Sejarah
Beranda » Berita » Isra Mi’raj: Peristiwa Diperintahkannya Salat 5 Waktu

Isra Mi’raj: Peristiwa Diperintahkannya Salat 5 Waktu

Isra Mi'raj: Peristiwa Diperintahkannya Salat Lima Waktu
Ilustrasi Peristiwa Isra Mi'raj. (Foto: Islami.co

SURAU.CO – Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang memiliki makna mendalam bagi umat muslim. Umat Islam di berbagai penjuru dunia memperingati peristiwa ini setiap tanggal 27 Rajab dalam kalender Hijriyah sebagai momentum lahirnya perintah salat lima waktu yang berlaku hingga akhir zaman.

Peristiwa ini bukan sekadar kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga membuktikan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Dari peristiwa inilah Allah menetapkan shalat sebagai tiang agama dan kewajiban utama umat Islam.

Makna Isra dan Mi’raj

Dalam bahasa Indonesia, Isra berarti perjalanan pada waktu malam. Rasulullah SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Sedangkan Mi’raj berarti tangga atau sarana untuk naik. Dalam konteks peristiwa ini, Mi’raj bermakna perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa menembus langit hingga ke Sidratul Muntaha, bahkan sampai menghadap Allah SWT.

Jika digabungkan, Isra Mi’raj adalah perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu beliau melanjutkan perjalanan menembus tujuh lapis langit hingga tiba di hadapan Allah SWT.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kisah Perjalanan Rasulullah SAW

Dalam kitab Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, disebutkan bahwa Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW di Masjidil Haram untuk memulai Isra Mi’raj. Jibril membawa Buraq, hewan tunggangan berwarna putih yang ukurannya lebih besar dari tumbuhnya tetapi lebih kecil dari kuda, untuk menjadi kendaraan Nabi selama perjalanan.

Nabi menunggangi Buraq hingga sampai ke Masjidil Aqsa. Sesampainya di sana, beliau menambatkan Buraq lalu mendirikan salat. Setelah itu, beliau melanjutkan perjalanan menuju langit bersama Jibril.

Setiap kali sampai di pintu langit, Jibril meminta izin untuk masuk. Di langit pertama, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Adam AS. Di langit kedua, beliau bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Perjalanan terus berlanjut hingga langit ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Yusuf AS, Nabi Idris AS, Nabi Harun AS, Nabi Musa AS, hingga Nabi Ibrahim AS.

Setiap nabi menyambut Rasulullah SAW dengan penuh hormat dan mendoakan kebaikan untuknya. Pertemuan tersebut sekaligus menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul.

Turunnya Perintah Salat

Puncak peristiwa Mi’raj terjadi ketika Allah SWT memberikan perintah langsung kepada Rasulullah SAW. Pada awalnya, Allah memerintahkan agar umat Islam melaksanakan shalat 50 kali dalam sehari semalam. Namun, Nabi Musa AS menyarankan agar Rasulullah SAW meminta keringanan karena jumlah itu terlalu berat bagi umatnya.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Rasulullah SAW pun berkali-kali kembali menghadap Allah untuk memohon keringanan. Hingga akhirnya Allah menetapkan kewajiban shalat lima waktu sehari semalam. Meski berjumlah lima, Allah menjanjikan pahala yang setara dengan shalat lima puluh kali.

Hadis riwayat Bukhari menegaskan hal ini:

Lima waktu itu setara dengan lima puluh waktu. Tak akan lagi berubah keputusan-Ku.”

Rasulullah SAW juga bersabda:

“Aku kembali bertemu dengan Musa”. Ia menyarankan, “Kembalilah berdiskusi dengan Rabbmu”. Kujawab, “Aku malu pada Rabbku”.” (HR Bukhari).

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Keutamaan Salat dalam Islam

Salat bukan hanya kewajiban, tetapi juga kebutuhan ruhani seorang muslim. Rasulullah SAW dan ayat-ayat Al-Qur’an menjelaskan banyak keutamaan shalat, di antaranya:

  1. Penyejuk Hati

Rasulullah SAW bersabda bahwa salat menjadi penyejuk hati dan penghibur jiwa. Ketika lelah menghadapi dunia, seorang muslim dapat menemukan ketenangan dalam shalat.

Sabda Nabi Muhammad SAW:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Artinya: “Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam ibadah sholat.” (H.R. An-Nasai  dan Ahmad)

  1. Pencegahan Perbuatan Keji dan Mungkar

Shalat yang dilakukan dengan benar mampu mencegah pelakunya dari perbuatan buruk. Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut ayat 45:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
Artinya, shalat yang dilakukan dengan benar akan menjaga pelakunya dari perbuatan buruk.

  1. Penolong Urusan Dunia dan Akhirat

Dalam surat Al-Baqarah ayat 45, Allah SWT berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Artinya: “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”

Dalam surat ini Allah memerintahkan agar umat-Nya menjadikan sabar dan salat sebagai penolong. Salat memberikan kekuatan batin dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.

  1. Mendatangkan Pahala dan Surga

Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang melaksanakan shalat lima waktu akan mendapatkan janji Allah berupa surga. Sebaliknya, orang yang meninggalkan shalat tidak memiliki perjanjian dengan Allah.

  1. Menghapus Dosa-Dosa Kecil

Rasulullah SAW memberi perumpamaan bahwa orang yang mendirikan salat lima waktu bagaikan seseorang yang mandi lima kali sehari di sungai. Seperti tubuh yang bersih dari kotoran, Allah juga menghapus dosa-dosa kecil melalui shalat.

Salat Sebagai Tiang Agama

Salat merupakan tiang agama. Jika seseorang menjaga salatnya, maka agamanya akan kokoh. Namun jika ia melalaikannya, agamanya akan runtuh.

Setiap muslim wajib menjadikan shalat sebagai prioritas utama. Bukan hanya karena kewajiban, tetapi juga karena shalat menjadi sumber kekuatan, ketenangan, dan keberkahan hidup.

Mari kita jadikan momentum Isra Mi’raj sebagai pengingat untuk selalu menjaga shalat tepat waktu, melaksanakannya dengan khusyuk, dan menegakkannya sebagai tiang utama kehidupan. Dengan begitu, kita bisa meraih keberkahan hidup di dunia sekaligus kebahagiaan di akhirat.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement