiwaan dan Psikologi.
Musik dalam Perspektif Islam
Dalam tradisi ulama, musik sering diperdebatkan. Ada yang tegas mengharamkan karena dianggap melalaikan dari zikir dan ibadah, ada pula yang membolehkan dalam batas tertentu (selama tidak menimbulkan maksiat, syahwat, atau melupakan Allah).
Al-Qur’an memberi peringatan tentang “lahw al-hadits” (perkataan yang melalaikan):
> وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
“Dan di antara manusia ada orang yang membeli perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan dari jalan Allah…”
(QS. Luqman: 6)
Sebagian mufassir seperti Ibnu Mas’ud menafsirkan lahw al-hadits ini sebagai nyanyian dan musik. Oleh karena itu, musik yang melalaikan bisa membawa dampak buruk bagi jiwa.
Bahaya Musik bagi Psikologi
Dari sudut pandang psikologi modern, musik memiliki dua sisi: ada manfaat terapeutik (jika digunakan untuk relaksasi atau penyembuhan), tapi juga ada efek negatif yang tidak bisa diabaikan, khususnya pada remaja dan orang yang rapuh secara mental.
a) Membentuk Emosi Negatif
Musik dengan lirik penuh kemarahan, putus asa, atau syahwat dapat memperkuat emosi tersebut.
Lagu-lagu sedih memperpanjang depresi.
Lagu keras penuh amarah bisa memicu agresivitas.
b) Kecanduan dan Pelarian
Musik dapat menjadi “pelarian” dari realitas. Seperti narkoba, ia bisa membuat seseorang tergantung untuk selalu mendengar demi menutupi kekosongan jiwa. Lama-kelamaan, orang sulit fokus tanpa musik.
c) Mengganggu Konsentrasi
Studi menunjukkan musik tertentu justru mengganggu daya ingat jangka pendek dan fokus belajar, apalagi jika liriknya kuat. Akhirnya otak sibuk dengan nada dan kata, bukan dengan materi pelajaran.
d) Mengikis Sensitivitas Spiritual
Musik duniawi yang mendominasi telinga dapat melemahkan sensitivitas jiwa terhadap alunan Qur’an. Ini yang berbahaya: ruh lebih kenal lirik manusia daripada firman Allah.
e) Menguatkan Identitas Palsu
Banyak anak muda yang meniru gaya hidup musisi idolanya: cara berpakaian, gaya bicara, bahkan pola pikir yang jauh dari nilai Islam. Secara psikologis, ini merusak jati diri.
Dampak Jangka Panjang
Gangguan tidur: musik keras sebelum tidur mengacaukan gelombang otak.
Gangguan kecemasan: terlalu sering terpapar musik melankolis menumbuhkan rasa tidak aman.
Kerusakan moral: bila lirik penuh maksiat (seks, alkohol, kekerasan), psikologi anak muda terbentuk ke arah itu.
Alternatif Islami
Islam tidak membiarkan jiwa kosong. Allah mengganti musik dengan:
Tilawah Qur’an (yang lebih menenangkan jiwa, QS. Ar-Ra’d: 28).
Dzikir dan shalawat.
Nasyid sederhana tanpa instrumen haram.
Semua ini menghidupkan jiwa, bukan menidurkan atau menyesatkannya.
Kesimpulan: Mengisi Hati Dengan Suara Iman, Musik yang Melalaikan
Musik membawa jiwa menjauh dari mengingat Allah dan menuju hiburan yang kosong, sehingga berdampak buruk pada psikologi.
Musik bisa melahirkan depresi, kecemasan, agresi, dan pelarian diri.
Ia juga membentuk identitas palsu yang jauh dari fitrah manusia sebagai hamba Allah.
Maka, seorang mukmin seharusnya mengisi hatinya dengan suara yang menambah iman, bukan musik yang melalaikan. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
