Surau.co – Kasih sayang menjadi salah satu prinsip utama dalam ajaran Islam. Kewajiban untuk menyayangi, bahkan bukan hanya berlaku untuk sesama manusia. Namun kepada seluruh makhluk di alam semesta, tak terkecuali hewan. Saking pentingnya, bahkan perilaku kita terhadap hewan bisa menentukan nasib yang akan kita jalani di akherat kelak.
Dalam hadits, misalnya kisah ada seorang pelacur yang mendapat garansi masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan. Sebaliknya, ada juga hadits Nabi yang menceritakan kisah seorang wanita yang akan masuk neraka karena menyiksa seekor kucing sampai meninggal.
Bukhari meriwayatkan, dari Ibnu Umar, Nabi bersabda, “Seorang wanita masuk Neraka karena seekor kucing yang diikatnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak membiarkannya makan serangga bumi.”
Muslim juga meriwayatkan hadis Rasulullah yang melihat seorang wanita yang mengikat kucing berada di Neraka, dari Jabir. Di dalamnya terdapat keterangan bahwa wanita itu berasal dari Bani Israil. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa wanita itu berasal dari Himyar.
Kronologi Meninggalnya Kucing
Dalam hadits shahih tersebut, Nabi Muhammad menceritakan kisah seorang wanita Himyariyah Israiliyah yang memiliki sifat sadis pada binatang. Suatu hari, dia dengan tega mengurung seekor kucing sendirian. Parahnya, dalam kondisi terkurung itu, ia tidak memberinya makan dan minum sedikitpun.
Dalam situasi kelaparan dan kehausan, sang kucing pun tersiksa. Kucing mengeluarkan suara, yang menandakan dirinya tidak baik-baik saja. Ia seolah memelas untuk meminta bantuan dan pertolongan.
Akan tetapi, karena hati wanita ini telah membatu, erangan suara kucing tidak membuat hatinya terketuk. Kucing terus menjalani pengurungan siang dan malam, tanpa bisa berburu atau mencari makanan sendiri. Hingga pada masanya, suara kucing itu melemah, mengecil, sampai kemudian hilang.
Hilang bukan karena tak lapar dan haus lagi, melainkan karena itu kucing telah mati. Ia mati karena kerasnya tabiat wanita itu. Tiada sedikitpun belas kasih di hatinya. Dia sengaja menyakiti kucing malang itu.
Dalam lanjutan haditsnya, Rasulullah melihat kucing itu memburu wanita yang menahannya di Neraka. Bekas-bekas cakaran tergores di wajah dan tubuhnya. Beliau melihat itu manakala Surga dan Neraka diperlihatkan kepadanya pada saat shalat gerhana.
Memberi Makan Hewan Berpahala
Dalam islam, kita boleh memelihara hewan. Rasulullah bahkan menyampaikan, bahwa kita bisa meraih pahala dengan berbuat baik kepada binatang. Yakni dengan menyanyangi dan memberi makanan cukup. Sebagaimana dalam hadits Nabi.
“Suatu ketika, seorang pria berjalan di jalanan, ia merasakan haus yang hebat. Lalu ia menemukan sebuah sumur, kemudian ia turun ke dalamnya dan minum. Lalu ia keluar, ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat tanah karena kehausan. Pria itu berkata, ‘Anjing ini telah merasakan haus seperti yang kurasakan.’ Maka ia pun turun ke sumur, lalu memenuhi sepatunya dengan air, lalu menahannya dengan mulutnya hingga ia naik lalu memberi minum anjing itu. Maka Allah pun mensyukurinya (atas hal itu), lalu mengampuni dosanya.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami mendapatkan pahala menolong hewan-hewan itu?” Beliau menjawab, “Dalam setiap lambung yang basah itu ada pahala.” (HR. Bukhari).
Namun jika enggan atau tidak mampu memberinya makanan, maka kita harus melepas dan membiarkan hewan bebas di bumi Allah yang luas. Hewan pasti mendapatkan makanan yang bisa menjaga hidupnya. Bahkan, cicak yang merayap bisa memangsa nyamuk yang terbang. Sebuah bukti rejeki dari Allah.
Dengan demikian, ajaran islam sejatinya memberi pilihan yang mudah. Memberi makan hewan jika mampu. Namun bila tidak, cukup dengan melepaskannya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
