Kalam
Beranda » Berita » Melampaui Batas Logika: Ketika Allah Mengubah Kemustahilan Menjadi Kenyataan

Melampaui Batas Logika: Ketika Allah Mengubah Kemustahilan Menjadi Kenyataan

Zikir Istigfar
Zikir Istigfar

Melampaui Batas Logika: Ketika Allah Mengubah Kemustahilan Menjadi Kenyataan

SURAU.CO – Dalam kehidupan ini, seringkali manusia merasa begitu terbatas. Kita dibatasi oleh akal pikiran yang sempit. Kita juga dibatasi oleh tenaga yang tidak seberapa. Serta, kemampuan yang sangat terbatas. Oleh karena itu, ada banyak hal yang tampak mustahil untuk dicapai. Hal-hal itu seringkali membuat hati kita putus asa. Namun demikian, bagi Allah SWT, tidak ada yang namanya kemustahilan. Segala sesuatu di langit dan di bumi. Semuanya berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Apa yang manusia anggap tidak mungkin. Allah mampu menjadikannya mungkin. Maka, ini terjadi hanya dengan kehendak-Nya yang mutlak.

Bagaimana kita seringkali terjebak. Terjebak dalam batasan persepsi kita sendiri. Kita terlalu mudah menyerah. Kita terlalu cepat berputus asa. Hanya karena sesuatu tampak sulit. Padahal, kita memiliki Tuhan. Tuhan yang Maha Kuasa, yang tidak memiliki batasan dan yang mampu melakukan segalanya. Oleh karena itu, mari kita lepaskan. Lepaskan segala keraguan dalam diri. Mari kita tanamkan keyakinan yang kuat. Keyakinan bahwa di balik setiap kesulitan. Pasti ada kemudahan dari-Nya.

Kekuasaan Ilahi yang Tak Terbatas: Cukup Berkata “Jadilah!”

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an. Firman-Nya menegaskan kekuasaan-Nya:
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka jadilah ia.” (QS. Yasin: 82).

Ayat ini secara jelas menunjukkan kepada kita. Betapa mudahnya bagi Allah. Betapa mudahnya untuk mengabulkan sesuatu. Walaupun menurut pandangan manusia. Hal itu dianggap mustahil dan tidak masuk akal. Manusia memang terbatas oleh logika dan daya pikirnya. Akan tetapi, Allah tidak terbatas oleh apapun. Dia adalah Al-Qadir. Dialah Yang Maha Kuasa. Tidak ada satu pun yang dapat menghalangi. Tidak ada satu pun yang dapat membatasi kehendak-Nya. Maka dari itu, ketika kita memahami ini, kita akan menemukan kedamaian. Lalu, kita akan menemukan kekuatan.

Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Itu semua menjadi bukti nyata. Bukti bahwa Allah mampu mengubah kemustahilan. Mengubahnya menjadi kenyataan yang menakjubkan. Kisah-kisah ini meneguhkan iman kita.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Mari kita lihat beberapa contohnya:
Nabi Ibrahim AS. Beliau diselamatkan dari kobaran api yang besar. Api itu seharusnya membakar habis dirinya. Namun, dengan izin Allah. Api itu menjadi dingin dan menyelamatkannya. Ini adalah sebuah mukjizat.

Nabi Musa AS. Beliau mampu membelah lautan yang luas. Hanya dengan tongkatnya. Sesuatu yang jelas-jelas tidak mungkin. Tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Sebuah keajaiban yang tak terbayangkan.

Nabi Zakaria AS. Beliau dikaruniai seorang anak. Meskipun sudah tua renta. Dan istrinya mandul. Ini adalah anugerah. Anugerah yang melampaui segala hukum alam.

Semua kisah-kisah ini adalah pengingat yang kuat. Pengingat bahwa tidak ada keterbatasan. Tidak ada batas bagi kuasa Allah. Kisah-kisah ini mengajarkan kita. Bahwa iman kepada-Nya. Itu adalah kunci. Kunci untuk membuka pintu-pintu keajaiban.

Doa dan Tawakal: Kunci Membuka Pintu Kemustahilan

Ketika kita menghadapi situasi. Situasi yang tampak mustahil untuk diatasi. Seorang hamba hanya perlu melakukan beberapa hal. Ia perlu berdoa dengan sungguh-sungguh. Juga, Ia harus bersabar dalam menghadapi cobaan. Dan ia harus bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Sebab, doa bukanlah sekadar ucapan lisan. Doa adalah senjata utama. Senjata paling ampuh bagi orang beriman. Sementara itu, tawakal. Tawakal adalah bentuk keyakinan yang mendalam. Keyakinan bahwa Allah pasti akan menolong. Maka, Allah pasti akan memberikan jalan keluar.

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Rasulullah SAW bersabda, memberikan panduan berharga:
“Mintalah kepada Allah dengan keyakinan penuh, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak bersungguh-sungguh.” (HR. Tirmidzi).

Hadis ini mengajarkan kita tentang adab berdoa. Kita harus memohon kepada Allah. Kita harus memohon dengan keyakinan yang bulat. Tanpa sedikitpun keraguan. Doa bukanlah sekadar formalitas. Lebih dari itu, doa adalah jembatan komunikasi. Jembatan antara hamba dengan Penciptanya. Dengan demikian, ketika hati kita hadir sepenuhnya. Ketika kita bersungguh-sungguh dalam berdoa. Maka Allah pasti akan mengabulkannya. Entah itu dengan cara yang kita inginkan. Atau dengan cara yang jauh lebih baik.

Tidak ada yang benar-benar mustahil. Terutama jika Allah sudah berkehendak. Kehendak-Nya adalah penentu segalanya. Tugas kita sebagai manusia. Tugas kita hanyalah berusaha sekuat tenaga. Kemudian, berdoa dengan penuh harap. Dan terakhir, berserah diri sepenuhnya kepada-Nya. Jangan pernah kehilangan harapan. Jangan pernah berputus asa. Karena harapan kepada Allah. Itu adalah sumber kekuatan. Sumber kekuatan yang tidak terbatas. Harapan itu akan menguatkan kita. Menguatkan kita di tengah badai kehidupan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement