Opinion
Beranda » Berita » Merdeka dari Hawa Nafsu, Merdeka dalam Ketaatan

Merdeka dari Hawa Nafsu, Merdeka dalam Ketaatan

Merdeka dari hawa nafsu dan bisikan setan
Merdeka dari hawa nafsu dan bisikan setan

SURAU.CO. “Merdeka dari Hawa Nafsu, Merdeka dalam Ketaatan” berarti mencapai kemerdekaan sejati dengan membebaskan diri dari keinginan hawa nafsu dan tunduk pada perintah Allah. Kemerdekaan sejati dalam Islam bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari belenggu hawa nafsu yang dapat menjerumuskan pada perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Hawa nafsu adalah dorongan-dorongan buruk dalam diri manusia yang cenderung mengajak pada keburukan dan kemaksiatan. Merdeka dari hawa nafsu berarti mampu mengendalikan diri, menolak keinginan duniawi yang berlebihan, dan menghindari perbuatan dosa.

Ketaatan kepada Allah SWT adalah wujud dari kemerdekaan yang sejati. Dengan menaati perintah-Nya, seseorang akan terhindar dari kesesatan dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ketaatan ini mencakup menjalankan ibadah, menjauhi larangan, dan berakhlak mulia.

Keduanya saling berkaitan. Ketika seseorang merdeka dari hawa nafsu, ia akan lebih mudah untuk taat kepada Allah. Sebaliknya, ketaatan kepada Allah akan memberikan kekuatan untuk melawan hawa nafsu. Seseorang yang merdeka dari hawa nafsu akan menolak untuk korupsi meskipun ada kesempatan dan tekanan dari lingkungan, karena ia tahu bahwa korupsi adalah perbuatan yang haram dan merugikan. Seorang yang merdeka dalam ketaatan, dengan menyadari perintah Allah, akan bersemangat menjalankan shalat, puasa, dan ibadah lainnya.

“Merdeka dari hawa nafsu, merdeka dalam ketaatan” adalah konsep kemerdekaan yang komprehensif dalam Islam. Kemerdekaan sejati bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga terbebas dari belenggu hawa nafsu dan terikat dalam ketaatan kepada Allah SWT. Dalam perspektif Al-Quran, kemerdekaan sejati bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari hawa nafsu. Hawa nafsu yang tidak terkendali dapat menjerumuskan seseorang pada kesesatan dan kebatilan. Dengan mengendalikan hawa nafsu, seseorang mencapai kemerdekaan dengan tidak diperbudak keinginan duniawi dan tunduk pada perintah Allah.

Apakah Hasil Cukai Rokok di APBN Bisa Disebut Berkah dan Halal ?

Hawa nafsu sebagai ujian

Al-Quran menggambarkan hawa nafsu sebagai sesuatu yang melekat pada diri manusia, namun juga sebagai ujian. Manusia diberi akal dan petunjuk untuk mengendalikan hawa nafsu, bukan untuk dituruti. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan bahwa mengikuti hawa nafsu dapat membawa pada kesesatan, kerusakan, dan bahkan siksa Allah. Contohnya adalah kisah Nabi Adam dan Siti Hawa yang terusir dari surga karena melanggar larangan Allah demi memenuhi hawa nafsunya.

Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketika seseorang tunduk dan patuh kepada Allah. Dengan begitu, ia terbebas dari perbudakan hawa nafsu dan mendapatkan kebahagiaan sejati. Orang yang merdeka dari hawa nafsu akan memiliki sifat-sifat terpuji, seperti sabar, qana’ah (merasa cukup), dan mampu mengendalikan emosi. Islam mengajarkan beberapa cara untuk mengendalikan hawa nafsu, antara lain dengan berpuasa, memperbanyak doa, mengucapkan istighfar, dan selalu mengingat Allah. Dengan memahami hakikat kemerdekaan dalam Islam dan berusaha mengendalikan hawa nafsu, seorang muslim dapat meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Beberapa ayat dalam Al-Quran menyinggung tentang hawa nafsu dan pentingnya mengendalikannya, namun tidak ada satu ayat pun yang secara khusus menggunakan frasa “merdeka dari hawa nafsu.” Meskipun demikian, Al-Quran memberikan panduan tentang bagaimana mengendalikan hawa nafsu dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Surat Al-Furqan Ayat 63

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا

Arab-Latin: Wa ‘ibādur-raḥmānillażīna yamsyụna ‘alal-arḍi haunaw wa iżā khāṭabahumul-jāhilụna qālụ salāmā

Penguasaan Perairan Dalam Syariat Islam: Dalil, Sejarah dan Relevansi Kontemporer

Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Surat An-Nisa Ayat 135

۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ بِٱلْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَوِ ٱلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَٱللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ ۚ وَإِن تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā`a lillāhi walau ‘alā anfusikum awil-wālidaini wal-aqrabīn, iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā bihimā, fa lā tattabi’ul-hawā an ta’dilụ, wa in talwū au tu’riḍụ fa innallāha kāna bimā ta’malụna khabīrā

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Surat Al-A’raf Ayat 199

خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ

Arab Saudi Tak Perang Lawan Israel, Berarti Pro Zionis?

Arab-Latin: Khużil-‘afwa wa`mur bil-‘urfi wa a’riḍ ‘anil-jāhilīn

Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

Surat Yusuf Ayat 53

۞ وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Arab-Latin: Wa mā ubarri`u nafsī, innan-nafsa la`ammāratum bis-sū`i illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafụrur raḥīm

Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Surat Al-Qiyamah Ayat 2

وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ

Arab-Latin: Wa lā uqsimu bin-nafsil-lawwāmah

Artinya: Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).

Selain ayat-ayat tersebut, ada juga banyak hadits Nabi Muhammad SAW yang berisi tentang pentingnya mengendalikan hawa nafsu. Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang menyatakan bahwa “Jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu.” Meskipun tidak ada ayat spesifik yang menggunakan frasa “merdeka dari hawa nafsu,” Al-Quran dan hadits memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana mengendalikan hawa nafsu dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ini adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan kesabaran, usaha, dan pertolongan Allah.

Merdeka dalam Ketaatan

“Merdeka dalam Ketaatan” berarti meraih kemerdekaan sejati melalui kepatuhan dan ketaatan kepada aturan atau perintah yang ada, baik itu aturan agama maupun aturan negara. Konsep ini menekankan bahwa kebebasan sejati bukan berarti bebas tanpa batas, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.

Dalam konteks agama, khususnya Islam, kemerdekaan sejati adalah ketika seorang hamba bebas melakukan ketaatan kepada Allah tanpa adanya penghalang. Ini berarti melepaskan diri dari hawa nafsu dan mengikuti aturan-aturan syariat Islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sedangkan dalam konteks kebangsaan, “Merdeka dalam Ketaatan” berarti bangsa Indonesia memperoleh kebebasan dari penjajahan dan mampu membangun negara yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. Kemerdekaan ini juga harus diisi dengan rasa syukur dan tanggung jawab untuk menjaga serta membangun bangsa.

Secara umum, konsep ini mengajarkan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya tentang kebebasan fisik, tetapi juga tentang kebebasan dari perbudakan hawa nafsu, dosa, dan hal-hal negatif lainnya. Kemerdekaan yang sejati dicapai melalui ketaatan kepada aturan dan nilai-nilai yang benar, serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan. Penting untuk diingat bahwa kemerdekaan bukan berarti kebebasan tanpa batas untuk berbuat seenaknya. Sebaliknya, kemerdekaan sejati adalah kesempatan untuk melayani, berkarya, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai kebenaran, kasih, dan keadilan.

(Budi: mengutip dari berbagai sumber)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement