Mode & Gaya
Beranda » Berita » Sahabat Menuju Surga, Nikmat Terbesar Setelah Islam.  

Sahabat Menuju Surga, Nikmat Terbesar Setelah Islam.  

Sahabat menuju surga.
Ilustrasi persahabatan muslimah dalam kesalehan. Sumber Foto: Meta AI

SURAU.CO. Memiliki sahabat-sahabat yang saleh dan bertakwa membawa kebaikan dan nikmat besar dalam kehidupan manusia setelah anugerah Islam. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengungkapkan kebijaksanaan yang mendalam:

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam yang lebih utama daripada kenikmatan memiliki saudara yang saleh. Jika engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka genggamlah ia erat-erat.” (Qutul Qulub, 2:17)

Ungkapan ini menunjukkan betapa persahabatan bukan sekadar relasi sosial. Tetapi merupakan sarana tarbiyah ruhani, penyubur iman, dan wasilah menuju keselamatan akhirat. Sahabat yang saleh sejatinya adalah cerminan kebaikan yang hidup di sekitar kita dan kehadirannya adalah karunia yang tak ternilai. Dalam pandangan Islam, persahabatan yang benar adalah yang berlandaskan cinta karena Allah (mahabbah fillah). Bukan karena kepentingan duniawi semata.

Sahabat Saleh adalah Cermin Kebenaran dan Kompas Moral

Sahabat yang baik bukanlah yang sekadar menemani dalam kesenangan, tetapi yang tidak ragu menegur saat kita tergelincir. Mereka hadir sebagai mitra spiritual yang menjaga kita dari kehancuran moral. Sebuah pepatah Arab mengatakan:

“Shadiquka man shadaqaka, la man shaddaqaka”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Sahabatmu yang sejati adalah yang bersikap jujur kepadamu, bukan yang selalu membenarkanmu.”

Sahabat seperti inilah yang menghidupkan nilai amar ma’ruf nahi munkar dalam lingkup paling personal. Ia akan menjadi penyeimbang ketika kita sedang condong pada hawa nafsu, dan penguat ketika kita berjuang dalam kebaikan.

Sahabat yang Saleh adalah Pendoa yang Tak Terlihat

Keutamaan lain dari sahabat yang saleh adalah bahwa ia tak hanya hadir secara fisik, tetapi juga hadir dalam doa-doanya. Seorang sahabat saleh yang mendoakan sahabatnya dengan kebaikan, maka doa itu akan kembali kepadanya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Doa seorang muslim untuk saudaranya dalam keadaan tidak diketahui (oleh yang didoakan) adalah doa yang mustajab. Di sisi orang yang berdoa itu ada malaikat yang ditugaskan; setiap kali dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat itu berkata: ‘Aamiin, dan engkau pun akan mendapatkan hal yang sama.’” (HR. Muslim no. 2733)

Ini menunjukkan betapa besar pengaruh hubungan ruhani antara dua orang mukmin yang saling mencintai karena Allah. Mendoakan sahabat dengan tulus adalah bukti cinta sejati tanpa syarat, dan Allah akan membalasnya dengan kebaikan yang melimpah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kesalehan Menular melalui Lingkaran Pertemanan

Kita bisa melihat bagaimana lingkungan terdekat memainkan peran penting dalam membentuk karakter seseorang. Dalam sebuah hadits yang masyhur, Rasulullah ﷺ memberikan permisalan:

“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin memberimu parfum, atau kamu membeli darinya, atau minimal engkau mencium bau harumnya. Sedangkan pandai besi, bisa saja membakar pakaianmu atau engkau mencium bau tak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa interaksi seseorang dengan orang lain dapat membentuk, mempengaruhi, bahkan menentukan kepribadiannya. Berteman dengan orang saleh bukan hanya memperbaiki akhlak, tetapi juga memperkuat komitmen terhadap agama.

Persahabatan Saleh Berlanjut hingga ke Surga

Keutamaan tertinggi dalam menjalin persahabatan dengan orang-orang yang bertakwa terletak pada kesinambungan ikatan tersebut, yang tidak terputus oleh kematian. Seorang mukmin yang mencintai sahabatnya karena Allah, sesungguhnya tengah membangun hubungan ruhani yang melampaui batas dunia fana.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai” (HR. Bukhari dan Muslim), yang menegaskan bahwa kualitas cinta di dunia menentukan siapa yang akan menjadi teman seperjalanan kita di akhirat. Dengan demikian, setiap muslim yang menjalin persahabatan karena iman sejatinya sedang menanam benih kebersamaan abadi dalam ridha Allah.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Mereka menguatkan satu sama lain dalam kebaikan di dunia dan bersama-sama melangkah menuju surga dengan cinta suci dan tujuan yang sama, yaitu bertemu Allah dalam ridho-Nya.

Syafaat Sahabat pada Hari Kiamat: Anugerah Tak Ternilai

Di akhirat, Allah memberi kesempatan kepada orang-orang beriman untuk memberikan syafaat kepada sahabat-sahabat mereka yang pernah terjerumus ke dalam neraka. Dalam sebuah hadist, Rasulullah ﷺ menceritakan bahwa kaum mukminin memohon kepada Allah untuk mengeluarkan sahabat-sahabat mereka dari neraka. Sahabat-sahabat yang mereka maksud adalah orang-orang yang pernah bersama mereka dalam menjalankan ibadah, seperti shalat, puasa, dan haji. Allah mengabulkan permohonan mereka bahkan berulang kali. Allah SWT menyelamatkan semua sahabat mereka dari neraka, meski keimanan mereka hanya sebesar dinar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda tentang syafaat antara sahabat.

“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari berhenti.

Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji. Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu melaporkan kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”

Allah berfirman,  ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.” Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan…”

(HR. Muslim no. 183).

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.” (Ma’alim at-Tanzil, 4:268)

Sebuah persahabatan menunjukkan nilainya bukan hanya dari manfaat duniawi, melainkan juga dari dampaknya bagi kehidupan kekal di akhirat. Sahabat yang saleh adalah pelita di dunia dan perantara keselamatan di akhirat.

Persahabatan Saleh adalah Investasi Abadi

Bersahabat dengan orang-orang yang saleh bukanlah sekadar pilihan sosial, melainkan kebutuhan ruhani yang akan menentukan arah kehidupan. Ia menjadi penjaga moral, pengingat akhirat, pendukung dalam doa, dan pemberi syafaat di yaumil qiyamah.

Dalam dunia yang penuh tipu daya, memiliki sahabat yang saleh laksana memiliki perisai dari kesesatan. Maka dari itu, marilah kita pilih sahabat dengan cermat, bukan berdasarkan popularitas atau kesenangan sesaat, tetapi karena mereka mendekatkan kita kepada Allah dan akhirat. Kita perlu selektif dalam memilih sahabat, pastikan mereka membawa dampak positif bagi kehidupan spiritual kita. Sahabat yang baik adalah yang membantu kita lebih dekat dengan Allah, bukan hanya yang menyenangkan di dunia saja.

“Jika engkau temukan sahabat yang saleh, jangan lepaskan dia. Karena, dia adalah teman sejati yang akan membimbingmu ke jalan surga.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement