Perpustakaan, Ulama, dan Cahaya Ilmu.
Gambar ini merekam suasana sederhana namun sarat makna. Beberapa orang yang tampak mengenakan pakaian islami duduk bersama di sebuah perpustakaan. Rak-rak buku tersusun rapi di belakang mereka, seakan menjadi saksi bisu bahwa ilmu adalah warisan agung yang selalu terjaga lintas zaman.
Perpustakaan bukan hanya tempat penyimpanan buku, melainkan rumah bagi ide, sejarah, dan hikmah. Di sinilah pertemuan antara ulama, penuntut ilmu, dan khazanah peradaban berlangsung dalam harmoni. Seorang ulama klasik pernah berkata: “Al-‘Ilmu fil kutub, wal kutub fil maktabah, wal maktabah fi qulubil ‘ulama.” – Ilmu ada dalam buku, buku ada di perpustakaan, dan perpustakaan hakikatnya ada dalam hati para ulama.
Tiga makna yang dapat kita petik dari momen ini
1. Ilmu sebagai warisan terbesar.
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang sangat besar. Duduk di perpustakaan, dikelilingi buku, mengingatkan kita pada pesan itu: warisan nabi ada di hadapan kita, tinggal kita mau mengambilnya atau tidak.
2. Kebersamaan dalam menuntut ilmu.
Duduk bersama dalam suasana ukhuwah menghadirkan energi positif. Menuntut ilmu tidak selalu sendiri, tetapi juga bersama orang-orang saleh, karena dari merekalah kita belajar keteladanan. Kebersamaan itu menguatkan niat, menjaga semangat, dan melahirkan sinergi dakwah.
3. Perpustakaan sebagai benteng peradaban.
Peradaban Islam lahir dari kecintaan pada ilmu. Baghdad di era Abbasiyah, Cordoba di Andalusia, hingga Kairo dan Istanbul, semua menjadikan perpustakaan sebagai pusat cahaya. Dari sinilah lahir pengetahuan yang menerangi dunia. Perpustakaan bukan sekadar ruang sunyi, tetapi mercusuar yang membimbing umat menuju kejayaan.
Duduk di antara rak-rak buku, kita seakan mendengar bisikan sejarah
bahwa setiap lembar kitab adalah saksi perjuangan ulama, setiap catatan tinta adalah nyala lilin di tengah gelapnya kebodohan. Maka, siapa pun yang masih mencintai ilmu, ia sedang ikut menyalakan lentera peradaban.
Mari kita jadikan perpustakaan bukan sekadar tempat singgah, tetapi ruang kontemplasi.
Mari kita duduk bersama kitab, berdialog dengan ulama, dan memaknai kembali bahwa kejayaan Islam bertumpu pada “Iqra’”—perintah pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.
Menikah Bukan Sekadar Tinggal Bersama.
Banyak orang memahami pernikahan hanya sebatas “kewajiban” mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Padahal, jika hanya itu tujuannya, seorang perempuan pun mampu bekerja, menghidupi, dan mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa harus menikah. Maka jelas, hakikat menikah jauh lebih luas dari sekadar urusan materi.
Menikah adalah ibadah yang memerlukan hati, kesabaran, dan keikhlasan. Suami dan istri dipertemukan bukan untuk saling membebani, melainkan untuk saling melengkapi. Allah ﷻ berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan menikah adalah terciptanya sakinah (ketenangan), mawaddah (kasih sayang), dan rahmah (cinta yang penuh rahmat). Maka pernikahan bukan sekadar dua orang yang tinggal di satu rumah, tetapi dua jiwa yang berkomitmen untuk memahami, mendukung, dan menumbuhkan cinta dalam bingkai ibadah.
Dalam kehidupan rumah tangga, ada saatnya suami lelah, istri merasa letih, bahkan masalah datang bertubi-tubi. Di sinilah dibutuhkan kesabaran, pengertian, dan cinta yang tulus. Sebab rumah tangga bukan tentang siapa yang lebih berkuasa, tetapi tentang bagaimana saling menopang agar keduanya sama-sama kuat di jalan Allah.
Pesan: Menikah adalah perjalanan panjang. Jangan reduksi pernikahan hanya pada urusan nafkah, sebab hakikatnya adalah ibadah yang menyatukan dua hati dalam ridha Allah. Hidup bersama dalam pernikahan adalah belajar untuk saling memahami, saling menjaga, dan saling menuntun menuju surga. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
