Pendidikan
Beranda » Berita » Sopan Santun Murid terhadap Gurunya dalam Akhlaq lil Banin Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Sopan Santun Murid terhadap Gurunya dalam Akhlaq lil Banin Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

murid kepada guru
murid mendengarkan dengan hormat nasehat nasehat yang di sampaikan guru.

SURAU.CO – Pernahkah kita menyadari, bahwa hubungan antara murid dan guru bukan sekadar urusan transfer ilmu? Dalam pandangan Islam, hubungan ini dibangun atas dasar adab, penghormatan, dan keberkahan. Umar bin Ahmad Baraja dalam Akhlaq lil Banin Juz 1 menegaskan bahwa sopan santun murid terhadap gurunya adalah kunci terbukanya pintu ilmu. Tanpa adab, ilmu mudah menguap dari hati; dengan adab, ilmu menjadi cahaya yang menerangi kehidupan.

Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama abad ke-20 asal Hadramaut, Yaman. Beliau lahir di tengah masyarakat yang menjunjung tinggi ilmu dan akhlak. Sebagai pendidik, beliau menyusun Akhlaq lil Banin untuk menanamkan nilai budi pekerti kepada anak laki-laki sejak dini. Kitab ini membahas adab dari hal yang sederhana hingga mendasar, termasuk bagaimana murid memperlakukan gurunya. Hingga kini, Akhlaq lil Banin tetap menjadi bacaan wajib di pesantren dan madrasah, karena mampu menyentuh hati sekaligus membentuk karakter.

1. Menghormati Guru dalam Kehadiran dan Ketidakhadiran

Dalam kiab Akhlaq lil Banin Tertulis:

وَأَجِلَّ مُعَلِّمَكَ فِي حُضُورِهِ وَغِيَابِهِ
“Muliakanlah gurumu, baik ketika beliau hadir maupun ketika beliau tidak ada.”

Menghormati guru bukan hanya soal sikap saat berhadapan langsung, tetapi juga menjaga nama baiknya di luar kelas. Dalam kehidupan modern, ini berarti tidak membicarakan keburukan guru di media sosial atau dalam obrolan teman. Murid yang menghormati gurunya akan menjaga sikap, kata-kata, dan tindakan, baik di depan maupun di belakang gurunya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

2. Mendengarkan dengan Penuh Perhatian

Umar Baraja  berpesan:

اِسْتَمِعْ إِلَى دَرْسِهِ إِنْصَاتًا تَامًّا
“Dengarkan pelajarannya dengan penuh perhatian.”

Mendengar dengan sungguh-sungguh adalah tanda keseriusan belajar. Bahkan, Imam Malik pernah duduk seperti patung di hadapan gurunya sebagai bentuk penghormatan. Di era gadget, godaan untuk menunduk menatap layar saat guru berbicara semakin besar. Oleh karena itu, menahan diri dari distraksi menjadi bentuk adab baru yang perlu kita latih.

3. Tidak Memotong Pembicaraan Guru

Beliau  mengingatkan:

لَا تَقْطَعْ كَلَامَهُ وَلَا تَرُدَّ عَلَيْهِ بِسُوءٍ
“Jangan memotong pembicaraannya dan jangan membantahnya dengan cara yang buruk.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Bertanya dan berdiskusi memang bagian dari belajar, tetapi dilakukan dengan etika. Memotong ucapan guru tanpa izin menunjukkan ketergesaan dan kurangnya rasa hormat. Bahkan dalam perdebatan ilmiah sekalipun, adab harus tetap dijaga. Prinsip ini berlaku di semua ruang belajar, baik di kelas fisik maupun kelas daring.

 Adab yang Mengundang Keberkahan

Sopan santun murid terhadap guru adalah pondasi keberhasilan belajar. Guru adalah perantara ilmu, dan ilmu adalah cahaya. Jika murid menjaga adab, maka Allah akan menjaga keberkahan ilmunya.

Mari kita renungkan: Sudahkah kita memuliakan guru, bukan hanya di hadapan mereka tetapi juga saat mereka tidak melihat?

Semoga Allah melembutkan hati kita untuk menghormati guru, menjaga adab, dan menjadikan ilmu yang kita peroleh sebagai cahaya yang menerangi dunia dan akhirat.

Sebab Kerusakan Anak Wanita

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement