Di era digital ini, jari kita seolah menjadi perpanjangan lisan. Informasi menyebar begitu cepat melalui media sosial. Sayangnya, kemudahan ini membuka pintu lebar bagi dua dosa besar. Keduanya adalah gibah (menggunjing) dan namimah (adu domba). Banyak orang tidak sadar telah terjerumus ke dalamnya. Padahal, keduanya memiliki bahaya gibah dan namimah yang sangat serius di hadapan Allah SWT.
Media sosial mengubah cara kita berinteraksi. Kita bisa berkomentar tentang kehidupan orang lain dengan mudah. Kita juga bisa membagikan berita tanpa memeriksa kebenarannya. Aktivitas inilah yang menjadi ladang subur bagi gibah dan namimah. Oleh karena itu, tanpa benteng iman yang kuat, jari kita bisa dengan lincah mengetikkan kalimat yang mendatangkan murka Allah
Membedakan Gibah dan Namimah
Meskipun sering disebut bersamaan, gibah dan namimah adalah dua hal berbeda. Kita perlu memahami definisinya agar bisa menghindarinya.
1. Apa Itu Gibah?
Gibah sering kita kenal sebagai bergosip atau menggunjing. Perbuatan ini adalah menyebutkan keburukan orang lain di belakangnya. Bahkan jika hal yang dibicarakan adalah fakta, perbuatan itu tetap terlarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan definisi yang sangat jelas.
Dalam sebuah hadis, beliau bertanya kepada para sahabat, “Tahukah engkau apa itu gibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda,
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.”
Lalu, ada yang bertanya, “Bagaimana jika yang saya bicarakan itu benar?” Beliau menjawab,
إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Jika yang engkau bicarakan itu benar, maka engkau telah berbuat gibah. Dan jika yang engkau bicarakan itu tidak benar, maka engkau telah berbuat buhtan (dusta besar).” (HR. Muslim no. 2589).
Di media sosial, gibah terjadi saat kita berkomentar negatif pada postingan orang lain. Atau saat kita membahas aib seseorang di grup percakapan.
2. Apa Itu Namimah?
Namimah adalah perbuatan adu domba. Tujuannya lebih jahat, yaitu untuk merusak hubungan antarmanusia. Pelaku namimah memindahkan ucapan seseorang kepada orang lain. Tujuannya agar terjadi kebencian atau permusuhan di antara keduanya.
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah menjelaskan,
النميمة هي نقل كلام الناس بعضهم إلى بعض على جهة الإفساد بينهم
“Namimah adalah menukil perkataan sebagian orang kepada sebagian yang lain dengan tujuan untuk merusak hubungan di antara mereka.”
Contoh di dunia maya sangat banyak. Misalnya, mengirimkan screenshot percakapan pribadi untuk memprovokasi. Atau menambahkan bumbu pada sebuah cerita agar dua pihak saling membenci.
Ancaman Mengerikan bagi Pelaku Gibah dan Namimah
Al-Qur’an dan hadis menjelaskan betapa besarnya dosa ini. Ancaman bagi pelakunya pun sangat menakutkan.
Allah SWT mengibaratkan pelaku gibah seperti pemakan bangkai saudaranya sendiri. Sebuah perumpamaan yang sangat menjijikkan. Allah berfirman,
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Sementara itu, pelaku namimah diancam tidak akan masuk surga. Ini menunjukkan betapa berbahayanya perbuatan adu domba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang suka melakukan namimah (adu domba).” (HR. Muslim no. 105).
Media Sosial sebagai Akselerator Dosa
Keberadaan media sosial memperparah bahaya gibah dan namimah. Dosa yang dulu terbatas oleh jarak dan waktu, kini bisa menyebar dalam hitungan detik ke seluruh dunia.
-
Kecepatan Penyebaran: Satu komentar atau satu kali klik “bagikan” bisa menyebarkan fitnah ke ribuan orang.
-
Jejak Digital Abadi: Apa yang kita tulis di internet sulit untuk dihapus. Dosa jari kita akan terus tercatat.
-
Anonimitas: Banyak orang merasa lebih berani menghujat di balik akun anonim. Mereka lupa bahwa Allah Maha Melihat.
Cara Membentengi Diri di Dunia Maya
Sebagai seorang Muslim, kita wajib menjaga lisan dan jari. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk menghindari gibah dan namimah di media sosial:
-
Terapkan Tabayun (Verifikasi): Jangan mudah percaya pada sebuah informasi. Cek dulu kebenarannya sebelum berkomentar atau membagikan.
-
Berpikir Sebelum Mengetik: Tanyakan pada diri sendiri. Apakah tulisan ini bermanfaat? Apakah akan menyakiti seseorang? Apakah Allah rida dengan ini?
-
Hindari Lingkaran Gosip: Segera keluar dari grup atau berhenti mengikuti akun yang isinya penuh dengan gunjingan dan provokasi.
-
Gunakan untuk Kebaikan: Manfaatkan media sosial untuk menyebar ilmu, dakwah, atau inspirasi positif. Jadikan platform tersebut sebagai ladang pahala.
-
Ingat Pengawasan Allah: Selalu sadari bahwa Allah SWT mengawasi setiap ketikan jari kita. Malaikat Raqib dan Atid senantiasa mencatat semua perbuatan.
Pada akhirnya, keselamatan kita bergantung pada kemampuan kita mengendalikan diri. Media sosial adalah pisau bermata dua. Ia bisa menjadi alat kebaikan atau jurang keburukan. Mari kita gunakan teknologi dengan bijak. Jaga lisan dan jari kita agar selamat di dunia dan akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
