Kisah
Beranda » Berita » Az-zahra: Gelar bagi Fatimah Putri Kesayangan Nabi Muhammad

Az-zahra: Gelar bagi Fatimah Putri Kesayangan Nabi Muhammad

Az-Zahra: Gelar bagi Fatimah Putri Kesayangan Nabi Muhammad ﷺ

SURAU.CO – Sayyidah Fatimah selama ini dikenal dengan nama Fatimah Az-Zahra. Az-zahra ini tidak lain adalah gelar yang disematkan kepadanya. Inilah sebabnya Rasulullah ﷺ memberi gelar Az-Zahra kepada Fatimah.

Riwayat Ibnu Abbas menegaskan keistimewaan ini. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya putriku Fatimah adalah penghulu kaum perempuan dari awal hingga akhir zaman. Ia bagian dariku dan cahaya mataku; ia bunga hatiku dan ia adalah jiwaku. Fatimah adalah seorang bidadari yang berwujud. Kapan pun ia mendirikan salat di hadapan Tuhannya, sinarnya menyerupai langit bagi para malaikat, seperti bintang-bintang menyinari manusia di bumi.”

Ungkapan Nabi ini menjelaskan betapa besar kedudukan Fatimah Az-Zahra. Ia adalah sosok perempuan yang tidak hanya cantik rupa, tetapi juga bersinar karena ketaatan dan ketulusan ibadahnya. Dari sinilah Rasulullah ﷺ memberi gelar Az-Zahra kepada Fatimah, yang berarti “berkilauan” atau “bersinar terang.” Kata Zahra dalam bahasa Arab berarti bunga, berkilauan, bersinar terang, dan cemerlang.

Kelahiran Fatimah Az-Zahra: Anugerah yang Disambut Bahagia

Fatimah adalah putri bungsu Nabi Muhammad ﷺ dari pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah. Ia lahir setelah tiga kakaknya: Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum, serta dua kakak laki-lakinya, Qasim dan Abdullah. Para ahli berbeda pendapat tentang tahun kelahirannya. Sebagian besar menyebut tahun 605 M, yaitu lima tahun sebelum kenabian, bertepatan dengan peristiwa peresmian Ka’bah. Ahli lain menyebutkan tahun 612 atau 615 M.

Namun, perbedaan itu tidak mengurangi makna kelahiran Fatimah. Ia lahir di masa masyarakat Arab masih memandang rendah anak perempuan. Banyak bayi perempuan orang Arab kubur hidup-hidup karena mereka menganggap aib. Rasulullah ﷺ mematahkan tradisi jahiliah itu. Beliau menyambut kelahiran Fatimah dengan penuh cinta. Khadijah langsung menyusui bayi kecil itu, bukan menyerahkannya kepada perempuan lain sebagaimana adat Arab kala itu.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Sejak kecil, wajah Fatimah memancarkan keindahan. Gelar yang Nabi sematkan selaras dengan wajahnya yang bersinar.

Putri Kesayangan Nabi Muhammad ﷺ

Fatimah tumbuh dalam pengasuhan langsung Nabi Muhammad ﷺ dan Khadijah. Ia menyaksikan perjuangan dakwah ayahnya sejak dini. Ketika Khadijah wafat pada tahun 619 M, Fatimah yang masih belia merasakan kesedihan yang mendalam. Kehilangan ibunya membuat ia semakin dekat dengan Rasulullah ﷺ.

Sejak itu, Fatimah mendampingi Nabi dalam setiap perjuangan. Ketika Rasulullah dihina, dicaci, bahkan orang Quraisy melempari dengan kotoran, Fatimah kecil segera datang dan membersihkan tubuh ayahnya. Ia menghibur hati dan menyejukkan jiwa Rasulullah. Karena kasih sayang yang tulus, Nabi memberinya julukan Ummu Abiha, yang berarti “ibu bagi ayahnya.” Julukan ini menggambarkan bagaimana Fatimah berperan layaknya seorang ibu yang selalu merawat dan menenangkan hati ayahnya.

Kedekatan itu pula yang membuat Rasulullah bersabda, “Fatimah adalah bagian dariku. Siapa yang menyakitinya, maka ia menyakitiku.” Ucapan ini menunjukkan betapa besarnya cinta Nabi kepada putrinya. Rasulullah menegaskan tidak ada perbedaan antara menyakiti Fatimah dengan menyakiti Nabi sendiri.

Gelar dan Julukan Fatimah Az-Zahra

Selain Az-Zahra dan Ummu Abiha, Fatimah memiliki lebih dari 30 julukan yang menunjukkan kemuliaannya. Di antaranya adalah:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

  • Ummul Aimmah (ibunya para imam),
  • Batul Haniyah (wanita suci penuh kasih),
  • Sayyidah an-Nisa al-Alamin (pemimpin perempuan seluruh alam),
  • Shiddiqah (yang jujur),
  • Batul Haniyah (yang ridha),
  • Mardhiyah (yang diridhai Allah),
  • Thahirah (yang suci), dan
  • Shabirah (yang sabar).
  • Dan Lainnya

Semua julukan itu menggambarkan sifat-sifat luhur yang melekat pada dirinya.

Keteladanan Fatimah dalam Kehidupan

Fatimah Az-Zahra selalu menjalani kehidupan dengan sederhana. Ia menikah dengan Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah ﷺ. Pernikahan itu melahirkan Hasan, Husain, dan beberapa putra-putri lainnya yang menjadi teladan bagi generasi muslim.

Meski menjadi putri Nabi, Fatimah tidak hidup bergelimang kemewahan. Ia rela menumbuk gandum dengan tangan, memasak, dan mengurus rumah tangga tanpa pernah mengeluh. Ia menunjukkan kesabaran dan keikhlasan yang menjadi pelajaran berharga bahwa kebahagiaan tidak terletak pada harta, melainkan pada hati yang penuh syukur.

Ketika Rasulullah ﷺ menawarkan seorang pembantu untuk meringankan pekerjaannya, Fatimah  menolak. Ia memilih membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebelum tidur, sebagaimana diajarkan Rasulullah.

Warisan Cahaya Fatimah Az-Zahra

Rasulullah ﷺ menyematkan gelar Az-Zahra kepada Fatimah sebagai simbol keagungan dirinya yang bersinar karena kecantikannya, utamnaya karena cahaya iman, ibadah, dan akhlak mulianya.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dari Fatimah, kita belajar bahwa perempuan memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Ia sebagai penerang peradaban. Kisahnya mengingatkan kita bahwa cahaya sejati tidak pernah padam, bahkan setelah berabad-abad berlalu.

Gelar Az-Zahra yang melekat pada diri Fatimah mencerminkan keindahan akhlak dan pancaran cahaya iman yang terus memancar sepanjang zaman.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement