SURAU.CO — Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi setiap anak. Ia bukan hanya melahirkan, tetapi juga membentuk akhlak, menanamkan nilai, dan menumbuhkan cinta. Dalam Akhlaq lil Banat Juz 1, Umar bin Ahmad Baraja menghadirkan potret ibu yang penuh kasih sayang, seorang perempuan yang sabar, telaten, dan tidak pernah lelah mendidik anak-anaknya. Kisah yang ditulis hampir seabad lalu itu tetap relevan hingga kini, karena kasih sayang seorang ibu adalah bahasa universal yang tak lekang oleh zaman.
Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama besar abad ke-20 yang dikenal di Hijaz dan Nusantara. Ia menulis Akhlaq lil Banat khusus untuk mendidik anak perempuan di madrasah dan pesantren. Tujuannya jelas membentuk karakter muslimah berakhlak mulia, berbakti pada orang tua, dan berperan dalam masyarakat. Kitab ini sederhana, tetapi kaya pesan moral. Di antara sekian karya akhlak klasik, Akhlaq lil Banat menempati posisi penting karena ditujukan langsung untuk generasi muda perempuan, sebuah perhatian yang sangat istimewa.
1. Ibu, Penjaga Kehidupan
Dalam kitabnya, Umar bin Ahmad Baraja menggambarkan:
“الأمُّ تَتْعَبُ فِي رَاحَةِ أَوْلَادِهَا، وَتَسْهَرُ لِسُعَادَتِهِمْ”
“Ibu bersusah payah demi kenyamanan anak-anaknya, dan ia begadang demi kebahagiaan mereka.”
Kalimat ini menggugah hati. Sejak bayi, seorang anak tidak pernah terlepas dari dekapan ibunya. Ia rela mengorbankan tidur, tenaga, bahkan kesehatannya, hanya demi melihat senyum anaknya. Dalam kehidupan modern, gambaran ini nyata terlihat dari seorang ibu pekerja yang tetap berusaha menyediakan waktu untuk anak, meski lelah setelah seharian mencari nafkah.
2. Doa dan Nasihat Ibu
Kasih sayang ibu tidak berhenti pada perawatan jasmani. Ia juga mengisi hati anak-anaknya dengan doa dan nasihat. Umar bin Ahmad Baraja menuliskan:
“الأمُّ تُرَشِّدُ بَنَاتِهَا إِلَى الْخَيْرِ وَتُذَكِّرُهُنَّ بِالطَّاعَةِ”
“Ibu membimbing anak-anak perempuannya kepada kebaikan dan mengingatkan mereka untuk taat.”
Betapa sering kita menemukan seorang ibu yang sederhana, bahkan buta huruf, namun kata-katanya penuh hikmah. Ia mungkin tidak mengutip buku filsafat, tetapi doanya di sepertiga malam menjadi benteng tak terlihat bagi anaknya. Dalam dunia serba cepat hari ini, banyak anak yang terlena dengan teknologi, tetapi suara ibu yang lembut tetap mampu meneguhkan hati.
3. Ridha Ibu, Ridha Allah
Kasih sayang ibu adalah cermin kasih sayang Allah. Karena itu, ridha ibu menjadi syarat ridha Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ”
“Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada pada murka keduanya.” (HR. Tirmidzi)
Nasihat ini sejalan dengan semangat Akhlaq lil Banat. Anak perempuan diajarkan untuk menghormati dan menyayangi ibunya. Dengan begitu, ia belajar bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya dari kesuksesan dunia, tetapi dari restu orang tua yang membuka jalan keberkahan.
Hikmah untuk Zaman Kini
Kasih sayang ibu adalah anugerah terindah yang sering kita anggap biasa. Padahal, di balik setiap senyum ibu, ada pengorbanan yang tak terhitung. Umar bin Ahmad Baraja melalui Akhlaq lil Banat ingin mengingatkan bahwa menghormati ibu bukan sekadar kewajiban, tetapi jalan menuju kebahagiaan.
Mari kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita meringankan beban ibu dengan doa, kata lembut, atau sekadar mendengarkan ceritanya? Jika belum, hari ini adalah waktu terbaik untuk memulai.
اللَّهُمَّ احْفَظْ أُمَّهَاتِنَا وَارْزُقْنَا بِرَّهُنَّ فِي حَيَاتِهِنَّ وَبَعْدَ وَفَاتِهِنَّ. آمِين.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
