Kisah
Beranda » Berita » Sa’ad bin Abi Waqqash: Ksatria Pemanah yang Doanya Selalu Terkabul

Sa’ad bin Abi Waqqash: Ksatria Pemanah yang Doanya Selalu Terkabul

Gambar ilustrasi dibuat oleh AI (Sa'ad bin Abi Waqqash)

SURAU.CO – Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah satu nama besar dalam sejarah Islam. Beliau termasuk dalam sepuluh sahabat istimewa yang Rasulullah ﷺ jamin masuk surga. Nasabnya bertemu dengan Nabi ﷺ pada kakek mereka, Kilab bin Murrah. Hal ini membuat Rasulullah ﷺ pernah menyebutnya sebagai pamannya (khal). Sa’ad dikenal sebagai seorang ksatria penunggang kuda yang piawai. Namun, keistimewaan terbesarnya terletak pada dua hal. Ia adalah orang pertama yang melesatkan anak panah di jalan Allah. Ia juga memiliki doa yang sangat mustajab atau mudah terkabul.

Awal Keislaman dan Ujian Berat dari Ibunda

Sa’ad bin Abi Waqqash memeluk Islam pada usia yang sangat muda, yaitu 17 atau 19 tahun.[1] Ia termasuk golongan As-Sabiqunal Awwalun atau orang-orang yang pertama masuk Islam. Namun, jalan imannya tidaklah mulus. Ujian terberat justru datang dari orang yang paling ia cintai, ibunya sendiri, Hamnah binti Sufyan.

Ketika Hamnah mengetahui putranya telah mengikuti ajaran Muhammad, ia sangat marah. Ia melakukan aksi mogok makan dan minum. Ia bersumpah tidak akan makan dan minum hingga Sa’ad meninggalkan agama barunya. Selama berhari-hari, Hamnah menyiksa dirinya sendiri. Sa’ad, yang sangat mencintai ibunya, merasa sangat sedih.

Namun, kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya jauh lebih besar. Dengan hati yang teguh, Sa’ad berkata kepada ibunya, “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, lalu keluar satu per satu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini.” Melihat keteguhan putranya, Hamnah akhirnya menghentikan aksinya. Peristiwa ini menjadi sebab turunnya firman Allah dalam Surat Luqman ayat 15. Ayat itu mengajarkan untuk tetap berbakti kepada orang tua, namun tidak menaati mereka dalam hal kemusyrikan.

Sang Pemanah Pertama dalam Sejarah Islam

Keberanian Sa’ad di medan perang tidak perlu diragukan lagi. Beliau selalu berada di barisan terdepan dalam setiap pertempuran besar, seperti Perang Badar dan Uhud. Bahkan, beliau tercatat dalam sejarah sebagai orang pertama yang melepaskan anak panah untuk membela Islam.[1] Peristiwa ini terjadi dalam sebuah ekspedisi militer yang dipimpin oleh Ubaidah bin al-Harits.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kemampuannya dalam memanah sangat luar biasa. Anak panahnya selalu tepat sasaran. Keahliannya ini mendapat pengakuan langsung dari Rasulullah ﷺ. Dalam Perang Uhud, saat situasi genting, Nabi ﷺ memberikan dukungan penuh kepadanya. Beliau bersabda, “Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu.”[1] Ungkapan ini menunjukkan betapa besar kepercayaan Nabi kepada kemampuan Sa’ad.

Doa Khusus dari Rasulullah ﷺ

Keistimewaan Sa’ad yang paling menonjol adalah doanya yang selalu dikabulkan oleh Allah. Karunia agung ini berasal dari sebuah doa khusus yang pernah dipanjatkan oleh Rasulullah ﷺ untuknya. Nabi ﷺ berdoa:

“Ya Allah, luruskanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah doanya.” (HR. Tirmidzi)[1]

Sejak saat itu, Sa’ad menjadi sosok yang sangat disegani. Anak panahnya tidak pernah meleset dari sasaran. Doa yang ia panjatkan tidak pernah tertolak. Banyak peristiwa yang membuktikan kebenaran mukjizat ini.

Kisah Nyata Doa yang Mustajab

Salah satu kisah paling terkenal terjadi saat ia berada di Kufah. Seorang laki-laki menyebarkan fitnah tentangnya. Orang itu menuduh Sa’ad tidak adil dalam memimpin dan tidak cakap dalam perang. Mendengar fitnah keji itu, Sa’ad tidak langsung membalas. Ia mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Sa’ad memanjatkan tiga permohonan. “Ya Allah, jika orang ini berdusta, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kemiskinannya, dan timpakanlah fitnah kepadanya.” Tidak lama kemudian, doa itu menjadi kenyataan. Laki-laki itu hidup hingga usia sangat tua. Kemiskinan membuatnya menjadi pengemis. Ia juga terus-menerus tertimpa musibah hingga akhir hayatnya.

Panglima Perang dan Wafat dalam Kesederhanaan

Sa’ad bin Abi Waqqash juga seorang panglima perang yang hebat. Ia memimpin pasukan Islam dalam Pertempuran al-Qadisiyyah. Pertempuran itu berhasil menaklukkan kekaisaran Persia yang perkasa. Umar bin Khaththab kemudian mengangkatnya menjadi gubernur Kufah.

Menjelang akhir hayatnya, Sa’ad memilih untuk menjauh dari konflik politik. Ia wafat pada tahun 55 Hijriyah dalam usia lebih dari 80 tahun.[1] Beliau adalah sahabat terakhir dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga yang meninggal dunia.[1] Sebelum wafat, ia berwasiat agar dikafani dengan jubah wol tuanya. Jubah itu adalah pakaian yang ia kenakan saat berjuang dalam Perang Badar. Ia ingin bertemu Allah dengan membawa amal terbaiknya itu.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement