Masjid
Beranda » Berita » Masjid Agung Banten: Dari Pusat Dakwah hingga Ikon Ziarah Religi

Masjid Agung Banten: Dari Pusat Dakwah hingga Ikon Ziarah Religi

Masjid Agung Banten Lama
Masjid Agung Banten Lama

SURAU.CO-Masjid Agung Banten tampil sebagai simbol sejarah dan spiritual yang kuat. dibangun pada abad ke-16 dan sejak itu berfungsi tidak hanya sebagai tempat salat, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pembelajaran Islam bagi Kesultanan Banten. Masjid Agung Banten kini kerap dikunjungi peziarah dan wisatawan yang mencari warisan religi dan budaya.

Kompleks Masjid Agung Banten memadukan gaya Jawa kuno dengan pengaruh Tiongkok, Eropa, Arab, dan Mughal — cerminan status Banten sebagai pelabuhan dagang internasional pada masa lalu. Atap bertingkat bergaya Jawa, tiang-tiang berpahat dengan motif lotus, serta tiyamah (bangunan pertemuan bergaya Belanda) menunjukkan akulturasi estetika dan fungsi dakwah sosial. Menara tinggi yang mirip mercusuar menjadi penanda visual yang memandu peziarah.

Pembentukan fungsi dakwah terlihat pada peran tiyamah sebagai ruang kajian dan pertemuan umat—sebuah model yang menautkan ritual ibadah dengan pendidikan. Interaksi lintas budaya dari pedagang, ulama, dan arsitek menjelaskan mengapa masjid ini menjadi pusat intelektual sekaligus praktik keagamaan. Dari sinilah dakwah Islam tumbuh dengan corak khas Nusantara yang ramah dan terbuka.

Arsitektur & Warisan: Masjid Agung Banten sebagai Pusat Dakwah

Kompleks Masjid Agung Banten juga menjadi lokasi makam para sultan. Tradisi ziarah ke area ini menghadirkan praktik tahlil, doa, dan penguatan memori kolektif. Aktivitas spiritual tersebut menjaga kesinambungan nilai-nilai religius sekaligus meneguhkan identitas masyarakat Banten sebagai penjaga warisan Islam.

Pelestarian masjid melibatkan konservasi material asli seperti kayu, batu bata, dan atap tradisional. Pengelolaan kunjungan dilakukan dengan mengatur alur wisata agar tidak mengganggu aktivitas ibadah. Model kolaborasi antara ulama, pemerintah daerah, dan masyarakat menjadikan masjid tetap terawat, sekaligus memberikan manfaat ekonomi melalui wisata religi yang terkendali.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Relevansinya bersifat timeless. Masjid Agung Banten bukan hanya bangunan tua, melainkan pusat pendidikan spiritual yang terus beradaptasi dengan zaman. Di era modern, dokumentasi digital, tur virtual, hingga program edukasi berbasis komunitas bisa menjadi cara baru mengenalkan nilai-nilai dakwah. Dengan begitu, generasi muda tetap merasa dekat dengan sejarah leluhur mereka.

Masjid ini juga memberi pengalaman langsung bagi peziarah. Saat memasuki kompleks, suasana sakral terasa dari arsitektur yang kokoh dan lantunan doa jamaah. Bagi sebagian orang, kunjungan ini menjadi momentum refleksi: bagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW diwariskan lewat simbol-simbol arsitektur dan praktik ibadah yang sederhana, namun penuh makna.

Ziarah Religi & Pelestarian: Menjaga Makna Masjid Agung Banten

Bagi pengelola, ada tantangan sekaligus peluang. Tantangan berupa menjaga kesakralan di tengah meningkatnya arus wisatawan. Peluang hadir lewat pengembangan program edukatif, seperti kelas sejarah Islam lokal atau workshop kaligrafi di area masjid. Pendekatan ini menambah dimensi pengalaman ziarah: bukan hanya ibadah, tetapi juga pembelajaran budaya.

Dengan menggabungkan fungsi dakwah, wisata, dan pelestarian budaya, Masjid Agung Banten terus relevan hingga kini. Dari pusat dakwah Kesultanan di abad ke-16, kini ia menjadi ikon ziarah religi yang memperkuat identitas Islam Nusantara. Warisan ini akan terus hidup sepanjang ada generasi yang merawatnya dengan cinta dan ilmu.

Peziarah yang datang ke Masjid Agung Banten sering merasakan suasana damai sejak memasuki halaman. Alunan doa dan aroma dupa tradisional berpadu dengan hiruk-pikuk pedagang kecil di sekitar. Perpaduan spiritual dan sosial ini menjadikan ziarah bukan sekadar ritual, tetapi pengalaman kultural yang hangat dan membekas di hati.

Masjid Soko Tunggal Tamansari: Keajaiban Satu Tiang di Jantung Yogyakarta

Selain nilai ibadah, kunjungan ke masjid ini juga membuka wawasan sejarah Islam Nusantara. Wisatawan dapat belajar langsung tentang arsitektur tradisional yang sarat makna, kisah para sultan, dan jejak dakwah ulama terdahulu. Setiap detail bangunan mengajarkan bahwa Islam berkembang melalui kearifan lokal, toleransi, dan perpaduan budaya yang harmonis. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement