Opinion
Beranda » Berita » Sibuklah Mengurusi Kekurangan Diri, Lupakan Kekurangan Orang Lain

Sibuklah Mengurusi Kekurangan Diri, Lupakan Kekurangan Orang Lain

Sibuklah Mengurusi Kekurangan Diri, Lupakan Kekurangan Orang Lain. Sumber: canva.com

SURAU.CO – Manusia memiliki kecenderungan alami yang aneh. Kita begitu mudah melihat noda kecil di pakaian orang lain. Namun, kita seringkali buta terhadap robekan besar di pakaian kita sendiri. Kita sibuk mengomentari kesalahan orang lain. Padahal, kita lupa pada tumpukan kesalahan yang kita miliki. Inilah sebuah penyakit hati yang berbahaya. Penyakit yang bisa menghalangi kita dari perbaikan diri.

Islam datang dengan sebuah solusi yang sangat indah, yaitu muhasabah. Muhasabah adalah introspeksi diri secara mendalam. Ajaran ini mengajak kita untuk mengalihkan fokus. Dari yang tadinya mengawasi orang lain, menjadi mengawasi diri sendiri. Inilah jalan keselamatan yang sesungguhnya. Jalan yang akan membuat hidup kita lebih tenang dan bermakna.

Cermin Bagi Orang yang Berakal

Orang yang cerdas dan berakal akan selalu sibuk dengan dirinya. Ia sadar bahwa waktunya di dunia sangat terbatas. Ia tidak ingin menyia-nyiakan waktu itu untuk hal yang tidak bermanfaat. Mencari-cari kesalahan orang lain tidak akan menambah pahalanya. Sebaliknya, hal itu justru bisa menggerogoti amal kebaikannya sendiri.

Abu Hatim bin Hibban Al-Busti rahimahullah berkata:

“Orang yang berakal akan sibuk dengan aibnya sendiri sehingga ia melupakan aib orang lain. Adapun orang yang bodoh, maka ia akan sibuk dengan aib orang lain dan melupakan aibnya sendiri.”

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Nasihat ini sangatlah menusuk. Ia membedakan dengan jelas antara orang bijak dan orang bodoh. Orang bijak menggunakan cermin untuk melihat wajahnya sendiri. Sedangkan orang bodoh menggunakan cermin untuk mencari celah pada wajah orang lain. Ia lupa bahwa dirinya sendiri penuh dengan kekurangan.

Jalan Menuju Kerendahan Hati

Fokus pada aib diri sendiri juga merupakan pintu menuju sifat rendah hati (tawadhu). Ketika kita sadar betapa banyaknya dosa dan kekurangan kita, kita tidak akan punya waktu untuk merasa lebih baik dari orang lain. Kita akan sibuk memohon ampun kepada Allah. Kita akan sibuk berusaha memperbaiki setiap kesalahan yang kita perbuat.

Sikap inilah yang diajarkan oleh para ulama salaf. Bakr bin ‘Abdillah Al-Muzani rahimahullah memberikan panduan yang luar biasa:

“Jika engkau melihat orang yang lebih tua darimu, maka katakanlah, ‘Orang ini lebih dulu beriman dan beramal saleh dariku, maka ia lebih baik dariku.’ Jika engkau melihat orang yang lebih muda, maka katakanlah, ‘Aku lebih dulu melakukan dosa dan maksiat daripada orang ini, maka ia lebih baik dariku.’ Jika engkau melihat kawan-kawanmu memuliakan dan menghormatimu, maka katakanlah, ‘Ini adalah keutamaan yang mereka miliki.’ Jika engkau melihat mereka meremehkanmu, maka katakanlah, ‘Ini adalah karena dosa yang aku lakukan.’”

Panduan ini adalah obat yang sangat manjur untuk penyakit sombong. Ia melatih kita untuk selalu memandang orang lain dengan pandangan positif. Dan sebaliknya, memandang diri sendiri dengan pandangan kritis untuk perbaikan.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Allah Akan Menutupi Aibmu

Ada sebuah janji indah dari Rasulullah SAW. Beliau menjanjikan bahwa Allah akan menutupi aib orang yang menutupi aib saudaranya. Sebaliknya, Allah akan membuka aib orang yang sibuk mencari-cari aib saudaranya. Dengan menyibukkan diri pada aib kita, kita secara tidak langsung sedang menjaga lisan kita. Kita tidak akan terjatuh dalam ghibah (menggunjing) atau fitnah.

Ketika kita fokus pada perbaikan diri, Allah akan membantu kita. Dia akan menutupi kekurangan-kekurangan kita dari pandangan manusia. Ini adalah sebuah balasan yang setimpal. Kita menjaga kehormatan orang lain, maka Allah pun akan menjaga kehormatan kita.

Mulailah dari Diri Sendiri

Pada akhirnya, perjalanan menuju surga adalah perjalanan individu. Kita akan berdiri di hadapan Allah sendirian. Kita akan mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita sendiri, bukan amal orang lain. Oleh karena itu, sungguh merugi orang yang menghabiskan umurnya untuk mengurus catatan amal orang lain. Sementara catatan amalnya sendiri terbengkalai.

Mari kita mulai hari ini. Setiap kali terbesit keinginan untuk mengomentari kekurangan orang lain, segera palingkan wajah kita ke cermin. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku sudah sempurna?” Jawabannya pasti tidak. Kesadaran inilah yang akan menjadi bahan bakar kita. Bahan bakar untuk terus memperbaiki diri hingga kita bertemu dengan Allah SWT dalam keadaan terbaik.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement