SURAU.CO – Buku laris Dr. Joe Dispenza ini menggemparkan dunia dengan janji mengubah takdir melalui kekuatan pikiran. Sebagai Muslim, di manakah kita seharusnya berdiri?
Di era dimana kegelisahan jiwa menjadi epidemi global, buku-buku self-help berkembang bak cendawan di musim hujan. Salah satu yang paling fenomenal adalah Becoming Supernatural karya Dr. Joe Dispenza. Buku ini menjanjikan sebuah revolusi: bahwa manusia bisa menyembuhkan diri sendiri, menarik keberkahan, dan mencipta realitas hanya dengan kekuatan pikiran dan meditasi.
Klaim-klaim sainsnya terkesan mengagumkan. Namun, sebagai Muslim yang memiliki pandangan hidup yang utuh (worldview), kita perlu menyikapinya dengan bijak; mengambil yang sejalan dengan syariat, dan meninggalkan yang menyesatkan aqidah.
Melirik “Mukjizat” Diri yang Ditawarkan Dispenza
Inti dari Becoming Supernatural adalah keyakinan bahwa manusia menyimpan potensi “super” yang terpendam. Dengan menggabungkan neurosains, epigenetika, dan fisika kuantum, Dispenza berargumen bahwa kita bisa keluar dari penjara genetik dan trauma masa lalu melalui meditasi.
Ia menyebut, dengan teknik tertentu, kita dapat memprogram ulang otak, menyelaraskan gelombang jantung, dan bahkan mengakses “medan kuantum” sebuah ranah kemungkinan tak terbatas untuk mewujudkan masa depan yang kita inginkan.
Nilai yang Bisa Kita Ambil: Gagasan bahwapikiran dan doa memiliki pengaruh pada realitas adalah sesuatu yang Islam akui. Rasulullah SAW bersabda, “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi). Keyakinan (yaqin) adalah keadaan pikiran dan hati yang paling powerful.
Titik Konvergensi: Di Mana Dispenza dan Islam Bersinggungan?
Beberapa ajaran Dispenza memiliki kemiripan dengan konsep Islam, meski dengan dasar dan tujuan yang berbeda.
· Kekuatan Pikiran & Hati vs. Tazkiyatun Nafs: Dispenza menekankan pembersihan pikiran negatif dan emosi traumatis. Dalam Islam, ini adalah esensi dari tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik (husnudzon), bersyukur, dan bersabar, yang semua itu adalah bentuk reprogramming hati menuju keadaan yang lebih sehat dan tenang.
· Pengaturan Nafas & Meditasi vs. Dzikir & Muraqabah: Teknik pernapasan dan meditasi Dispenza bertujuan menenangkan sistem saraf. Dalam Islam, kita memiliki dzikirullah (mengingat Allah). Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Tenangnya hati inilah yang kemudian berefek positif pada kesehatan jasmani.
· Epigenetika vs. Doa dan Ikhtiar: Dispenza menolak determinisme genetik. Islam juga mengajarkan bahwa doa dapat mengubah takdir. Kita diperintahkan untuk berikhtiar maksimal, dan hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah. Pikiran positif dan ikhtiar adalah sunnatullah, sementara doa adalah senjata mukmin.
Titik Divergensi: Jurang Aqidah yang Harus Diwaspadai
Inilah bagian paling kritis. Meski ada titik temu, fondasi buku ini sangat bertentangan dengan Aqidah Islamiyah.
· “Medan Kuantum” vs. Allah SWT: Konsep paling berbahaya adalah “medan kuantum”. Dispenza menyebutnya sebagai sumber energi dan inteligensi tak terbatas yang bisa kita akses. Dalam Islam, sumber segala sesuatu adalah Allah SWT, Yang Maha Pencipta, bukan sekadar “medan” energi impersonal. Menyamakan kehendak Allah dengan sebuah “medan” adalah bentuk penyekutuan yang samar (syirik khafi).
· Manusia adalah “Tuhan” vs. Manusia adalah Hamba: Buku ini pada akhirnya menjadikan manusia sebagai pusat segalanya (“You are the creator of your reality”). Ini adalah paham humanisme sekuler yang ekstrem, bahkan mendekati kesombongan Fir’aun. Sebagai Muslim, kita meyakini bahwa kita adalah hamba (abdullah) yang lemah. Kekuatan kita datang dari bertawakkal kepada Allah, bukan dari diri kita sendiri.
· Menyembah Diri Sendiri vs. Menyembah Allah: Tujuan akhir meditasi Dispenza adalah mencapai “higher state of consciousness” dan mengalami “mystical experiences”. Tujuannya adalah kepuasan diri sendiri. Sedangkan tujuan tertinggi seorang Muslim adalah untuk beribadah kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Setiap ibadah, termasuk dzikir, memiliki niat yang lurus untuk Allah, bukan untuk eksperimen sensasi spiritual.
Klenjar Pineal: “Mata Ketiga” atau Bisikan Syaitan?
Dispenza mengagungkan kelenjar pineal sebagai “mata ketiga” yang merupakan antena spiritual. Ini adalah keyakinan yang diadopsi dari tradisi esoterik dan okultisme.
Dalam Islam, tidak ada konsep “mata ketiga”. Yang ada adalah bashirah (mata hati) yang bisa jernih jika selalu dibersihkan dengan iman dan dzikir. Aktivitas spiritual yang membuka “pintu persepsi” lain diluar yang diajarkan Rasulullah SAW sangat berbahaya dan bisa menjadi jalur gangguan syaitan.
Ambil Hikmahnya, Tinggalkan Kesyirikannya
Lalu, bagaimana sikap kita?
Apresiasi pada Ikhtiar Sains: Kita bisa menghargai ikhtiar Dispenza dalam menjelaskan kehebatan potensi manusia, yang sebenarnya adalah bukti dari kebesaran Allah sebagai Pencipta.
Teguhkan Aqidah: Jadikan Aqidah Islamiyah sebagai filter utama. Setiap bacaan, termasuk buku ini, harus kita saring dengan pertanyaan: “Apakah ini menguatkan tauhid saya atau justru merusaknya?”
Ganti Meditasinya dengan Dzikir: Alih-alih melakukan meditasi untuk mengosongkan pikiran atau mengakses “medan kuantum”, penuhilah pikiran dan waktu kita dengan dzikir, tilawah Al-Qur’an, dan shalawat. Inilah “meditasi” terbaik yang diajarkan Rasulullah SAW.
Tujuan Akhir adalah Allah, Bukan Diri Sendiri: Ingatlah selalu bahwa segala bentuk ikhtiar, baik untuk kesembuhan maupun kesuksesan, tujuannya adalah untuk membuat kita menjadi hamba yang lebih bersyukur dan tunduk kepada Allah, bukan menjadi “manusia super” yang mandiri dari Allah.
Finalnya, buku Becoming Supernatural adalah cermin dari jiwa-jiwa Barat yang haus spiritualitas namun tercerabut dari wahyu. Mereka mencari Tuhan, tetapi justru menemukan diri mereka sendiri. Sebagai Muslim, kita telah memiliki panduan lengkap dari Sang Pencipta. Marilah kita gali kekayaan spiritual Islam yang sahih, yang tidak hanya menawarkan ketenangan duniawi, tetapi juga ridha dan surga Ilahi.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
