Masjid
Beranda » Berita » Masjid, Simbol Keberkahan dan Kebersamaan Umat

Masjid, Simbol Keberkahan dan Kebersamaan Umat

Masjid, Simbol Keberkahan dan Kebersamaan Umat   

Bismillāh: Masjid, Simbol Keberkahan dan Kebersamaan Umat.

 

Di tengah sebuah kampung, berdirilah sebuah masjid sederhana dengan kubahnya yang sudah mulai memudar warnanya. Mungkin sebagian orang melihat bangunan ini hanya sebagai tempat ibadah biasa, dengan cat yang mulai mengelupas, pagar yang berlumut, serta atap seng yang berkarat. Namun, jika kita memandang lebih dalam, masjid ini adalah saksi hidup perjalanan iman masyarakat sekitarnya.

Masjid bukan hanya sekadar bangunan, melainkan rumah Allah (baitullah) yang menjadi pusat kehidupan umat Islam. Rasulullah ﷺ sejak awal hijrah ke Madinah telah membangun masjid sebagai pondasi peradaban. Dari masjid, beliau mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar, menyusun strategi dakwah, mendidik para sahabat, hingga mengatur urusan sosial dan ekonomi umat.

Kesederhanaan Yang Mengandung Nilai Kebersamaan

Masjid mungkin terlihat sederhana, namun di balik kesederhanaannya terkandung nilai kebersamaan. Di sinilah orang tua menuntun anak-anaknya belajar mengaji, para pemuda berkumpul untuk mengisi waktu dengan kegiatan positif, dan masyarakat menjadikan masjid sebagai pusat silaturahim. Bahkan, bendera merah putih yang terpasang di depan pagar masjid memberi pesan bahwa masjid juga memiliki peran penting dalam perjuangan bangsa. Sejarah membuktikan, banyak ulama yang menjadikan masjid sebagai basis perjuangan melawan penjajahan.

Mengenal Ibnu Sabil: Musafir yang Berhak atas Zakat

Kita tidak boleh memandang masjid hanya dari kemegahan fisik. Allah tidak menilai besar kecilnya bangunan, melainkan siapa yang memakmurkannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. At-Taubah: 18)

Mari kita renungkan

Apakah kita sudah ikut serta memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah?

Apa kita sudah ikut menjaga kebersihan dan perawatan masjid?

Apakah kita menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan akhlak untuk generasi penerus?

Ar-Rafiq al-A’la: Perjalanan Rasulullah Menuju Sang Kekasih

Bangunan boleh sederhana, kubah boleh berkarat, tetapi bila hati jamaahnya ikhlas dan semangat menghidupkan syiar Islam, maka masjid itu lebih mulia di sisi Allah dibanding masjid yang megah namun sepi dari jamaah.

Semoga masjid-masjid kita, baik yang besar maupun kecil, baik yang megah maupun sederhana, selalu menjadi pusat keberkahan, persatuan, dan cahaya hidayah bagi umat.

“Memakmurkan masjid bukan hanya dengan membangun fisiknya, tetapi dengan menghadirkan ruh iman di dalamnya.”

 

 

PAHALA MENGALIR WALAUPUN JASAD TELAH HANCUR


Perpustakaan Kecil, Cahaya Ilmu yang Besar.

Sebuah rak kayu sederhana berdiri di sudut ruangan, berisi deretan buku dengan sampul warna-warni. Sebagian buku tampak baru, sebagian lagi sudah mulai lusuh karena sering dibuka. Rak ini mungkin tidak besar, tidak berkilau seperti perpustakaan megah di kota, namun dari sinilah cahaya ilmu memancar.

Buku-buku yang tersusun rapi adalah saksi bisu dari semangat belajar, ketekunan, dan cita-cita. Ada buku pelajaran, ada pula kitab keislaman, materi pengajian, bahkan catatan penelitian. Semuanya menunggu untuk disentuh, dibaca, dan direnungi.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Kalimat ini menjadi pengingat bahwa setiap halaman yang dibuka, setiap kata yang dipelajari, adalah langkah menuju ridha Allah. Bukan sekadar untuk menambah wawasan dunia, tetapi juga untuk memperdalam iman dan memperkokoh amal.

Rak buku sederhana ini mengajarkan satu hal penting: ilmu tidak harus datang dari tempat yang mewah, tetapi dari hati yang ikhlas mencari kebenaran. Setiap buku adalah jendela menuju alam baru, memperluas cakrawala, dan menuntun manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.

Mungkin di mata sebagian orang, rak ini hanya sekadar tumpukan buku. Namun bagi pencinta ilmu, inilah ladang amal, inilah cahaya yang menerangi jalan, dan inilah bekal berharga untuk kehidupan dunia hingga akhirat.

Mari budayakan membaca, mari hidupkan kembali semangat menuntut ilmu. Karena dari halaman-halaman yang sederhana, lahir peradaban yang agung. (Iskandar)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement