Opinion
Beranda » Berita » Dakwah Bukan Ajang Balas Dendam

Dakwah Bukan Ajang Balas Dendam

Dakwah Bukan Ajang Balas Dendam

Dakwah Bukan Ajang Balas Dendam

Dakwah adalah panggilan hati yang tulus, bukan panggung untuk melampiaskan amarah atau membuktikan kehebatan diri. Seorang da’i sejati memahami bahwa tugasnya adalah mengajak, membimbing, dan memperbaiki, bukan menghakimi atau menjatuhkan.

Pendakwah Di Jalan Allah

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah mengingatkan bahwa seorang pendakwah di jalan Allah harus memiliki lapang dada dan wajah yang berseri-seri. Senyum yang tulus, ucapan yang lembut, dan sikap yang penuh kasih sering kali lebih membekas di hati daripada kata-kata keras yang menusuk.

Sayangnya, ada yang menjadikan dakwah sebagai ajang “menghajar” pihak yang dianggap salah. Padahal, dakwah seperti itu mudah kehilangan keberkahannya. Dakwah bukanlah arena untuk balas dendam, mengumbar emosi, atau mencari tepuk tangan. Ia adalah misi menyelamatkan saudara seiman dari jurang kebinasaan, dengan niat yang lurus dan hati yang bersih.

Allah mengajarkan kepada Nabi Musa dan Harun ketika menghadapi Fir’aun yang melampaui batas:

KEHEBATAN SEBUAH DOA

> “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun; sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 43–44)

Jika kepada orang sekeras Fir’aun saja Allah memerintahkan kelembutan, apalagi kepada saudara sesama Muslim yang mungkin hanya khilaf atau belum paham.

Luruskan Niat Berdakwah

Mari kita luruskan niat dalam berdakwah:

Untuk memperbaiki, bukan mempermalukan.
Untuk mengobati, bukan melukai.
Untuk mengajak, bukan memaksa.
Untuk mendekatkan hati, bukan menjauhkan.

Karena dakwah yang lahir dari hati yang ikhlas akan mengetuk pintu hati orang lain. Tapi dakwah yang lahir dari amarah hanya akan membuat telinga tertutup dan hati mengeras.

𝗚𝗛𝗨𝗥𝗔𝗕𝗔̄’ – 𝗔𝗦𝗜𝗡𝗚 𝗗𝗜 𝗕𝗨𝗠𝗜, 𝗠𝗨𝗟𝗜𝗔 𝗗𝗜 𝗟𝗔𝗡𝗚𝗜𝗧

Ingatlah: Dakwah adalah amanah, bukan senjata. Yang kita perjuangkan adalah hidayah, bukan kemenangan pribadi.

 

 


 

Mendoakan Keberkahan untuk Orang yang Berbuat Baik pada Kita.

Salah satu akhlak mulia yang diajarkan Islam adalah membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang lebih baik. Kebaikan itu tidak selalu dibalas dengan materi atau tenaga, namun bisa dengan doa yang tulus.

𝗣𝗘𝗥𝗕𝗘𝗗𝗔𝗔𝗡 𝗦𝗬𝗨𝗥𝗔, 𝗗𝗘𝗠𝗢𝗞𝗥𝗔𝗦𝗜, 𝗗𝗔𝗡 𝗦𝗬𝗔𝗥𝗜𝗔𝗧 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠

Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita sebuah doa indah untuk diucapkan ketika ada orang yang berbuat baik, membantu, atau memberikan sesuatu kepada kita:

> بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ
Baarokallaahu laka fii ahlika wa maalika
“Semoga Allah memberkahimu, keluargamu, dan hartamu.”
(HR. Al-Bukhari no. 2049)

Makna Doa

1. Baarokallaahu laka – Memohon kepada Allah agar menurunkan keberkahan, yaitu kebaikan yang terus bertambah dan membawa manfaat, bukan sekadar banyak secara jumlah.

2. Fii ahlika – Meminta agar keberkahan itu meliputi keluarga; pasangan, anak, dan seluruh kerabat, sehingga rumah tangga menjadi sakinah, penuh kasih sayang, dan dijauhkan dari perselisihan.

3. Wa maalika – Memohon agar keberkahan juga menyertai harta, rezeki, dan usaha, sehingga bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Mengapa Doa Ini Penting? Mendidik hati untuk bersyukur: Dengan mendoakan, kita menunjukkan bahwa kita tidak lupa pada kebaikan orang lain.

Menguatkan ukhuwah: Doa yang tulus mempererat hubungan, bahkan bisa meluluhkan hati yang keras.

Balasan kebaikan terbaik: Mungkin kita tidak mampu membalas materi, namun doa ini bisa menjadi balasan yang lebih besar nilainya di sisi Allah.

Pesan Akhlak dari Rasulullah ﷺ
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud no. 4811, Tirmidzi no. 1954)

Artinya, mengucapkan terima kasih atau mendoakan orang yang berbuat baik adalah bagian dari syukur kepada Allah.

Praktikkan dalam Kehidupan Sehari-hari: Setiap kali ada orang yang membantu kita—baik dengan tenaga, ilmu, atau harta—biasakan ucapkan doa ini. Tidak hanya ketika menerima hadiah besar, bahkan untuk hal kecil seperti meminjamkan pulpen atau menolong saat kita kesulitan.

Penutup: Mari kita hidupkan sunnah ini. Dengan doa tulus dari hati, bukan hanya orang yang kita doakan yang mendapat berkah, tapi kita sendiri pun akan merasakan manisnya ukhuwah dan pahala dari Allah.

“Baarokallaahu laka fii ahlika wa maalika” — semoga menjadi doa yang mengalir dari lisan kita setiap kali menerima kebaikan. (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement