SURAU.CO-Pertanyaan “Mengapa Orang Mati Ingin Bersedekah Jika Dihidupkan Kembali?” selalu mengetuk kesadaran kita. Dalam Al-Qur’an dan pengalaman hidup, “Mengapa Orang Mati Ingin Bersedekah Jika Dihidupkan Kembali?” bukanlah retorika kosong. Ayat-ayat Allah menyinggung langsung penyesalan manusia yang sudah kehilangan kesempatan. Sedekah menjadi amal yang manfaatnya terus mengalir meski napas sudah berhenti. Ia meninggalkan jejak nyata pada kehidupan orang lain, lalu kembali kepada pelakunya sebagai pahala yang tidak terputus. Karena itu, penyesalan terbesar manusia di akhirat bukan soal liburan yang kurang atau jabatan yang tak tercapai, melainkan sedekah yang tertunda.
Saya pernah menyaksikan keluarga seorang sahabat yang wafat mendadak. Di ruang duka, orang-orang lebih sering mengenang sedekahnya ketimbang prestasi kariernya. Mereka bercerita tentang anak yatim yang ia biayai sekolah, marbot masjid yang menerima bantuan bulanannya, atau beasiswa kecil yang ia mulai tanpa gembar-gembor. Cerita itu membuat hati yang berduka sedikit terhibur. Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa sedekah memperpanjang umur sosial dan spiritual seseorang. Ia menciptakan jejak manfaat yang tetap hidup ketika jasad berhenti bernafas.
Sedekah & Amal Jariyah: penyesalan orang mati, pahala berkelanjutan
Al-Qur’an menegaskan bahwa ketika ajal tiba, manusia meminta penundaan agar bisa bersedekah dan menjadi hamba yang saleh. Ulama tafsir menekankan: Allah memilih kata sedekah bukan kebetulan. Sedekah menjadi amal tercepat yang mengubah kehidupan orang lain sekaligus memperbaiki catatan amal pelakunya. Sedekah itu cair dan fleksibel: bisa berupa ilmu, tenaga, uang, akses, bahkan senyum yang menguatkan. Semua bisa bernilai ibadah bila diniatkan karena Allah.
Dari sisi psikologi, penyesalan muncul karena ketidakseimbangan hasil. Satu sedekah kecil dapat berlipat ganda dampaknya, sementara menundanya berbiaya sangat besar. Banyak orang terjebak dalam bias waktu: memilih yang mendesak dan menunda yang penting. Ketika kematian datang, semua bias itu runtuh. Barulah jelas bahwa sedekah yang tampak kecil justru memberi manfaat paling tahan lama. Itulah mengapa sedekah selalu muncul sebagai prioritas ketika bayangan ajal mendekat.
Kata kunci sedekah dan amal jariyah menggambarkan alasan manusia ingin kembali hidup sejenak. Amal jariyah berupa ilmu yang bermanfaat, doa anak saleh, atau fasilitas umum yang memudahkan orang banyak terus mengalir pahalanya. Seseorang bisa menukar sedikit kenyamanan hari ini dengan arus pahala panjang di akhirat. Kesadaran itu sering terlambat datang. Padahal, sedekah bukan sekadar transaksi harta. Ia strategi untuk membangun masa depan, baik dunia maupun akhirat, melalui manfaat yang bertahan lama.
Strategi praktis: sedekah, wakaf; agar tak menyesal ketika kesempatan habis
Agar terhindar dari penyesalan, kita perlu menjadikan sedekah dan wakaf sebagai kebiasaan yang teratur. Pertama, tetapkan pos sedekah harian: nominal kecil tetapi konsisten, misalnya uang jajan yang dialihkan seminggu sekali. Kedua, buat portofolio manfaat: pendidikan (beasiswa buku), ibadah (sandal wudu atau mukena bersih), dan ekonomi (modal usaha mikro). Ketiga, arahkan sedekah ke program yang jelas agar hati merasa tenang. Keempat, sedekahkan keterampilan: ajarkan menulis, akuntansi, atau kemampuan digital. Ilmu yang berputar lebih lama daripada uang yang habis.
Di rumah, libatkan anak-anak. Biarkan mereka memilih sebagian sedekah dan menyaksikan langsung penerimanya. Cara ini menanamkan empati sejak dini dan memperluas jangkauan amal keluarga. Untuk diri sendiri, pasang pengingat sederhana: “Jika hari ini terakhir, sedekah apa yang harus saya lakukan?” Pertanyaan itu akan menjaga hati tetap sadar pada prioritas hidup.
Akhirnya, sedekah menjadi cara termudah untuk memperbaiki masa depan setelah kematian. Ia menjawab kegelisahan manusia: Apakah jejak saya tetap berarti setelah saya tiada? Bila kita mulai sedekah sejak sekarang, kita tidak perlu berharap diberi hidup sejenak untuk menebus penyesalan. Kesempatan itu sudah kita gunakan selagi nafas masih ada. (Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
