SURAU.CO – Gorontalo, sebuah provinsi di Sulawesi, memiliki tradisi unik bernama Walima. Ini adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sudah ada secara turun-temurun. Sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo, tradisi ini telah mengakar kuat. Walima sudah ada kira-kira sejak abad ke-17. Saat itu masyarakat mulai mengenal ajaran Islam. Hingga kini, Walima masih terpelihara dengan sangat baik. Tradisi kuno ini menjadi identitas budaya masyarakat Gorontalo.
Lantunan Dikili dan Persiapan Panganan Khas
Tradisi Walima mulai dengan lantunan Dikili. Ini adalah tradisi zikir lisan masyarakat Gorontalo. Zikir dilaksanakan di masjid-masjid di seluruh pelosok Gorontalo. Setiap masjid diramaikan oleh lantunan zikir yang dilakukan bersama warga. “Dikili kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah zikir. Dikili melantunkan rasa syukur dan doa-doa kepada Nabi Muhammad SAW atas kelahiran beliau. Dilaksanakan setelah Isya kemudian dijeda saat subuh, dilanjutkan dengan doa puncak pagi harinya sampai jam 9 atau jam 10,” kata Yamin Nusi, Kasie Pemerintahan Kecamatan Batudaai Pantai seperti dikutip diportal berita.gorontaloprov.go.id.
Di rumah-rumah, setiap keluarga sibuk membuat berbagai makanan. Kudapan tradisional khas Gorontalo disiapkan. Panganan yang biasa dibuat antara lain kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi.
Keunikan Tolangga dan Toyopo
Setelah kudapan siap, setiap panganan dibungkus plastik satu per satu. Kemudian, semua disusun di dalam sebuah Tolangga. Tolangga adalah usungan kayu unik. Biasanya terbuat dari bilah bambu atau kayu. Bentuknya sangat beraneka ragam. Ada yang menyerupai perahu, menara, atau bahkan masjid. “Yang paling dominan dibuat warga itu tolangga berbentuk menara masjid dan kapal laut (perahu). Ini menggambarkan pola kehidupan masyarakat yang sebagian besar adalah nelayan,” jelas Yamin yang juga Direktur Wisata Bongo.
Selain berisi kudapan tradisional, beberapa Tolangga juga membawa Toyopo. Toyopo adalah wadah anyaman janur. Bentuknya bulat menyerupai loyang. Biasanya Toyopo berisi nasi kuning, ikan masak, sambal, dan kue-kue basah lainnya.
Seiring perkembangan zaman, Walima mengalami sedikit modifikasi. Beberapa Tolangga kini dihiasi dengan kopi saset dan makanan ringan kemasan. Ada juga yang menambahkan brudel, kue panggang berbentuk lingkaran. “Kemudian di dalam tolangga ada toyopo, biasanya terbuat dari anyaman dari daun kelapa dibuat seperti loyang berbentuk bulat. Biasanya tempat mengisi nasi kuning, ikan yang sudah dimasak, sambal, kue-kue basah lainnya,” imbuh Yamin.
Arak-arakan Tolangga Menuju Masjid
Tolangga yang sudah dihias kemudian diarak. Warga membawanya dari rumah-rumah menuju masjid terdekat. Di masjid, prosesi doa sedang berlangsung. Masyarakat selalu menunggu atraksi membawa Tolangga ini. Biasanya diselenggarakan dengan sangat meriah. Puji-pujian dan doa syukur dilafalkan. Ini adalah bentuk rasa cinta masyarakat Gorontalo atas kelahiran Nabi Muhammad.
Setelah didoakan di masjid, panganan dalam Tolangga dibagikan. Para pelantun Dikili atau pezikir menerima bagian. Panganan yang terkumpul biasanya sangat banyak melimpah ruah. Belum termasuk panganan modifikasi.
Desa Bongo: Ikon Wisata Religi Gorontalo
Salah satu Perayaan Walima yang menonjol ada di Desa Bongo. Perayaan Walima di Desa Bongo telah menjadi acara pariwisata. Ini bertajuk Festival Walima. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Rifli Katili, mengatakan, “Peringatan maulid di Gorontalo sendiri diperingati oleh seluruh daerah tapi di Bongo ini memang terkenal dengan yang paling terbesar dan meriah.”
Daya tarik Festival Walima terletak pada arak-arakan Tolangga. Bentuknya unik dan jumlahnya banyak. Ini menjadi momen penting bagi pengunjung. Mereka bisa mengabadikan setiap tahun. Desa Bongo sendiri punya tiga daya tarik wisata lain. Ada Pantai Dulanga di timur. Di atas bukit ada Masjid Walima Emas. Serta Taman Bubohu di tengah desa.
Masjid Walima Emas memiliki bentuk unik. Menyerupai Tolangga raksasa di atas bukit. Dari sana, pemandangan pantai Desa Bongo terlihat indah. Sebagian Kota Gorontalo juga nampak jelas.
Pada tahun 2021, Desa Bongo meraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menganugerahinya. Bongo menjadi juara dua kategori Desa Wisata Berkembang. Keindahan alam dan warga yang religi menjadikan Desa Bongo istimewa. Pemerintah Provinsi Gorontalo menetapkannya sebagai Desa Wisata Religi.
Karomah Walima dan Kebersamaan
Masyarakat Gorontalo merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan tradisi ini. Masyarakat merindukan momen peringatan ini. “Perayaan walima ini juga kami percayai sebagai karomah dari zikir itu. Artinya begini, masyarakat tiga atau dua bulan sebelum perayaan walima merasa tidak cukup mengikuti perayaan ini. Tiba-tiba seminggu sebelum acara dapat rezeki. Itulah karomah karena keikhlasan memperingati kelahiran nabi,” sambung Yamin Nusi.
Tradisi Walima tidak hanya merayakan Maulid Nabi. Ia juga menjadi momen kebersamaan dan solidaritas antarwarga. Masyarakat Gorontalo terus menjaga warisan budaya ini. Mereka memperkuat ikatan sosial di antara sesama. (Tri/dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
