Kalam
Beranda » Berita » Arah Ketakutan Sejati: Mengapa Hanya Allah yang Pantas Kita Takuti

Arah Ketakutan Sejati: Mengapa Hanya Allah yang Pantas Kita Takuti

Arah Ketakutan Sejati: Mengapa Hanya Allah yang Pantas Kita Takuti

SURAU.CO – Dalam kehidupan sehari-hari, rasa takut memang seringkali muncul. Kadangkala, kita merasa takut akan penilaian dari sesama manusia. Mungkin pula, ada rasa takut kehilangan jabatan yang telah kita raih. Takut miskin atau khawatir akan kegagalan sering menghantui. Bahkan, rasa takut tidak berharga di mata orang lain juga kerap timbul. Namun demikian, sebagai seorang mukmin, ada satu jenis ketakutan. Ketakutan itu seharusnya lebih dominan dalam hati kita. Ketakutan tersebut adalah takut kepada Allah SWT. Dengan demikian, dialah Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak. Kekuasaan itu meliputi segala sesuatu di alam semesta ini.

Penulis sering merenungkan fenomena ini. Mengapa manusia begitu mudah terpengaruh. Terpengaruh oleh opini dan pandangan sesamanya? Sementara itu, keberadaan Allah. Dialah Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Justru seringkali terabaikan. Padahal, Dialah satu-satunya yang patut kita takuti. Dengan demikian, mari kita bersama-sama. Kita mengarahkan kembali kompas hati kita. Kita menempatkan rasa takut itu pada posisi yang seharusnya. Tidak ada alasan untuk takut kepada yang fana. Lalu, kita hanya perlu takut kepada yang Abadi.

Manusia Tidak Memiliki Kuasa Hakiki: Salahnya Menempatkan Ketakutan

Seringkali kita terlalu banyak memikirkan. Kadang juga, memikirkan pandangan dan pendapat manusia. Padahal, perlu kita ingat. Manusia hanyalah makhluk yang lemah dan terbatas. Mereka tidak memiliki kemampuan hakiki. Juga, tidak mampu memberikan manfaat ataupun mudarat. Kecuali, tentu saja, dengan izin dari Allah. Ketika kita lebih banyak takut kepada manusia. Ketimbang takut kepada Allah SWT. Maka secara tidak langsung, kita telah menempatkan rasa takut. Kita menempatkan rasa takut itu di tempat yang keliru. Maka dari itu, ini adalah sebuah kekeliruan fatal.

Allah SWT, melalui Kitab-Nya yang suci, berfirman dengan tegas:
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 175).

Ayat Al-Qur’an ini secara gamblang menegaskan. Ketakutan yang sejati, yang pantas. Dan itu hanya boleh ditujukan kepada Allah. Bukan kepada manusia. Bukan pula kepada makhluk lain manapun. Ayat ini menguatkan keyakinan kita. Yakni, hanya Allah sajalah yang patut kita agungkan. Hanya Dialah yang patut kita takuti secara mutlak. Oleh karena itu, mari kita lepaskan. Lepaskan segala belenggu ketakutan. Ketakutan yang selama ini mengikat kita. Dan juga, ketakutan yang bersumber dari penilaian manusia.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Takut kepada Allah: Sumber Keberanian dan Keteguhan Hati

Ketika hati seorang mukmin dipenuhi. Dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah. Ironisnya, justru dari sanalah. Dari sanalah akan lahir sebuah keberanian. Keberanian yang luar biasa. Keberanian dalam menghadapi manusia. Seorang mukmin memiliki keyakinan yang teguh. Rezekinya telah diatur oleh Allah. Umurnya telah ditentukan oleh Allah. Dan takdirnya berada sepenuhnya di tangan Allah. Bukan di tangan manusia. Keyakinan inilah yang menjadi fondasi. Fondasi bagi keberanian yang tak tergoyahkan.

Para nabi dan ulama terdahulu. Mereka adalah teladan yang gemilang bagi kita. Mereka tidak pernah gentar sedikit pun. Gentar terhadap ancaman atau intimidasi manusia. Hal ini karena keyakinan mereka yang penuh. Keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa. Kuasa atas hidup dan mati mereka. Dan yang paling utama, ia menghasilkan kekuatan iman yang kokoh. Marilah kita meneladani mereka. Kita mengisi hati kita dengan ketakutan yang benar.

Takut yang Menyelamatkan: Menjaga Diri dari Kemunafikan

Rasa takut kepada manusia seringkali menjerumuskan kita. Ia menjerumuskan kita pada berbagai macam kemunafikan. Rasa takut ini juga mendorong pada kepalsuan diri. Bahkan, ia bisa menyeret kita ke dalam kubangan dosa. Namun demikian, rasa takut kepada Allah. Justru sebaliknya. Ia menyelamatkan kita dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan memelihara rasa takut kepada Allah. Seorang hamba akan menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak. Ia akan menjaga lisannya dari perkataan buruk. Ia akan menjauhi segala bentuk maksiat.

Allah SWT kembali menegaskan pentingnya hal ini dalam firman-Nya:
“Dan kepada Allah saja hendaknya kamu takut, jika kamu benar-benar orang beriman.” (QS. At-Taubah: 13).

Ayat ini adalah pengingat yang kuat bagi kita. Pengingat akan prioritas dalam hidup seorang mukmin. Kita tidak boleh membiarkan. Membiarkan rasa takut kepada manusia mengendalikan hidup kita. Karena, pada hakikatnya, manusia hanyalah makhluk yang sangat terbatas. Arahkanlah seluruh rasa takut itu. Arahkanlah hanya kepada Allah. Dialah Sang Pemilik otoritas mutlak. Otoritas atas seluruh aspek kehidupan kita. Dengan menempatkan ketakutan pada tempatnya. Hati kita akan menjadi tenang dan damai. Langkah kita akan menjadi mantap dan yakin. Dan hidup kita akan senantiasa terjaga. Terjaga di jalan kebenaran yang lurus.

Riyadus Shalihin: Buku Panduan Kecerdasan Emosional (EQ) Tertua Dunia


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement