Kolektif Kolegial: Ciri Khas Kepemimpinan Muhammadiyah
Salah satu ciri khas yang membedakan kepemimpinan Muhammadiyah dengan banyak organisasi lain adalah prinsip kolektif kolegial. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap keputusan strategis diambil berdasarkan kesepakatan bersama melalui proses rapat atau musyawarah yang dinamis.
Perbedaan Hal Yang Wajar
Dalam forum musyawarah itu, perbedaan pendapat adalah hal wajar—bahkan terkadang berlangsung dengan debat yang cukup panjang dan hangat. Namun, semua tetap berada dalam koridor aturan organisasi, landasan ilmu pengetahuan, dan pengalaman masing-masing pimpinan. Perbedaan pendapat bukan untuk memecah, tetapi untuk memperkaya sudut pandang demi kepentingan persyarikatan.
Tidak ada satu pun anggota pimpinan yang memiliki hak mutlak untuk memutuskan sendiri sebuah kebijakan. Setiap anggota memiliki tanggung jawab dan hak yang sama untuk menyampaikan pikiran, ide, dan pendapatnya.
Dengan cara ini, keputusan yang dihasilkan bukan hanya menjadi tanggung jawab satu orang, tetapi menjadi komitmen bersama seluruh jajaran pimpinan.
Keputusan Yang Lebih Bijak
Inilah yang membuat keputusan Muhammadiyah cenderung lebih bijak, matang, dan tepat sasaran.
lahir dari kolaborasi, keterbukaan, dan semangat kebersamaan. Prinsip kolektif kolegial juga menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati bukanlah soal siapa yang paling berkuasa.
Siapa yang paling mampu mendengar, menghargai, dan mempersatukan perbedaan demi tujuan yang mulia.
Menghidupkan Adab, Menyuburkan Iman: Refleksi Kajian Kitab Shahih Adabul Mufrad.
Adab bukan sekadar etika lahiriah, melainkan cermin dari iman yang bersemayam di dalam hati. Dalam Islam, akhlak yang mulia adalah buah dari keyakinan yang benar, ibadah yang ikhlas, dan hati yang tunduk pada Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad)
Kitab Shahih Adabul Mufrad karya Imam al-Bukhari adalah khazanah agung yang menghimpun hadits-hadits tentang adab—mulai dari berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, hingga menunaikan hak sesama muslim. Di dalamnya, kita belajar bahwa adab bukan pelengkap, melainkan pondasi kehidupan seorang muslim.
Kajian Rutin: Menyelami Warisan Ilmu Salaf
Alhamdulillah, Musholla Imam Asy-Syafi’i Tembilahan kembali mengadakan Kajian Rutin setiap malam Sabtu, pekan pertama dan ketiga, dengan membedah Shahih Adabul Mufrad bersama: Ustadz Hadiprayetno, M.Pd حفظه الله. Jum’at, 21 Safar 1447 H / 15 Agustus 2025 M. Ba’da Maghrib s.d selesai. Musholla Imam Asy-Syafi’i. Jl. Batang Tuaka, Lorong Imam Asy-Syafi’i, Tembilahan. Kegiatan ini terbuka untuk umum, baik muslim maupun muslimah.
Mengapa Harus Datang?
1. Memurnikan Niat – Belajar bukan sekadar menambah wawasan, tapi untuk menghidupkan sunnah dan memperbaiki diri.
2. Memperbaiki Akhlak – Setiap bab dalam kitab ini akan menjadi cermin untuk menilai perilaku kita sehari-hari.
3. Mendapat Lingkungan yang Baik – Berada di majelis ilmu menghadirkan keberkahan dan menjauhkan dari majelis yang melalaikan.
4. Mengikat Hati dengan Al-Qur’an dan Sunnah – Adab yang benar bersumber dari wahyu, bukan sekadar norma sosial.
Dukung Operasional Dakwah
Bagi yang ingin berpartisipasi dalam keberlangsungan kegiatan musholla, dapat menyalurkan infaq melalui: Bank Syariah Indonesia (BSI), Kode Bank: 451, No. Rek.: 8889 4444 53, a.n. Musholla Imam Syafi’i Tembilahan. Konfirmasi Infaq: Irwan Syafi’i & Chandra Gupta.
Pesan Penutup: Mari kita hidupkan kembali adab-adab Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Sebab, tanpa adab, ilmu akan kehilangan cahaya, amal akan kehilangan rasa, dan ukhuwah akan kehilangan makna. Jadikan malam Sabtu ini sebagai langkah kecil menuju perbaikan besar dalam hidup kita.
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Uraian tema kajian pertama kitab Shahih Adabul Mufrad agar bisa untuk media dakwah. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
