Makna Keberadaan: Mengapa Hidup Tanpa Allah Ibarat Pensil Tumpul Tanpa Titik?
SURAU.CO – Manusia sejatinya diciptakan bukan sekadar untuk hidup. Bukan pula hanya untuk memenuhi segala kebutuhan duniawi semata. Lebih dari itu, eksistensi manusia memiliki tujuan yang jauh lebih luhur. Tujuan tersebut adalah mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Coba bayangkan sejenak. Hidup tanpa kehadiran Allah ibarat sebuah pensil yang tumpul. Meskipun wujudnya tetaplah sebuah pensil. Akan tetapi, pensil itu tidak mampu menjalankan fungsi utamanya. Fungsi utama sebuah pensil adalah menulis dan memberi makna. Begitulah kiranya hidup seorang manusia. Ketika hidupnya jauh dari Allah, ia seolah berjalan. Namun, ia kehilangan arah dan tujuan yang hakiki.
Sebagai seorang hamba, kita harus menyadari fakta ini. Kehidupan ini lebih dari sekadar rutinitas. Kehidupan ini merupakan sebuah perjalanan spiritual. Perjalanan yang membutuhkan panduan. Panduan itu hanya datang dari Ilahi. Penulis kerap merenungkan. Apakah kita sudah benar-benar menemukan “titik” dalam hidup kita? Atau justru kita masih terombang-ambing. Terombang-ambing dalam kebingungan duniawi. Tanpa sandaran yang kuat? Refleksi ini penting. Refleksi ini mengajak kita mengevaluasi. Apakah setiap langkah kita telah sesuai dengan kehendak-Nya. Apakah setiap detik yang berlalu benar-benar bermakna di hadapan Allah.
Hampa di Tengah Kemewahan: Menemukan Kedamaian Sejati
Seseorang mungkin saja memiliki segalanya di dunia ini. Ia bisa saja bergelimang harta yang melimpah ruah. Ia mungkin menduduki jabatan yang tinggi dan terhormat. Bahkan, kekuasaan yang tak terbatas bisa berada dalam genggamannya. Akan tetapi, semua itu akan terasa kosong. Semua itu akan hampa tanpa makna. Apabila hidupnya jauh dari Allah. Kebahagiaan yang dicapai pun seringkali bersifat semu belaka. Kebahagiaan itu hanya bertahan sebentar, lalu dengan cepat sirna. Mengapa demikian? Karena kebahagiaan sejati tidak berasal dari hal-hal materi. Kebahagiaan yang hakiki lahir dari kedalaman hati. Hati yang senantiasa dekat dengan Allah.
Allah SWT, melalui firman-Nya, memberikan petunjuk yang sangat jelas:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Ayat suci ini menegaskan sebuah kebenaran universal. Yaitu, kedamaian batin dan ketenteraman jiwa. Hanya bisa kita dapatkan. Yaitu, dengan senantiasa menghadirkan Allah. Hadirkan Allah dalam setiap langkah kehidupan kita. Bukan dengan kekayaan. Bukan dengan ketenaran. Melainkan dengan zikir dan takwa. Dengan demikian, segala kemewahan duniawi. Segala hiruk pikuk kehidupan. Semua itu tidak akan mampu menggoyahkan. Tidak akan mampu merenggut kedamaian hakiki. Kedamaian yang telah bersemi di dalam hati seorang mukmin.
Menyelami Tujuan Hidup: Mengapa Kita Diciptakan?
Sebuah pensil yang diasah hingga tajam. Ia mampu menulis dengan sangat jelas. Tulisan itu menjadi bermanfaat bagi banyak orang. Demikian pula halnya dengan manusia. Apabila hidupnya selalu bersama Allah. Ia akan menemukan arah yang benar dan pasti. Tujuan hidup tidak lagi sekadar mengejar kesenangan dunia. Tujuan hidup berubah menjadi pencarian ridha-Nya. Inilah yang sesungguhnya, yang menjadikan hidup kita bermakna. Inilah yang memberikan nilai abadi.
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an, menjelaskan hakikat penciptaan:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Ayat yang agung ini secara langsung menjawab. Ia menjawab pertanyaan fundamental mengenai hakikat kehidupan. Tanpa kehadiran Allah. Tanpa kesadaran akan tujuan penciptaan. Manusia akan kehilangan “titik” tujuan yang sebenarnya. Akibatnya, hidupnya hanyalah sekadar rutinitas. Rutinitas tanpa makna. Rutinitas tanpa arah yang jelas. Oleh karena itu, mari kita pahami betul. Hidup ini adalah sebuah amanah. Sebuah kesempatan. Sebuah peluang besar untuk meraih cinta-Nya. Menjadi hamba yang bertaqwa.
Mengasah Hati dengan Iman: Mempertajam Keberadaan Diri
Layaknya sebuah pensil yang memerlukan pengasahan. Pengasahan itu agar ia menjadi tajam. Pengasahan itu agar ia mampu menulis dengan baik. Manusia pun juga perlu mengasah hatinya. Asah hati dengan iman yang kokoh. Dengan hati dengan ibadah yang khusyuk. Dan dengan amal kebaikan yang tiada henti. Dengan cara inilah, hidup akan menjadi lebih jelas. Hidup akan menjadi lebih penuh arti. Hidup juga akan menjadi sangat bermanfaat. Bermanfaat bagi diri sendiri. Bermanfaat pula bagi orang lain di sekitar kita. Inilah esensi kehidupan. Inilah tujuan utama keberadaan kita di dunia fana ini.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
