Doa
Beranda » Berita » Refleksi Doa dan Hadist: Menjaga Lisan dan Tangan dalam Bingkai Tauhid

Refleksi Doa dan Hadist: Menjaga Lisan dan Tangan dalam Bingkai Tauhid

Refleksi Doa dan Hadist: Menjaga Lisan dan Tangan dalam Bingkai Tauhid

Refleksi Doa & Hadist: Menjaga Lisan dan Tangan dalam Bingkai Tauhid.

 

Doa: “Ya Allah, tetapkan aku pada perkataan yang benar (kalimat tauhid) dalam kehidupan di dunia dan akhirat.”

Hadis: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian mengarahkan senjatanya kepada saudaranya, sebab mungkin saja setan menariknya dari tangannya, lantas dia terjerumus dalam lubang neraka (membunuh saudaranya).”
(HR. Muttafaq ‘Alaih)

Doa agar teguh di atas kalimat yang benar

Doa ini adalah permohonan agar Allah meneguhkan hati dan lisan kita untuk senantiasa berkata benar, terutama kalimat tauhid yang merupakan inti dari iman. Perkataan yang benar bukan hanya pada saat kita mengucapkan syahadat, tetapi juga pada seluruh aspek kehidupan:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ketika berbicara kepada orang lain.

Saat memberi nasihat, bersaksi, maupun menyampaikan kebenaran.

Hingga di akhir hayat, doa ini memohon agar kita diwafatkan di atas kalimat Laa ilaaha illallah.

Hal ini selaras dengan firman Allah:

> “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
(QS. Ibrahim: 27)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Hadis tentang bahaya mengarahkan senjata

Rasulullah ﷺ memberi peringatan keras agar tidak bermain-main atau iseng dengan senjata, apalagi diarahkan kepada sesama muslim. Senjata dalam konteks zaman Nabi bisa berupa pedang, tombak, atau panah. Namun dalam konteks modern, ia bisa berupa pisau, senjata api, bahkan benda apa saja yang berpotensi melukai.

Pesan penting hadis ini:

Nyawa seorang muslim sangat berharga; tidak boleh direndahkan atau diancam.
Setan bisa memperdaya; seseorang bisa khilaf, terpancing emosi, lalu melakukan hal yang berujung fatal.
Tangan yang ceroboh bisa jadi jalan menuju neraka, jika sampai membunuh tanpa hak.

Menghubungkan doa dan hadis: Doa agar Allah meneguhkan kita pada perkataan benar harus tercermin juga pada perbuatan yang benar. Seorang muslim yang lisannya teguh pada tauhid tidak mungkin meremehkan darah dan nyawa saudaranya. Sebab:

Lisan yang benar menuntun hati untuk jujur dan amanah.
Hati yang lurus mengendalikan tangan dari kezaliman.
Tauhid yang kokoh menghalangi setan dari menjerumuskan kita ke dalam dosa besar.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Pesan moral untuk kehidupan sekarang

Jangan remehkan kata-kata dan tindakan. Lisan bisa menyelamatkan atau menjerumuskan, begitu pula tangan kita.

Hindari sikap main-main yang berbahaya; di zaman modern, ini juga berlaku pada bercanda dengan benda tajam, senjata, atau bahkan “senjata digital” berupa ujaran kebencian di media sosial.

Gunakan doa sebagai tameng dari kelalaian, sehingga Allah selalu mengawasi ucapan dan perbuatanmu.

Penutup: Menjaga Diri, Lisan dan Tangan

Doa agar diteguhkan pada kalimat benar dan hadis larangan mengarahkan senjata sama-sama mengajarkan etika tauhid: menjaga diri, lisan, dan tangan.

Tauhid bukan sekadar ucapan, melainkan kesadaran penuh bahwa setiap perkataan dan perbuatan kita bernilai di hadapan Allah.

Maka, mari kita berdoa agar lisan kita istiqamah dengan kalimat tauhid, dan tangan kita tidak pernah diperalat setan untuk mencelakai saudara.

 

 

 


Keteguhan Hati di Balika Ketenangan.

 

Seringkali kita melihat seseorang yang tampak tenang menghadapi hidupnya. Senyumnya tetap terukir, langkahnya terlihat mantap, ucapannya terdengar menenangkan. Namun, siapa yang tahu betapa berat beban yang dipikulnya?

Ketenangan itu bukan berarti ia tak pernah rapuh, bukan berarti ia terbebas dari masalah. Justru di balik tenangnya wajah, ada ujian hidup yang terus mendewasakan. Ada luka batin yang tak pernah ia ceritakan pada siapa pun. Ada tangis panjang yang hanya Allah dan malam yang mengetahuinya.

Rahasia dari keteguhan itu sederhana: keyakinan. Ia yakin bahwa selama dirinya menjaga kedekatan dengan Allah, segala sesuatu akan baik-baik saja. Rasa sakit memang ada, cobaan memang nyata, tapi keyakinan itu membuat hatinya tak larut dalam keputusasaan.

Inilah bedanya orang yang bersandar pada Allah dengan yang hanya bersandar pada dirinya sendiri. Ia sadar dirinya lemah, namun dalam kelemahan itu ia temukan kekuatan, sebab Allah selalu dekat. Allah berfirman:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman.”!(QS. Ali ‘Imran: 139)

Ketenangan adalah buah dari iman. Semakin dekat seseorang dengan Allah, semakin kuat ia menghadapi ujian. Ia tahu bahwa setiap musibah adalah ujian kasih sayang, bukan hukuman. Dia tahu bahwa setiap air mata adalah cara Allah membersihkan dosa. Ia tahu bahwa setiap kesulitan pasti diiringi kemudahan.

Maka, jangan iri pada orang yang terlihat tenang. Sebab di balik ketenangannya ada doa yang panjang, ada sabar yang dalam, ada keyakinan yang kokoh. Dan jangan merasa kecil bila kita sendiri pernah rapuh, karena rapuh adalah bagian dari menjadi manusia. Yang terpenting adalah bagaimana kita selalu kembali pada Allah, memperbaiki hubungan dengan-Nya, dan menjaga jarak hati agar tak pernah jauh dari-Nya.

Tenanglah… karena selama kita bersama Allah, tidak ada masalah yang benar-benar mampu meruntuhkan. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement