Opinion
Beranda » Berita » Adil Itu Bukan Slogan, Tapi Nafas: Kenapa Negeri Bisa Mati Kalau Pemimpinnya Nggak Adil

Adil Itu Bukan Slogan, Tapi Nafas: Kenapa Negeri Bisa Mati Kalau Pemimpinnya Nggak Adil

Pemimpin adil dengan cahaya timbangan keadilan yang menaungi rakyat.
Ilustrasi filosofis keadilan yang memayungi rakyat kecil di bawah cahaya keseimbangan.

Keadilan bukanlah kata indah di baliho, bukan pula jargon di pidato politik. Ia adalah nafas. Jika pemimpin adil, negeri bernapas lega; jika tidak, negeri megap-megap, rakyat sesak dada.

Imam al-Ghazali dalam Nasihatul Muluk menulis bahwa keadilan laksana pondasi rumah. Bila kokoh, semua penghuni aman. Bila retak, sekuat apa pun atap dan dindingnya, rumah akan runtuh.

Cermin Kehidupan Kita Sehari-hari

Saya pernah melihat seorang pedagang kecil ditertibkan Satpol PP dengan keras. Gerobaknya diangkut, sementara di seberang jalan berdiri megah ruko yang jelas melanggar aturan tapi tetap aman. Di situ saya merasakan betapa adil itu sering hanya jadi poster, tidak pernah jadi napas.

Al-Ghazali menulis:

اَلْمُلْكُ يَبْقَى مَعَ الْكُفْرِ وَلَا يَبْقَى مَعَ الظُّلْمِ
“Sebuah kerajaan bisa bertahan meski dipimpin orang kafir, tetapi tidak akan bertahan jika penuh dengan kezaliman.”

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Kalimat ini seolah menegur kita: jangan remehkan keadilan. Karena keadilan adalah oksigen bagi negeri.

Mengapa Adil Itu Lebih Berat daripada Membangun Jalan?

Banyak pemimpin bangga meresmikan jalan tol, gedung tinggi, atau jembatan megah. Padahal, yang lebih mendesak adalah jalan keadilan. Jalan yang membuat rakyat kecil merasa dilindungi, bukan diinjak.

Allah berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ (النحل: ٩٠)
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.”

Ayat ini selalu dibaca dalam khutbah Jumat, namun sering hanya lewat telinga, tak masuk ke hati.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Dialog yang Mengusik Hati

“Kenapa ya, Gus, negeri kita banyak program, tapi rakyat masih susah?”

Saya menjawab, “Karena yang dibagi bukan keadilan, tapi proyek. Kalau keadilan hadir, rakyat nggak perlu dijanjikan program.”

Imam al-Ghazali mengingatkan:

إِذَا عَدَلَ السُّلْطَانُ أَمِنَتِ الْبِلَادُ وَطَابَ الْعِيشُ
“Jika pemimpin berlaku adil, negeri menjadi aman dan kehidupan terasa nikmat.”

Bayangkan: tidak ada ketakutan saat berdagang, tidak ada was-was ketika menuntut hak, tidak ada curiga bahwa hukum hanya tajam ke bawah.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Ketidakadilan bukan hanya soal ekonomi. Ia juga merembes ke jiwa. Riset psikologi sosial menunjukkan bahwa ketidakadilan sistemik menciptakan learned helplessness—rakyat terbiasa pasrah karena merasa suaranya tak berguna (Seligman, 1975).

Al-Ghazali bahkan sudah menulis berabad-abad lalu:

اَلظُّلْمُ دَاءٌ لَا دَوَاءَ لَهُ إِلَّا زَوَالُ الْمُلْكِ
“Kezaliman itu penyakit, dan tidak ada obatnya selain runtuhnya kekuasaan itu sendiri.”

Kata-kata ini keras, tapi justru itulah cermin: ketidakadilan bukan sekadar kesalahan, melainkan racun yang mematikan negeri.

Renungan Singkat

Adil adalah oksigen bagi negeri; tanpa itu, rakyat sesak.
Kezaliman tidak bisa bertahan lama; ia membawa keruntuhan.
Pembangunan fisik tak ada artinya jika keadilan runtuh.
Rakyat yang merasakan keadilan tidak butuh banyak janji.

1.     Mulai dari diri: berlaku adil dalam keluarga, kerja, bahkan di jalan raya.

2.     Berani bersuara: jangan diam saat melihat ketidakadilan, meski kecil.

3.     Dukung yang adil: pilih, bela, dan doakan pemimpin yang amanah.

4.     Rawat kesadaran: ingat bahwa adil adalah perintah Allah, bukan pilihan.

5.     Hidup sederhana: karena nafsu sering membuat kita menutup mata terhadap keadilan orang lain.

Teduhnya Bayangan Pemimpin Adil

Rasulullah ﷺ bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ …
“Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil…” (HR. Bukhari-Muslim)

Lihatlah, betapa tinggi kedudukan seorang pemimpin adil: di akhirat ia mendapat teduh, sementara di dunia ia menjadi teduh bagi rakyat.

Ya Allah, jadikanlah kami pemimpin atas diri kami sendiri yang adil. Jadikanlah para pemimpin negeri kami menegakkan keadilan sebagaimana Engkau perintahkan.

Dan untuk kita semua: apakah selama ini kita ikut menjaga napas keadilan, atau justru menutup hidung dengan acuh tak acuh?

 

* Sugianto al-Jawi

Budayawan Kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement