Mode & Gaya
Beranda » Berita » Kaya Belum Tentu Berkah, Renungan ditengah Ambisi Dunia 

Kaya Belum Tentu Berkah, Renungan ditengah Ambisi Dunia 

Kaya Belum Tentu Berkah
Ilustrasi tumpukan kekayaan dunia. Sumber foto: perplexity

SURAU.CO. Dalam kehidupan modern yang penuh kompetisi, banyak orang terjebak dalam ambisi mengejar kekayaan tanpa memedulikan dari mana asal-usulnya. Sebagian dari mereka mungkin memperoleh harta melalui jalan yang menyimpang dari syariat. Seperti korupsi, pencurian, riba, perdagangan maksiat, atau cara-cara haram lainnya. Mereka bekerja keras, siang dan malam, untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, namun sering kali mendapati bahwa harta tersebut justru tidak membawa ketenangan dan cepat lenyap tanpa jejak. Tidak jarang, mereka akhirnya mengakui bahwa kekayaan yang dulu mereka banggakan ternyata tidak menyisakan kebahagiaan, bahkan membuat hati mereka gersang.

Mencari Keberkahan

Mereka yang telah hijrah dan bertaubat telah membuktikan realitas ini. Dahulu, mereka hidup dalam kelimpahan materi hasil usaha yang tidak halal, namun merasa hampa secara batin. Setelah mereka meninggalkan cara-cara yang haram dan beralih mencari rezeki halal, meskipun penghasilan mereka tidak sebanyak dulu, mereka merasakan kedamaian, kecukupan, dan kebahagiaan yang sejati. Ini menunjukkan bahwa nilai harta tidak ditentukan oleh kuantitasnya semata, melainkan oleh keberkahannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah menegaskan kebenaran ini. Beliau menyatakan bahwa harta yang halal, meskipun jumlahnya sedikit, lebih diberkahi dan bermanfaat daripada harta haram yang tampak melimpah. Menurut beliau, harta yang diperoleh secara tidak sah akan cepat sirna dan justru mendatangkan kehancuran bagi pemiliknya. (Majmu’ Fatawa, 28:646)

Dalam konteks ini, kita harus menyadari bahwa keberkahan adalah nilai yang jauh lebih tinggi daripada sekadar kekayaan materi. Keberkahan berarti kebaikan yang terus bertambah, manfaat yang meluas, dan ketenangan jiwa yang menyertai. Tanpa keberkahan, kekayaan hanya menjadi beban, bukan anugerah.

Nabi Muhammad ﷺ telah memperingatkan umatnya akan datangnya zaman di mana manusia tidak lagi peduli terhadap halal dan haramnya harta. Dalam sabdanya, beliau bersabda: “Akan datang suatu masa kepada manusia, di mana seseorang tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan harta, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram.” (HR. Bukhari)

Fenomena Suami Takut Istri: Meneladani Sikap Sahabat Nabi dan Psikologi Modern

Hadis ini menjadi cermin zaman kita saat ini. Budaya konsumerisme, gaya hidup mewah, dan tekanan sosial telah membuat sebagian orang menghalalkan segala cara untuk meraih kekayaan.

Takwa adalah Kunci

Islam menempatkan integritas dalam mencari nafkah sebagai bagian dari ketakwaan kepada Allah. Islam tidak melarang kita menjadi kaya, tetapi Islam menuntun kita agar mencari kekayaan dengan cara yang benar dan menjaga keberkahan di dalamnya. Mereka yang bertakwa akan meraih keberkahan dengan selalu merasa diawasi Allah, menjauhi jalan haram, dan menjaga diri dari keburukan dunia.

Allah Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an: “Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka akibat perbuatan mereka.” (QS. Al-A’raf: 96)

Ayat ini memberikan jaminan bahwa ketakwaan adalah kunci utama pembuka keberkahan. Bukan hanya dalam harta, tetapi juga dalam segala aspek kehidupan: kesehatan, rumah tangga, keturunan, dan karier.

Doa Mendapatkan Rizki Berkah

Nabi ﷺ juga mengajarkan umatnya untuk memohon keberkahan, bukan sekadar meminta banyaknya harta. Dalam satu kesempatan, beliau mendoakan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dengan doa yang berbunyi:

Sunyi kepada Keluarga, Riuh kepada Dunia: Sebuah Renungan tentang Doa yang Tak Pernah Putus

“Ya Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, dan berkahilah apa yang Engkau berikan kepadanya.” (HR. Bukhari)

Doa ini tidak hanya memperlihatkan keinginan akan rezeki yang luas, tetapi juga menekankan pentingnya keberkahan dalam apa yang kita miliki. Anas bin Malik sendiri mengakui bahwa hasil dari doa itu bukan hanya berupa kekayaan materi yang besar, tetapi juga keturunan yang banyak dan kehidupan yang berkah.

Oleh karena itu, mari kita tanamkan nilai ini dalam kehidupan: bahwa tujuan kita bukan hanya menjadi orang kaya, tetapi menjadi orang yang diberkahi. Carilah rezeki dengan jalan yang diridhai Allah, dan gunakanlah harta itu untuk hal-hal yang baik, agar hidup kita tidak hanya cukup, tetapi juga penuh makna dan kebahagiaan yang hakiki.

Semoga Allah menganugerahi kita rezeki yang halal, mencukupi, dan penuh keberkahan dalam setiap langkah kehidupan. Aamiin.

Budaya Workaholic: Mengancam Kesehatan Tubuh dan Kualitas Ibadah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement