SURAU.CO– Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja pada abad ke-20. Beliau seorang ulama yang peduli pada pendidikan akhlak generasi muda. Fokus utama kitab ini adalah mendidik anak perempuan agar tumbuh dengan sopan santun, kelembutan, dan rasa tanggung jawab.
Kitab ini banyak dipelajari di madrasah dan pesantren Nusantara. Alasannya sederhana bahasanya mudah, isinya dekat dengan keseharian, dan penuh teladan nyata. Oleh karena itu, kitab ini menempati posisi penting dalam khazanah Islam sebagai panduan akhlak praktis.
1. Melangkah dengan Tenang dan Berwibawa
Umar bin Ahmad Baraja menulis:
اِمْشِي فِي طَرِيقِكِ بِسُكُونٍ وَوَقَارٍ، وَلَا تَرْفَعِي صَوْتَكِ وَأَنْتِ فِي السِّكَكِ
“Berjalanlah di jalan dengan tenang dan berwibawa, serta jangan meninggikan suaramu ketika berada di jalan.”
Pesan ini tampak sederhana, tetapi sangat dalam. Islam mengajarkan bahwa adab seorang perempuan tidak hanya tampak di rumah atau sekolah. Sikapnya di jalan juga mencerminkan kehormatan dirinya. Karena itu, langkah yang tenang dan suara yang terjaga membuat orang lain merasa nyaman.
Selain itu, berjalan dengan penuh wibawa melatih anak untuk bersikap rendah hati, bukan mencari perhatian. Dengan demikian, adab berjalan menjadi cermin kesopanan yang mendidik kepribadian sejak dini.
2. Menghindari Hal yang Membahayakan
Baraja juga memberi peringatan:
إِيَّاكِ أَنْ تَلْعَبِي فِي الطَّرِيقِ أَوْ تَقِفِي مَعَ مَنْ لَا يَلِيقُ بِكِ الْوُقُوفُ مَعَهُ
“Jangan bermain di jalan atau berdiri bersama orang yang tidak pantas engkau temani.”
Jalan adalah ruang publik. Karena itu, anak harus berhati-hati. Bermain di jalan bisa menimbulkan bahaya, sementara bergaul dengan orang yang salah dapat menyeret pada kebiasaan buruk.
Hari ini, pesan tersebut bisa kita tarik ke dunia digital. Media sosial ibarat jalan yang ramai. Banyak orang berkumpul di sana. Jika tidak berhati-hati, anak mudah terbawa arus pertemanan yang tidak sehat. Oleh karena itu, menjaga diri di dunia maya sama pentingnya dengan menjaga diri di jalan nyata.
3. Menjadi Sumber Kebaikan di Jalan
Selain menjaga diri, seorang Muslimah dididik untuk menghadirkan manfaat bagi lingkungannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
“Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebaikan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menyingkirkan paku di jalan, atau membantu orang menyeberang akan menambah pahala. Lebih jauh lagi, sikap itu membuat orang lain merasa aman.
Dengan demikian, setiap langkah seorang anak tidak hanya urusan pribadi. Ia juga memberi dampak positif bagi sesama. Oleh karena itu, pendidikan akhlak di jalan mengajarkan anak untuk hidup penuh kepedulian.
Hikmah untuk Zaman Kini
Tata krama berjalan di jalan menurut Umar bin Ahmad Baraja mengingatkan kita bahwa adab berlaku di mana saja. Bukan hanya di rumah atau sekolah, melainkan juga di ruang publik.
Di zaman sekarang, jalan sering menjadi tempat kesemrawutan. Namun, jika anak-anak dididik untuk melangkah dengan sopan dan penuh wibawa, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang membawa ketenangan.
Mari kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah langkah kita menghadirkan kenyamanan bagi orang lain? Atau justru menambah kegaduhan?
اللَّهُمَّ اجْعَلْ خُطَانَا فِي طَاعَتِكَ، وَبَارِكْ فِي أَعْمَارِنَا، وَاهْدِنَا فِي كُلِّ سَبِيلٍ
Ya Allah, jadikanlah langkah kami menuju ketaatan-Mu, berkahilah umur kami, dan tuntunlah kami di setiap jalan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
