Pendidikan
Beranda » Berita » Persatuan Menimbulkan Kekuatan dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Persatuan Menimbulkan Kekuatan dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Persatuan
seorang remaja laki-laki berpakaian muslim sedang mengaji dan mengamalkan nilai-nilai akhlak

SURAU.CO – Persatuan bukan hanya nasihat kosong, melainkan kekuatan nyata yang bisa menyelamatkan keluarga, masyarakat, bahkan bangsa. Dalam Akhlaq lil Banin Juz 2, Umar bin Ahmad Baraja menuliskan sebuah kisah sederhana namun sarat makna. Kisah ini menggambarkan betapa persatuan membuat kita kuat, sedangkan perpecahan menjadikan kita lemah dan mudah dihancurkan.

Umar bin Ahmad Baraja, ulama Hadramaut abad ke-20 yang banyak mengajar di Hijaz, menulis Akhlaq lil Banin untuk anak-anak madrasah dan santri pemula. Kitab ini bukan sekadar kumpulan teori akhlak, tetapi juga kisah nyata dan perumpamaan yang mudah dipahami.

Dalam khazanah Islam klasik, kitab ini menempati posisi penting sebagai panduan etika praktis. Ia mengajarkan anak-anak arti cinta kepada Allah, hormat kepada Nabi ﷺ, bakti pada orang tua, hingga pentingnya persatuan dalam kehidupan.

1. Kisah Tombak: Perumpamaan tentang Persatuan

Diceritakan seorang laki-laki yang menjelang ajalnya memanggil anak-anaknya. Ia memberikan kepada mereka seikat tombak lalu menyuruh mereka mematahkannya. Mereka mencoba sekuat tenaga, namun tidak mampu.

Kemudian ia melepas ikatan itu dan memberi masing-masing anak satu batang tombak. Kali ini mereka dengan mudah mematahkannya. Sang ayah lalu berkata:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Perumpamaan kalian adalah seperti ikatan ini. Jika kalian bersatu, musuh tidak akan mampu mengalahkanmu. Tetapi jika kalian berpecah belah, mudah bagi musuh mengalahkanmu, sebagaimana tombak-tombak itu dapat dipatahkan satu per satu.”

Pesan ini kemudian ia iringi dengan syair:

Bersatulah wahai anak-anakku ketika musibah menimpa, janganlah berpecah belah sendiri-sendiri.
Tombak-tombak itu tidak bisa patah jika dikumpulkan jadi satu,
Namun jika dipisah-pisah, ia mudah dipatahkan satu demi satu.

2. Hikmah dari Perumpamaan

Perumpamaan ini sederhana, tetapi kuat maknanya. Ia mengajarkan bahwa persatuan adalah benteng yang kokoh. Sebaliknya, perpecahan membuat umat rapuh.

Kisah tombak ini sangat relevan dengan kehidupan modern. Keluarga yang bersatu akan mampu melewati krisis, masyarakat yang bersatu akan mudah membangun, dan bangsa yang bersatu tidak mudah dipecah belah oleh kepentingan.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

3. Relevansi di Zaman Kini

Betapa sering kita melihat keluarga hancur karena perebutan harta, organisasi bubar karena perselisihan, atau bangsa melemah karena konflik internal. Semua itu terjadi karena hilangnya persatuan.

Padahal, Islam sejak awal menekankan kebersamaan. Rasulullah ﷺ bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang beriman dengan orang beriman yang lain bagaikan bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari-Muslim)

Mari Menjaga Persatuan

Kisah tombak dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 mengajarkan bahwa persatuan adalah sumber kekuatan, sedangkan perpecahan adalah awal kehancuran. Dari keluarga kecil hingga bangsa besar, pesan ini tetap relevan sepanjang zaman.

Mari kita bertanya: apakah kita sedang merawat persatuan, atau justru ikut merusaknya?

Sebab Kerusakan Anak Wanita

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَوَحِّدْ صُفُوفَنَا، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْمُتَحَابِّينَ فِيكَ
“Ya Allah, satukanlah hati kami, kokohkan barisan kami, dan jadikan kami hamba-hamba-Mu yang saling mencintai karena-Mu.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement