Surau.co. Secara linguistik, Bani Israil berasal dari dua kata bahasa Arab. Bani (بني) adalah bentuk jamak dari ibn (ابن) yang berarti anak laki-laki atau keturunan. Dalam konteks bahasa Arab klasik, kata ini dapat bermakna keturunan dari seorang leluhur tertentu.
Sedangkan Isrā’īl (إسرائيل) adalah nama lain Nabi Ya‘qub (‘alaihis-salām). Sehingga, secara linguistik dan makna, Bani Israil berarti “keturunan Nabi Ya‘qub” atau “anak-anak Israel”. Dalam Al-Qur’an, istilah ini digunakan untuk merujuk pada komunitas keturunan Ya‘qub, misalnya pada Surah Al-Baqarah ayat 40, Al-A‘rāf ayat 105, dan Al-Isrā’ ayat 2.
Dalam Islam, Yahudi, dan Kristen, Bani Israil merupakan salah satu kelompok bangsa yang memiliki peranan penting dalam sejarah kenabian. Al-Qur’an menyebut Bani Israil sebagai penerima nikmat maupun sebagai umat yang diuji, misalnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 47.
“Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu atas segala umat (pada masa itu)”.
Asal Usul Yahudi dan Perkembangan Identitas
Istilah “Yahudi” (Jew) secara historis merujuk pada anggota suku Yehuda dan penduduk Kerajaan Yehuda, namun kemudian berkembang menjadi sebutan umum bagi semua penganut agama dan budaya Israel ketika Kerajaan Utara (sepuluh suku) lenyap atau terserak setelah penaklukan Asyur.
Perkembangan komunitas Yahudi juga melibatkan diaspora panjang, pengaruh budaya Mesopotamia, Kanaan, Mesir, dan kemudian interaksi dengan kekaisaran besar seperti Asyur, Babel, Persia, Yunani, dan Romawi, yang semuanya meninggalkan jejak perubahan sosial-budaya.
Literatur sejarah modern dan ensiklopedi agama menjelaskan bagaimana praktik-praktik keagamaan, teks-teks suci, dan struktur komunitas berubah seiring waktu sambil mempertahankan benang merah identitas yang berakar dari pengalaman patriarkal dan peristiwa-peristiwa pembentukan bangsa seperti Eksodus dan pemberian Taurat.
Nabi Ya‘qub dan 12 Anaknya
Nabi Ya‘qub (‘alaihis-salām) adalah putra Nabi Ishaq dan cucu Nabi Ibrahim. Surah Maryam ayat 49–50 menegaskan bahwa keturunan Ibrahim dipilih sebagai penerima risalah. Ya‘qub memiliki dua belas anak yang kelak menjadi leluhur dua belas suku Bani Israil.
Nama-nama mereka, menurut tradisi, adalah:
Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Bunyamin.
Pembagian dua belas suku ini memiliki implikasi sosial-politik yang signifikan dalam pembentukan struktur masyarakat Israel kuno. Dalam Surah Al-Mā’idah ayat 12 menyebutkan:
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ ١٢
Sungguh, Allah benar-benar telah mengambil perjanjian dengan Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
Kisah Nabi Yusuf Hingga 12 Suku
Secara historis, istilah “Yahudi” (Ibrani: Yehudi) berasal dari nama suku Yehuda, salah satu dari dua belas suku Bani Israil. Al-Qur’an mengakui eksistensi kelompok Yahudi sebagai penerima wahyu sebelumnya, namun juga mengkritik penyimpangan yang terjadi, seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 75–79.
Peristiwa ini menjadi titik awal perpindahan keluarga Ya‘qub ke Mesir pada masa kelaparan (QS. Yusuf :99–100). Dalam perspektif akademik, kisah Yusuf menggambarkan migrasi awal Bani Israil ke Mesir yang kelak berimplikasi pada periode perbudakan dan pembebasan di masa Nabi Musa.
Setelah berabad-abad menetap di Mesir, Bani Israil jatuh dalam perbudakan di bawah kekuasaan Firaun. Dalam Surah Al-Qashash ayat 5–6 dituliskan:
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka pewaris (bumi)”.
Peristiwa Eksodus dan perjalanan menuju tanah perjanjian menjadi momen pembentuk identitas nasional-religius yang penting. Di sinilah pembagian menjadi dua belas suku mulai tampak sebagai struktur sosial dan administratif masyarakat Israel pasca-Musa. Narasi ini juga menjadi titik rujukan penting dalam teologi Yahudi, Kristen, dan Islam mengenai hubungan antara Tuhan, hukum, dan kebebasan kolektif.
Bani Israil Kisah Penuh Hikmah
Bani Israil adalah komunitas yang memainkan peran penting dalam sejarah kenabian, mulai dari Nabi Ya‘qub dan kedua belas anaknya, kisah dramatis Nabi Yusuf di Mesir, pembebasan oleh Nabi Musa, hingga pembentukan identitas Yahudi. Al-Qur’an memberikan gambaran komprehensif yang memadukan aspek sejarah, moral, dan teologis, menjadikannya sebagai salah satu kisah umat terdahulu yang sarat hikmah dan relevan sepanjang zaman.
Narasi Bani Israil bervariasi antara sumber Alkitab, tafsir Islam, literatur rabinik, dan kajian akademik modern. Kajian sejarah dan arkeologi mencoba menghubungkan kisah kitab suci dengan bukti material di Timur Dekat Kuno. Bani Israil adalah komunitas yang memainkan peran penting dalam sejarah kenabian.
Al-Qur’an memberikan gambaran komprehensif yang memadukan aspek sejarah, moral, dan teologis, menjadikannya sebagai salah satu kisah umat terdahulu yang sarat hikmah dan relevan sepanjang zaman. *TeddyNs
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
