Melangkah dengan Gadget di Tangan.
Siluet seorang pemuda yang sedang berjalan dengan ransel di punggung dan gawai di tangannya ini menyimpan pesan yang relevan dengan kehidupan kita hari ini. Selain itu, Seorang anak muda yang seharusnya fokus melangkah, justru perhatiannya tertuju pada layar kecil di genggaman. Fenomena ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari—bahkan mungkin kita sendiri sering melakukannya namun tanpa kesadaran.
Di satu sisi, gawai memudahkan hidup kita. Komunikasi, pembelajaran, pekerjaan, dan bahkan hiburan kini berada dalam jangkauan tangan kita. Namun, di sisi lain, ketergantungan yang berlebih membuat kita sering melewatkan momen-momen penting di sekitar kita. Berjalan dengan menunduk pada layar tidak hanya menimbulkan risiko keselamatan di jalan, tetapi juga mencerminkan kurangnya perhatian terhadap lingkungan, orang lain, dan bahkan diri sendiri.
Pentingnya Fokus dan Kesadaran Penuh
Islam mengajarkan pentingnya fokus dan kesadaran penuh dalam setiap langkah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian berjalan, hendaklah ia menundukkan pandangan (dari hal-hal yang haram) dan memperhatikan jalannya.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini mengajarkan agar kita menjaga konsentrasi ketika melangkah. Menundukkan pandangan bukan sekadar menahan diri dari hal-hal buruk, tetapi juga mengarahkan fokus pada tujuan yang benar.
Selain itu, Generasi muda hari ini sedang diuji dengan arus teknologi. Ada dua pilihan: menjadi hamba layar yang kehilangan arah, atau menjadi pengendali teknologi untuk meraih manfaat sebesar-besarnya. Ransel yang terlihat di punggung dapat dianggap sebagai lambang perlengkapan dalam menjalani kehidupan—pengetahuan, keyakinan, dan pengalaman. Sedangkan gawai di tangan adalah alat, bukan tujuan. Jangan sampai alat ini justru membebani perjalanan.
Mari sejenak kita renungkan
Apakah langkah kita hari ini lebih banyak diarahkan oleh notifikasi gawai, atau oleh tujuan hidup yang jelas? Ataukah kita sedang berjalan menuju kebaikan, atau sekadar terbawa arus tanpa arah? Apakah ransel kehidupan kita sudah cukup terisi dengan bekal amal shalih, atau justru kosong karena terlalu sibuk dengan hal-hal sepele?
Setiap langkah adalah bagian dari perjalanan panjang menuju akhirat. Jangan biarkan layar kecil mengalihkan pandangan kita dari jalan besar menuju ridha Allah.
Hiduplah dengan kesadaran penuh. Kendalikan teknologi, jangan diperbudak olehnya. Fokuslah pada tujuan, agar setiap langkah bernilai di sisi-Nya.
Pengertian Psikologi Keluarga.
Psikologi keluarga merupakan cabang ilmu psikologi Yang mempelajari proses mental, emosi, dan perilaku individu dalam konteks keluarga—baik berdasarkan hubungan darah maupun ikatan pernikahan . Dengan kata lain, fokusnya adalah pada dinamika psikologis dan interaksi yang terjadi antaranggota keluarga.
Ruang Lingkup dan Fungsi Psikologi Keluarga
Menurut Abjan Soelaeman (1994), fungsi psikologi keluarga meliputi:
1. Fungsi Edukatif – Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama, tempat pembinaan dan pengajaran anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi – Keluarga memperkenalkan anak kepada nilai dan norma sosial serta interaksi dengan lingkungan .
3. Fungsi Perlindungan – Keluarga memberikan keamanan dan melindungi anggotanya dari hal-hal negatif .
4. Fungsi Afeksi – Memberikan kehangatan, cinta, dan dukungan emosional antaranggota .
5. Fungsi Religius – Mengenalkan nilai-nilai agama dan budaya sejak dini .
6. Fungsi Ekonomi – Pemenuhan kebutuhan material dan pelajaran tanggung jawab ekonomi .
7. Fungsi Rekreasi – Menyediakan ruang untuk relaksasi dan memperkuat ikatan antaranggota .
8. Fungsi Biologis – Memenuhi kebutuhan fisiologis dasar seperti makan, kesehatan, dan perawatan .
Teori-Teori Psikologi Keluarga
1. Teori Sistem Keluarga (Family Systems Theory) – Murray Bowen.
Teori ini menekankan bahwa individu hanya bisa dipahami sebagai bagian dari sistem keluarga, bukan sebagai entitas terpisah. Setiap anggota memainkan peran dan pola perilaku yang saling mempengaruhi dalam sistem emosional yang terintegrasi.
2. Teori Interaksi Simbolik
Menyoroti bagaimana anggota keluarga memberi makna terhadap interaksi dan peristiwa. Bagaimana simbol dan peran yang diadopsi mempengaruhi persepsi dan perilaku dalam keluarga.
3. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) – George Homans
Keluarga dilihat sebagai kelompok sosial di mana interaksi didasarkan pada cost–reward. Individu cenderung mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dalam relasi keluarga.
4. Teori Attachment – John Bowlby
Menjelaskan ikatan emosional antara orangtua dan anak, di mana rasa aman dari hubungan ini digunakan sebagai dasar perkembangan. Attachment awal berpengaruh terhadap hubungan jangka panjang .
5. Lainnya: Teori Erikson & Teori Ekologi
Erikson: Masing-masing tahap perkembangan psikologis mempengaruhi dinamika keluarga; parenting membantu anak melalui tahapan perkembangan mereka .
Teori Ekologi: Melihat keluarga dalam konteks lingkungan sosial dan budaya yang lebih luas, termasuk interdependensi sistem yang mempengaruhi ketahanan keluarga .
Kesimpulan
Definisi: Psikologi keluarga mempelajari perilaku, emosi, dan proses mental dalam konteks keluarga.
Fungsi utama keluarga: Mencakup edukasi, sosialisasi, perlindungan, afeksi, religius, ekonomi, rekreasi, dan biologis.
Teori penting: Bowen (sistem keluarga), interaksi simbolik, pertukaran sosial, attachment, Erikson, dan ekologi memberikan kerangka analisis yang kuat untuk memahami kompleksitas keluarga. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
