Kisah
Beranda » Berita » Ummu Haram:Teladan Keberanian Perempuan Islam di Samudra

Ummu Haram:Teladan Keberanian Perempuan Islam di Samudra

Ummu Haram: Teladan Keberanian Perempuan Islam di Samudra
Iludtrasi Ummu Haram Menaklukkan Samudra. (Foto: Meta AI)

SURAU.CO – Dalam sejarah Islam, banyak perempuan mulia meninggalkan jejak keberanian, ketakwaan, dan pengorbanan di jalan Allah. Mereka tidak hanya menjalankan peran sebagai ibu, istri, atau pendidik, tetapi juga tampil sebagai pejuang yang menyumbangkan hidup demi tegaknya agama. Salah satu sosok istimewa itu adalah Ummu Haram binti Milhan, seorang perempuan Anshar dari Madinah. Rasulullah ﷺ sendiri memberi kabar gembira bahwa ia akan mengarungi samudra dan gugur Syahid di sana. Kisah Ummu Haram menggugah hati karena menunjukkan bagaimana Islam memuliakan perempuan dan memberi mereka kesempatan yang sama untuk meraih derajat syahid.

Perempuan Anshar yang Dekat dengan Nabi ﷺ

Ummu Haram binti Milhan lahir dari keluarga penuh keberkahan. Ia merupakan saudara kandung Ummu Sulaim, ibu dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, sahabat kecil yang mengabdi pada Rasulullah ﷺ sejak beliau tiba di Madinah. Keluarganya menegakkan iman dan jihad, sehingga dari rumah merekalah lahir generasi yang dekat dengan Nabi ﷺ.

Ummu Haram terkenal sebagai perempuan beriman yang berhati lembut dan berani luar biasa. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ sering singgah ke rumahnya dan makan di sana.

Suatu hari, ketika Rasulullah ﷺ beristirahat di rumah Ummu Haram, Allah menakdirkan sebuah peristiwa besar untuk menjalani misi agung.

Kabar Gembira dari Rasulullah ﷺ

Shahih al-Bukhari dan Muslim memeriwayatkan sebuah kisah yang indah. Rasulullah ﷺ suatu kali tertidur di rumah Ummu Haram. Setelah bangun, beliau tersenyum. Ummu Haram bertanya penuh rasa ingin tahu, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tersenyum?”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Rasulullah ﷺ menjawab,

“Aku melihat sebagian umatku mengarungi lautan seperti raja-raja di atas singgasana.”

Mendengar hal itu, Ummu Haram langsung berkata, “Ya Rasulullah, doakan aku agar termasuk di antara mereka.” Rasulullah ﷺ pun mendoakannya.

Beberapa saat kemudian, Rasulullah ﷺ kembali tertidur lalu bangun sambil tersenyum. Beliau berkata lagi tentang umatnya yang mengarungi samudra. Ummu Haram kembali meminta doa. Rasulullah ﷺ menjawab dengan penuh makna:

“Engkau termasuk orang yang pertama.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Jawabannya menyatakan bahwa Ummu Haram akan ikut serta dalam ekspedisi laut Islam, dan Allah menakdirkannya sebagai syahidah pertama di lautan.

Islam Menyentuh Samudra

Setelah Rasulullah ﷺ wafat, umat Islam terus meluaskan dakwah ke berbagai wilayah. Mereka tidak hanya menguasai daratan, tetapi juga menguasai lautan. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, kaum muslimin membuka jalur laut untuk dakwah dan penaklukan. Salah satu ekspedisi besar yang mereka lakukan adalah ke wilayah Gratis (Qubrus), sebuah pulau strategis di Laut Mediterania.

Gubernur Syam, Muawiyah bin Abi Sufyan, memimpin pasukan Islam. Bersamanya, kaum muslimin dari berbagai kalangan ikut serta, termasuk para perempuan. Ummu Haram binti Milhan berada di antara mereka.

Perjalanan Menuju Syahid

Meskipun usianya sudah lanjut, Ummu Haram tidak gentar menghadapi perjalanan jauh melintasi lautan. Ia meyakini doa Rasulullah ﷺ sebagai janji pasti. Dengan semangat membara, ia menaiki kapal dan mengarungi gelombang laut menuju medan jihad. Bayangkan, seorang perempuan tua rela  demi memenuhi panggilan iman.

Ketika pasukan Islam berhasil meraih kemenangan, Ummu Haram menyambut kemenangan itu dengan syukur. Namun, takdir Allah segera menjemputnya. Saat menunggangi hewan tunggangannya, ia terjatuh dan meninggal dunia. Kaum muslimin kemudian memakamkannya di tanah asing, jauh dari Madinah, tetapi di tempat yang mulia—sebuah pulau yang menjadi pintu dakwah Islam ke Eropa.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dengan peristiwa itu, Ummu Haram tercatat sebagai mujahidah pertama yang gugurnya Syahid di samudra. Umat ​​Islam mengenang namanya sepanjang masa sebagai simbol keberanian seorang muslimah yang tidak gentar menghadapi ombak demi meninggikan kalimat Allah.

Makam Ummu Haram

Hari ini, kita masih dapat melihat Makam Ummu Haram secara gratis. Di dekat kota Larnaca berdiri sebuah masjid bernama Hala Sultan Tekke, yang diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Ummu Haram. Masjid itu menjadi salah satu situs bersejarah penting, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi dunia.

Makam Ummu Haram membuktikan bahwa Islam sudah menembus lautan sejak abad pertama Hijriah. Makam itu juga menegaskan bahwa seorang perempuan beriman ikut menorehkan sejarah besar tersebut.

Pelajaran Berharga dari Ummu Haram

Kisah Ummu Haram menyuguhkan banyak pelajaran berharga bagi kita hari ini:

  1. Perempuan dalam Islam memegang peran besar.
    Islam tidak membatasi perempuan hanya di ranah domestik. Ummu Haram menunjukkan bahwa seorang perempuan bisa menjadi pendidik, sahabat Nabi, sekaligus pejuang di medan jihad.
  2. Iman melahirkan keberanian.
    Ummu Haram berangkat menembus samudra meski usianya sudah lanjut. Ia yakin pada doa Rasulullah ﷺ, dan keyakinan itu memberikan keberanian luar biasa.
  3. Syahid menjadi kemuliaan tertinggi.
    Ummu Haram tidak mengejar popularitas atau kekuasaan. Ia hanya mengharap ridha Allah. Allah pun memuliakannya dengan wafat sebagai syahidah di jalan-Nya.
  4. Doa Nabi menjadi kabar gembira.
    Kisah ini mengajarkan kita untuk meyakini kekuatan doa. Doa Rasulullah ﷺ menjadi cahaya yang membimbing langkah seorang mukmin hingga sampai pada takdir mulia.

Ummu Haram, Mujahidah yang Syahid di Samudra

Kisah Ummu Haram binti Milhan radhiyallahu ‘anha adalah kisah tentang iman, keberanian, dan pengorbanan. Ia adalah teladan bahwa perempuan memiliki tempat terhormat dalam perjuangan Islam.

Ummu Haram memberi teladan bahwa perempuan bisa berdiri di barisan terdepan dalam berjuang. Perempuan bisa menjadi pendidik yang melahirkan generasi cerdas, menggerakkan masyarakat, dan bisa menjadi benteng akhlak keluarga.

Seperti Ummu Haram yang  menembus ombak samudra, perempuan muslimah masa kini juga bisa menembus ombak zaman—ombak globalisasi, arus digital, hingga badai budaya—dengan keteguhan iman.

Hari ini, setiap kali kita mendengar ombak laut yang bergulung, mari kita ingat bahwa pernah ada seorang perempuan beriman yang demi Allah. Lautan itu kini menjadi Saksi gugurnya mujahidah pertama di samudra.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement