Pendidikan
Beranda » Berita » Apa Kewajibanmu terhadap Tetanggamu dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Apa Kewajibanmu terhadap Tetanggamu dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Abdullah
Sebuah kelas Islam tradisional dengan sekelompok anak laki-laki berpakaian putih dan peci hitam sedang belajar akhlak.

SURAU.CO Hubungan dengan tetangga mencerminkan akhlak seorang muslim. Umar bin Ahmad Baraja dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 menghadirkan kisah-kisah nyata dari sahabat dan ulama. Melalui kisah itu, kita belajar bahwa tetangga bukan sekadar orang yang tinggal di samping rumah, melainkan bagian dari kehidupan sosial yang harus dijaga dengan kasih sayang, empati, dan kesabaran. Abdullah bin Umar meneladani wasiat Rasulullah ﷺ dengan memberi daging kepada tetangga Yahudi, sementara Imam Abu Hanifah menunjukkan kesabaran menghadapi gangguan.

Umar bin Ahmad Baraja, ulama Hadramaut abad ke-20 yang banyak mengajar di Hijaz, menulis Akhlaq lil Banin sebagai panduan praktis bagi santri pemula dan anak-anak madrasah. Kitab ini berisi kisah-kisah nyata, nasihat sederhana, dan dalil Al-Qur’an serta hadis. Karena itu, kitab ini dipandang penting dalam khazanah Islam klasik, khususnya untuk membentuk akhlak sejak dini.

1. Abdullah bin Umar dan Tetangga Yahudi

Mujahid menceritakan sebuah peristiwa. Ia melihat Abdullah bin Umar memerintahkan sahayanya yang sedang menguliti kambing:

“Hai anak, jika engkau menguliti, mulailah dengan memberi tetangga kita orang Yahudi.”

Kalimat itu beliau ulang beberapa kali. Mujahid lalu bertanya, dan Abdullah menjawab:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Rasulullah ﷺ selalu berwasiat kepada kami tentang tetangga, hingga kami khawatir beliau akan menjadikannya ahli waris.”

Pesan ini sangat jelas. Islam mendorong kita berbuat baik kepada semua tetangga, tanpa membeda-bedakan agama maupun latar belakang.

2. Kisah Tikus, Kucing, dan Empati pada Tetangga

Seorang laki-laki pernah mengeluhkan banyaknya tikus di rumahnya. Orang lain menyarankan memelihara kucing. Namun ia menolak dengan alasan:

“Aku khawatir tikus itu lari ke rumah tetangga. Aku tidak suka sesuatu yang tidak aku sukai menimpa mereka.”

Kisah singkat ini mengajarkan empati yang dalam. Ia lebih memilih bersabar dengan masalahnya sendiri daripada menambah beban bagi tetangganya.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

3. Imam Abu Hanifah dan Kesabaran

Imam Abu Hanifah r.a. memiliki tetangga pendengki yang sering menggunjing bahkan mengganggunya. Meski begitu, beliau tetap sabar. Setiap kali berpapasan, beliau memberi salam meskipun tidak pernah dibalas.

Ketika ditanya tentang kesabarannya, beliau hanya berkata:

“Sesungguhnya tetangga itu memiliki hak.”

Ketenangan hati beliau menunjukkan bahwa menjaga hak tetangga lebih penting daripada menuruti ego pribadi.

Hikmah untuk Zaman Kini

Kisah-kisah dari Akhlaq lil Banin Juz 2 memberi pelajaran abadi. Abdullah bin Umar mencontohkan kepedulian lintas iman, laki-laki dengan tikus mengajarkan empati, dan Imam Abu Hanifah menunjukkan kesabaran. Semua itu adalah fondasi hidup bertetangga yang sehat.

Sebab Kerusakan Anak Wanita

Sekarang mari kita bertanya: apakah tetangga merasa aman dan nyaman dengan keberadaan kita? Atau justru terganggu oleh sikap kita?

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا جِيرَانًا صَالِحِينَ، وَارْزُقْنَا جِيرَةً طَيِّبَةً تُقَرِّبُنَا إِلَيْكَ
“Ya Allah, jadikanlah kami tetangga yang saleh, dan anugerahkanlah lingkungan yang baik yang mendekatkan kami kepada-Mu.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement