Kisah
Beranda » Berita » Kisah Abu Lahab yang Diringankan Azabnya Tiap Senin

Kisah Abu Lahab yang Diringankan Azabnya Tiap Senin

Kisah Abu Lahab: Paman Jahat Nabi yang Diringankan Azabnya Tiap Senin
ilustrasi Api

SURAU.CO – Abu Lahab adalah salah satu tokoh Quraisy yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an sebagai simbol permusuhan terhadap dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Meskipun ia berstatus sebagai paman, ia justru menjadi salah satu penentang paling keras. Allah bahkan langsung melaknatnya dalam surah Al-Lahab . Namun, di balik kisah kelam itu, terdapat riwayat menarik yang menyebut bahwa Allah meringankan Azab Abu Lahab setiap hari Senin. Kisah ini memberikan pelajaran berharga bahwa kebaikan sekecil apa pun, meskipun dilakukan oleh musuh Allah, tetap akan mendapatkan balasan.

Abu Lahab: Paman yang Menentang Keponakannya

Nama asli Abu Lahab adalah ‘Abdul ‘Uzza bin Abdul Muthalib. Orang-orang menjulukinya “Abu Lahab” yang berarti “bapak nyala api” karena wajahnya tampan dan bersinar. Namun, Al-Qur’an mengubah julukan itu menjadi sindiran sekaligus ikonik tentang nasibnya kelak di neraka.

Sejak Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu, Abu Lahab langsung memposisikan dirinya sebagai penentang terdepan. Ketika Nabi mengumpulkan kerabatnya di Bukit Shafa untuk menyampaikan risalah Islam, Abu Lahab memotong pembicaraannya dengan ucapan kasar:
“Tabban laka ya Muhammad!” (Celakalah engkau, wahai Muhammad!).
Allah kemudian menurunkan Surat Al-Lahab (QS.111) yang mengabadikan kebinasaan dirinya dan istrinya.

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, membawa kayu bakar.” (QS. Al-Lahab : 1–4)

Permusuhan yang Sistematis

Abu Lahab tidak berhenti memusuhi Nabi hanya dengan ucapannya. Ia menghasut orang-orang Quraisy untuk menolak Nabi, menyebarkan fitnah tentang Islam, dan memutuskan hubungan kekerabatan. Istrinya, Ummu Jamil, ikut aktif menebar kebencian. Ia menaruh duri di jalan Nabi lalui dan menyebarkannya ke tengah masyarakat. Kebencian mereka begitu mendalam hingga melampaui batas kemanusiaan.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ketika Abdullah, putra Nabi Muhammad ﷺ, wafat, Abu Lahab justru merasa senang. Ia menggambarkan Nabi dengan sebutan “abtar” (terputus keturunan). Sikap ini memperlihatkan betapa hatinya penuh kebencian.

Riwayat Keringanan Azab Setiap Senin

Di tengah semua keburukan itu, muncul kisah yang diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari secara mu’allaq (tanpa sanad lengkap) dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah . Kisah ini bersumber dari ‘Urwah bin Zubair yang mendengar dari Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab.

Imam al-Bukhari menulis:

عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ ثُوَيْبَةَ مَوْلَاةَ أَبِي لَهَبٍ كَانَتْ أَعْتَقَهَا، فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ ﷺ، فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ رَآهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حَالٍ، فَقَالَ: مَا لَقِيتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً، غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ.

“Dari ‘Urwah bin Zubair bahwa Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, telah ia merdekakan lalu menyusui Nabi ﷺ. Setelah Abu Lahab meninggal, sebagian keluarganya melihatnya dalam keadaan buruk. Ia berkata: ‘Aku tidak pernah merasakan istirahat setelah kalian, kecuali aku diberi minum di tempat ini (sambil menunjuk) karena aku memerdekakan Tsuwaibah’”. (Shahih al-Bukhari).

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ketika Nabi Muhammad ﷺ lahir pada hari Senin, Abu Lahab merasa gembira karena kelahiran keponakannya. Ia mengungkapkan kegembiraan itu dengan memerdekakan Tsuwaibah. Tidak ada pesta yang besar—hanya perbuatan sederhana yang lahir dari rasa senang.

Beberapa waktu setelah Abu Lahab meninggal, Abbas bin Abdul Muthalib melihatnya dalam mimpi. Abbas bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” Abu Lahab menjawab, “Aku berada di neraka, namun setiap hari Senin azabku berkurang. Pada hari itu aku bisa menghisap air dari celah jariku karena gembiraku menyambut kelahiran Muhammad dan memerdekakan Tsuwaibah.”

Kisah ini menegaskan bahwa Allah menghargai amal baik sekecil apa pun, meskipun pelakunya adalah musuh-Nya.

Hikmah dari Kisah Abu Lahab

Kisah ini memuat banyak hikmah, baik sebagai peringatan maupun sebagai harapan.

  1. Kekerabatan Tidak Menjamin Keselamatan
    Abu Lahab tetap binasa meski ia adalah paman Nabi. Hal ini membuktikan bahwa Allah menilai manusia berdasarkan iman dan amal, bukan nasab.
  2. Kebencian Membutakan Hati
    Abu Lahab mengenal Muhammad ﷺ sebagai sosok jujur (al-Amin). Namun, kemarahan dan kepentingan dunia menutup pintu hati untuk menerima kebenaran.
  3. Amal Baik Tidak Akan Sia-Sia
    Allah meringankan azab Abu Lahab karena satu perbuatan baik. Sifat Allah adil memastikan bahwa setiap kebaikan tetap mendapat balasan, bahkan bagi orang kafir.
  4. Nilai Memuliakan Orang Lain
    Abu Lahab memerdekakan budak hanya karena rasa gembira. Bagi orang beriman, memuliakan sesama dengan niat tulus tentu akan mendapatkan balasan yang jauh lebih besar.

Kisah Abu Lahab membuktikan bahwa kedekatan hubungan darah dengan Nabi Muhammad ﷺ tidak bermanfaat tanpa iman. Keringanan azab yang ia terima setiap Senin menjadi tanda bahwa Allah tidak menzhalimi hamba-Nya. Setiap amal baik, sekecil apa pun, akan mendapatkan balasan.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak sombong dan memusuhi kebenaran, serta memberi harapan bahwa kebaikan sekecil apa pun tidak akan sia-sia. Jika seorang musuh Allah saja mendapat keringanan karena bergembira atas kelahiran Nabi, apalagi kita yang mencintainya dan mengikuti sunnahnya. Sudah sepatutnya kita membuktikan cinta itu melalui amal nyata yang tulus, bukan hanya ucapan.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement