Opinion
Beranda » Berita » Allah Mencintai Orang yang Berbuat Baik dan Menjadi Orang Baik

Allah Mencintai Orang yang Berbuat Baik dan Menjadi Orang Baik

Kebaikan sederhana dalam keseharian, nenek menyuguhkan wedang jahe untuk cucunya.
Nenek menyuguhkan minuman hangat untuk cucunya, melambangkan kebaikan sederhana yang lahir dari hati tulus. Suasana rumah tradisional dengan lampu minyak menambah kesan filosofis dan puitis.

Surau.co. Setiap hati mendambakan cinta Allah. Cinta itu bukan sekadar doa yang terucap, melainkan buah dari kebaikan yang kita lakukan dan sifat baik yang kita pelihara. Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik, bukan hanya karena amal yang mereka kerjakan, tetapi juga karena jiwa mereka yang terdidik untuk menjadi orang baik.

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ali Imran: 134)

Ayat ini membuka cakrawala luas. Ada makna aktif—kebaikan yang lahir dari tindakan nyata, dan ada makna pasif—keadaan jiwa yang berbuah menjadi pribadi baik. Keduanya menyatu ibarat sawah dan air: sawah tanpa air akan kering, air tanpa sawah akan mengalir tanpa guna.

Makna Berbuat Baik Menurut Qur’an dan Hadis

Berbuat baik adalah laku aktif. Ia tampak dalam tangan yang memberi, lisan yang menyejukkan, dan hati yang lapang. Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan dalam hadis Jibril:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Hadis ini menegaskan bahwa berbuat baik bukanlah sekadar amal lahiriah, tetapi lahir dari kesadaran bahwa Allah selalu hadir. Seperti petani yang mencangkul sawah dengan sabar, meskipun tak ada yang memperhatikan, ia tetap menanam dengan sungguh-sungguh. Karena ia yakin ada mata langit yang menyaksikan.

Berbuat baik berarti menghadirkan manfaat, bahkan dalam hal-hal kecil. Senyum yang meneduhkan, salam yang menghidupkan, atau secangkir air yang disuguhkan kepada tamu dengan tulus—semua itu menjadi bagian dari amal ihsan.

Menjadi Orang Baik: Ngelmu iku kelakone kanthi laku

Namun, berbuat baik saja tidak cukup. Lebih dalam dari itu adalah menjadi orang baik. Inilah sisi pasif yang sejati, keadaan batin yang membuat kebaikan mengalir tanpa paksaan.

Orang bijak berkata: ngelmu iku kelakone kanthi laku—ilmu hanya akan terwujud dengan laku nyata. Begitu pula kebaikan, ia hanya akan melekat dalam diri bila dilatih terus-menerus hingga menjadi watak.

Seperti alunan gamelan, harmoni tidak tercipta dari satu tabuhan, melainkan dari keselarasan yang berulang dan konsisten. Orang yang hatinya telah dibiasakan dalam kebaikan akan memancarkan kelembutan, bahkan tanpa kata-kata. Ia ibarat perapian dapur yang selalu menyala pelan, memberi hangat meski tidak selalu terlihat.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Menjadi orang baik berarti bertransformasi: bukan lagi memikirkan apa yang kita lakukan untuk orang lain, melainkan menjadikan kebaikan sebagai sifat diri. Orang lain akan merasakan keteduhan, sama seperti sawah yang menghijau menyejukkan pandangan, meski ia hanya berdiri diam.

Berbuat Baik di Era Modern: Integritas dalam Pekerjaan dan Hubungan

Di tengah hiruk pikuk zaman, kebaikan sering diukur dari pencapaian besar. Padahal, berbuat baik tetap bisa sederhana: integritas dalam pekerjaan, kejujuran dalam bisnis, kesetiaan dalam hubungan.

Seorang pekerja yang menunaikan tugas dengan sungguh-sungguh meski tanpa pengawasan, itulah berbuat baik. Seorang pedagang yang menimbang dengan jujur meski pembeli tak menghitung ulang, itulah berbuat baik.

Di era modern, kebaikan tidak lagi hanya berbentuk sedekah atau pertolongan fisik. Ia hadir dalam sikap profesional, transparansi, dan tanggung jawab. Berbuat baik menjadi fondasi kepercayaan dalam masyarakat yang kian kompleks.

Namun, jangan dilupakan bahwa menjadi orang baik jauh lebih penting. Banyak orang mampu sekali dua kali berbuat baik, tapi hanya sedikit yang benar-benar menjadikan kebaikan sebagai jati diri. Seperti hujan yang turun dengan konsisten, menyuburkan bumi dari musim ke musim, demikianlah pribadi baik: ia menebar manfaat terus-menerus.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Menjadi Orang Baik sebagai Puncak Akhlak Spiritual

Ihsan bukan sekadar amal yang terlihat, melainkan keadaan jiwa yang menjadi puncak akhlak spiritual. Di sinilah berbuat baik (aktif) dan menjadi orang baik (pasif) menyatu.

Ibnu Athaillah al-Sakandari menulis dalam al-Hikam:
“Amal yang lahir dari jiwa yang jernih, walau kecil, lebih baik daripada amal besar yang bercampur nafsu.”

Kalimat ini menunjukkan bahwa kualitas amal terletak pada siapa pelakunya. Bila jiwa telah menjadi baik, maka setiap tindakannya, sekecil apapun, akan berkilau dengan cahaya ikhlas.

Menjadi orang baik berarti menata hati agar lapang, sehingga setiap perbuatan keluar dari cinta, bukan dari pamrih. Ia tidak mencari penghargaan, seperti angin yang berhembus tanpa tanda tangan. Ia hanya ingin menghadirkan kesejukan.

Inilah puncak akhlak spiritual: ketika manusia tidak hanya berbuat baik sesekali, tetapi telah menjelma menjadi pribadi baik, sehingga setiap jejak hidupnya membawa kebaikan.

Penutup: Kebaikan yang Menyuburkan Hidup

Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik dan menjadi orang baik. Cinta Ilahi itu hadir sebagai jawaban bagi mereka yang menjadikan kebaikan sebagai laku sekaligus jati diri.

Hidup ibarat ladang yang menunggu ditanami. Bila kita hanya sesekali menabur benih kebaikan, mungkin panennya sedikit. Tapi bila kita menjadikan diri sebagai tanah yang subur, maka setiap hujan amal akan menumbuhkan kehidupan.

Maka, marilah kita belajar berbuat baik dengan tulus, dan perlahan melatih diri agar menjadi orang baik. Karena cinta Allah akan selalu menyertai keduanya—bagi tangan yang memberi, dan bagi hati yang telah menjadi sumber kebaikan itu sendiri.

* Reza Andik Setiawan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement