SURAU.CO. Kekinian makin banyak orang memelihara kucing dengan berbagai jenis dari seluruh dunia. Hal ini membuka peluang usaha baru, mulai bermunculan toko yang menjual makanan dan segala kebutuhan kucing. Orang sering menyebut toko yang menjual kebutuhan kucing sebagai petshop. Petshop menjual berbagai kebutuhan kucing, termasuk tas sandang khusus kucing. Sehingga menjadi pemandangan biasa di jalanan anak muda menyandang tas berisi kucing. Desainer telah merancang tas ini khusus untuk kucing, sehingga kucing merasa nyaman di dalamnya. Begitulah kucing dan manusia jadi teman bermain.
Islam sebagai agama rahmat mengajarkan umatnya untuk menebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan Allah ﷻ, tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada hewan, termasuk kucing. Dalam banyak riwayat, kita mendapati betapa Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menaruh perhatian besar terhadap makhluk yang satu ini.
Kucing merupakan hewan yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai “ath-thawwāfīn”, yakni makhluk yang sering berkeliling dan berinteraksi dengan manusia. Islam menghormati dan memperlakukan kucing dengan baik sebagai bagian dari lingkungan hidup.
Ulama fikih menyepakati bahwa liur kucing tidak tergolong najis, berbeda dengan kebanyakan hewan lainnya. Ini menunjukkan bentuk kasih sayang Allah ﷻ kepada umat Islam, dengan memberikan kemudahan dalam menjalani syariat-Nya.
Benarkah Rasulullah ﷺ Memelihara Kucing ?
Di kalangan kaum muslimin, beredar kisah populer tentang kucing bernama Mu’izzah yang konon menjadi hewan peliharaan Rasulullah ﷺ. Kisah itu menggambarkan bahwa ketika Nabi hendak mengenakan jubahnya, beliau mendapati kucing tersebut sedang tertidur di atasnya. Alih-alih mengusirnya, beliau menggunting bagian jubah agar tidak membangunkan hewan tersebut.
Meski cerita ini sangat menyentuh dan sarat hikmah, namun para ulama hadis menegaskan bahwa tidak ada satu pun riwayat yang sahih dalam kitab-kitab hadis ternama yang menyebutkan bahwa Nabi ﷺ memelihara kucing bernama Mu’izzah. Tidak ada juga riwayat sahih yang menyebutkan kucing adalah hewan kesayangan Nabi ﷺ. Lembaga fatwa seperti Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia pun menyampaikan hal serupa setelah meneliti sumber-sumber utama hadis.
Kita perlu berhati-hati dalam menyandarkan suatu pernyataan kepada Rasulullah ﷺ. Menyebarkan riwayat yang tidak sahih atas nama beliau termasuk dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya semua dusta tidak sama dengan berdusta atas namaku, siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja berarti dia telah menyiapkan tempatnya di neraka.” (HR Bukhari dalam Kitab Jenazah).
Dalam riwayat lain, dari Ali RA menyebutkan hal serupa. “Janganlah kalian berdusta atas namaku, karena sesungguhnya siapa yang berdusta atas namaku pasti masuk neraka.” (HR Bukhari dalam Kitab Ilmu)
Islam dan Kasih Sayang Universal
Meskipun riwayat tentang pemeliharaan kucing oleh Nabi tidak dapat dipastikan kebenarannya, sikap beliau terhadap hewan ini tetap patut diteladani. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA, Rasulullah ﷺ menyebutkan tentang seorang wanita yang disiksa di neraka karena menyiksa seekor kucing:
“ada seorang wanita yang diazab karena seekor kucing yang dikurungnya hingga mati, wanita itu masuk neraka karenanya. Kucing itu tidak diberinya makan, tidak diberinya minum tidak pula dilepaskannya hingga dia bisa memakan hewan yang ada di tanah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa menyakiti hewan, termasuk kucing, adalah perbuatan dosa besar, dan mencerminkan hati yang keras serta jauh dari kasih sayang. Ajaran Islam secara menyeluruh mengandung nilai rahmat, kasih sayang yang mencakup seluruh alam. Kasih sayang terhadap hewan bukan hanya perbuatan mulia, tetapi juga sarana meraih rahmat dan kedekatan kepada Allah ﷻ.
Hal ini juga sejalan dengan salah satu hadits, dari Abdullah bin Umar menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang-orang yang ada rasa Rahim akan dirahmati oleh Tuhan yang maha Rahman, yang memberikan berkat dan Mahatinggi, sayangilah makhluk yang ada di muka bumi, niscaya engkau akan disayangi makhluk yang ada di langit.” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan al Hakim)
Teladan Para Sahabat dalam Memperlakukan Kucing
Beberapa sahabat menunjukkan sikap mulia terhadap kucing. Abu Qatadah, misalnya, pernah memiringkan wadah air wudunya agar seekor kucing bisa minum dengan mudah. Ketika ditanya, ia menjawab bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:
“Sesungguhnya (liur) kucing tidaklah najis, karena ia di antara binatang-binatang yang selalu mengelilingi (hidup berinteraksi) dengan kalian”. (HR. Abu Daud, No Hadis 68, Kitab al-Tahārah, bab Su’ru al-Hirrah)
Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi, juga membiarkan seekor kucing memakan kuenya saat beliau sedang salat. Sebuah riwayat menjelaskan:
“Dari Daud bi Shalih bin Dinar al-Tammār dari Ibunya, bahwasannya majikannya memerintahkannya untuk membawa kue (terbuat dari tepung gandum) kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, namun ia mendapati Aisyah sedang salat, maka Aisyah memberikan isyarat kepadanya untuk meletakkan apa yang dia bawa. Lalu seekor kucing datang dan langsung memakan sebagian kue itu. Setelah Aisyah salat, dia memakan dari bagian yang dimakan kucing itu seraya berkata: Rasululah ﷺ pernah bersabda, “Sesungguhnya (liur) kucing tidaklah najis, ia diantara binatang yang selalu mengelilingi (berinteraksi dengan) kalian”. Dan aku pernah melihat Rasulullah ﷺ berwudu dengan air sisa jilatan kucing. (HR. Abu Daud, No. hadis 69, Kitab al-Tahārah, bab Su’ru al-Hirrah).
Hadist ini menunjukkan kasih sayang para sahabat terhadap kucing dan menjelaskan status kucing sebagai hewan yang sering berinteraksi dengan manusia, sehingga liurnya tidak termasuk najis. Adapun kotorannya maka itu termasuk najis, karena kucing merupakan hewan bertaring dan bercakar yang haram untuk dimakan.
Di antara sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu paling terkenal dengan kecintaannya terhadap kucing. Nama aslinya adalah Abdurrahman bin Shakhr, namun ia dijuluki Abu Hurairah (bapak kucing) karena sering membawa anak kucing kemana-mana, bahkan menyimpannya dalam lengan bajunya.
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan kisah ini dalam berbagai sumber. Julukan itu tidak hanya melekat secara sosial, tetapi juga menggambarkan kedekatan emosional dan tanggung jawab yang ia miliki terhadap makhluk tersebut.
Kucing Bukan Sekadar Hewan Peliharaan
Islam mengajarkan kasih sayang terhadap kucing dan semua makhluk hidup, terlepas dari ada atau tidaknya riwayat sahih tentang Rasulullah ﷺ memelihara kucing bernama Mu’izzah. Para sahabat mencontohkan sikap yang ramah dan lembut terhadap kucing, dan Rasulullah ﷺ memperingatkan keras terhadap siapa pun yang menyiksa mereka.
Kucing adalah bagian dari makhluk Allah yang patut kita hormati dan rawat. Islam tidak hanya mengajarkan ibadah ritual, tetapi juga menanamkan etika interaksi terhadap seluruh ciptaan-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
