Dahulu, peradaban Islam menjadi mercusuar dunia. Ilmuwan Muslim memimpin di bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Kota-kota seperti Baghdad dan Cordoba menjadi pusat ilmu pengetahuan. Namun, kini kondisinya berbalik. Banyak negara mayoritas Muslim tertinggal dalam inovasi dan ekonomi. Pertanyaan besar pun muncul: mengapa umat Islam mengalami kemunduran?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks. Terdapat berbagai faktor internal dan eksternal yang saling terkait. Memahaminya bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk mencari jalan kebangkitan.
Kilas Balik Masa Keemasan Islam
Peradaban Islam pernah mencapai puncak keemasan. Periode ini berlangsung dari abad ke-8 hingga ke-13. Para cendekiawan seperti Ibnu Sina menulis kitab kedokteran yang menjadi rujukan di Eropa. Al-Khawarizmi meletakkan dasar-dasar aljabar modern. Semangat mencari ilmu sangat tinggi. Mereka menerjemahkan karya-karya Yunani kuno. Lalu, mereka mengembangkannya menjadi penemuan baru.
Semangat ini didasari oleh dorongan agama untuk menggunakan akal. Al-Qur’an dan Hadis mendorong manusia untuk belajar dan mengamati alam semesta. Hal ini melahirkan budaya intelektual yang dinamis dan terbuka.
Faktor Internal: Akar Masalah dari Dalam
Kemunduran sering kali dimulai dari masalah internal. Beberapa faktor utama menjadi penyebab kemunduran umat Islam dari dalam.
1. Stagnasi Intelektual dan Tertutupnya Pintu Ijtihad
Salah satu faktor krusial adalah pergeseran tradisi berpikir. Semangat ijtihad (penalaran mandiri berdasarkan sumber utama) perlahan memudar. Umat mulai cenderung pada taqlid (mengikuti pendapat ulama terdahulu secara membabi buta). Akibatnya, pemikiran kritis dan inovasi menjadi tumpul. Ilmu pengetahuan tidak lagi berkembang sepesat sebelumnya.
Cendekiawan Muslim, Dr. Yusuf Al-Qaradawi, pernah menyatakan, “Umat ini tidak akan pernah bangkit kecuali dengan apa yang membangkitkan generasi pertamanya, yaitu pemahaman yang benar terhadap Islam dan kesungguhan dalam mengamalkannya.”
Kutipan ini menekankan pentingnya kembali ke semangat intelektual yang otentik. Bukan sekadar meniru tanpa pemahaman mendalam.
2. Perpecahan Politik dan Konflik Internal
Sejarah mencatat banyak konflik internal di dunia Islam. Perebutan kekuasaan dan perpecahan sektarian menguras banyak energi. Sumber daya yang seharusnya untuk pembangunan dialihkan untuk perang. Kesatuan politik yang kuat mulai retak. Penyerangan Bangsa Mongol yang menghancurkan Baghdad pada 1258 menjadi puncak dari kerapuhan ini. Peristiwa itu meluluhlantakkan pusat intelektual Islam saat itu.
3. Menurunnya Kualitas Pendidikan
Sistem pendidikan di banyak negara Muslim mengalami penurunan kualitas. Kurikulum sering kali hanya menekankan hafalan. Kemampuan analisis dan berpikir kritis kurang terasah. Investasi di bidang riset dan pengembangan (R&D) juga sangat minim. Padahal, riset adalah jantung dari kemajuan teknologi dan inovasi. Tanpa riset yang kuat, sebuah bangsa hanya akan menjadi konsumen teknologi.
Faktor Eksternal: Pengaruh dari Dunia Luar
Selain masalah internal, tekanan dari luar juga berperan besar. Kolonialisme dan imperialisme negara-negara Barat selama berabad-abad meninggalkan luka mendalam.
Negara Barat datang dan mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka juga merusak tatanan sosial dan politik yang sudah ada. Batas-batas negara modern sering kali digambar tanpa mempertimbangkan suku dan budaya lokal. Hal ini menciptakan konflik berkepanjangan bahkan setelah kemerdekaan. Intervensi geopolitik modern juga terus menjaga kawasan Timur Tengah tetap tidak stabil.
Jalan Menuju Kebangkitan
Melihat berbagai penyebab kemunduran umat Islam, menyalahkan masa lalu tidak akan mengubah apa pun. Langkah konkret harus segera diambil.
-
Reformasi Pendidikan: Kurikulum pendidikan harus dirombak total. Fokus harus bergeser dari hafalan ke pemecahan masalah. Pembelajaran sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) harus menjadi prioritas utama.
-
Menghidupkan Kembali Budaya Intelektual: Semangat ijtihad dan inovasi harus dibangkitkan kembali. Umat Islam harus berani mengkaji ulang pemikiran lama. Lalu, menyesuaikannya dengan tantangan zaman modern.
-
Meningkatkan Persatuan dan Stabilitas: Para pemimpin negara Muslim perlu mengesampingkan perbedaan. Mereka harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Stabilitas politik adalah syarat mutlak untuk pembangunan ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Kesimpulannya, ketertinggalan umat Islam hari ini adalah buah dari proses sejarah yang panjang. Faktor internal seperti stagnasi pemikiran dan perpecahan menjadi penyebab utama. Faktor eksternal seperti kolonialisme memperburuk keadaan. Namun, potensi untuk bangkit selalu ada. Dengan reformasi pendidikan, budaya riset, dan persatuan, umat Islam dapat kembali berkontribusi besar bagi peradaban dunia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
