Pendidikan
Beranda » Berita » Waspada Infiltrasi Pemikiran Syi’ah di Lembaga Pendidikan Islam: Sebuah Seruan untuk Orang Tua Muslim

Waspada Infiltrasi Pemikiran Syi’ah di Lembaga Pendidikan Islam: Sebuah Seruan untuk Orang Tua Muslim

Waspada Infiltrasi Pemikiran Syi’ah di Lembaga Pendidikan Islam: Sebuah Seruan untuk Orang Tua Muslim

Waspada Infiltrasi Pemikiran Syi’ah di Lembaga Pendidikan Islam: Sebuah Seruan untuk Orang Tua Muslim.

 

“Daftar pondok Syi’ah di Indonesia, hati-hati memasukkan anak ke ponpes” kalimat ini mungkin tampak provokatif. Namun jika kita dekati secara ilmiah, bijak, dan berdasar pada prinsip akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, maka ini adalah peringatan serius yang perlu direnungkan bersama, bukan untuk menebar kebencian, tetapi untuk menjaga kemurnian agama yang kita wariskan kepada anak-anak kita.

Mengapa Kita Harus Waspada?

Indonesia adalah negeri dengan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunni). Namun dalam beberapa dekade terakhir, gerakan penyebaran ideologi Syi’ah menunjukkan geliat yang cukup sistematis, terutama melalui jalur pendidikan dan dakwah kultural.

Beberapa modus penyebaran pemikiran Syi’ah antara lain:

𝗧𝗘𝗞𝗡𝗢𝗟𝗢𝗚𝗜 𝗖𝗜𝗣𝗧𝗔𝗔𝗡 𝗞𝗔𝗙𝗜𝗥, 𝗜𝗟𝗠𝗨𝗡𝗬𝗔 𝗗𝗜𝗖𝗨𝗥𝗜 𝗗𝗔𝗥𝗜 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠: SADAR 𝗧𝗜𝗣𝗨 𝗗𝗔𝗬𝗔 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥

1. Pendirian ponpes atau majelis taklim berbalut “tasawuf”, “ahlul bait”, atau “kajian kritis sejarah sahabat”.

2. Pemberian beasiswa ke Iran atau lembaga-lembaga yang berafiliasi ke Teheran.

3. Penerbitan buku, pamflet, dan majalah dengan narasi “ukhuwah” tapi menyusupkan agenda taqiyah.

4. Mendekati kalangan intelektual muda dan aktivis kampus dengan diskusi ideologis yang memuja “logika kritis” di atas dalil.

Semua ini menjadikan lembaga pendidikan seperti pondok pesantren menjadi target strategis untuk menyusupkan paham yang bertentangan dengan pokok-pokok akidah Islam yang benar.

KEHEBATAN SEBUAH DOA

Perbedaan Mendasar Sunni vs Syi’ah

Agar tidak terjebak pada sikap emosional, penting untuk mengetahui perbedaan prinsip antara Sunni dan Syi’ah, di antaranya:

Pokok Akidah Sunni (Ahlussunnah) Syi’ah Imamiyah

Al-Qur’an Terjaga dan tidak berubah Ada yang mengklaim mushaf Fathimah lebih lengkap. Sahabat Nabi Dihormati dan dianggap adil Banyak dihujat, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Aisyah. Imamah Tidak termasuk rukun iman Imamah adalah rukun iman yang utama Taqiyah Tidak dianjurkan kecuali darurat Wajib dilakukan sebagai strategi penyebaran
Karbala & Asyura Dikenang sebagai sejarah Dijadikan ritual duka cita dan pemujaan pada Husein

Catatan: Tidak semua penganut Syi’ah bersikap ekstrem, namun ajaran pokoknya bertentangan dengan ajaran Islam yang diajarkan Rasulullah dan para sahabatnya.

Tanggung Jawab Orang Tua: Menjaga Akidah Anak

Mendidik anak bukan hanya soal akhlak dan hafalan, tapi yang paling mendasar adalah penanaman akidah yang lurus. Jika akidah rusak, maka semua amalan akan kehilangan nilainya. Nabi bersabda:

𝗚𝗛𝗨𝗥𝗔𝗕𝗔̄’ – 𝗔𝗦𝗜𝗡𝗚 𝗗𝗜 𝗕𝗨𝗠𝗜, 𝗠𝗨𝗟𝗜𝗔 𝗗𝗜 𝗟𝗔𝗡𝗚𝗜𝗧

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika niat dan keyakinan telah menyimpang, maka salat, puasa, bahkan haji pun tidak akan bernilai di sisi Allah.

Maka penting bagi orang tua untuk:

1. Mengecek latar belakang pendiri dan pengajar ponpes.

2. Menelusuri kurikulum dan sumber kitab yang diajarkan.

3. Mewaspadai istilah seperti “kajian kritis sejarah Islam”, “kembali ke ahlul bait”, atau “meluruskan sejarah sahabat”.

4. Bertanya langsung kepada ustadz/kiyai: Apa posisi mereka terhadap Syi’ah, sahabat Nabi, dan perbedaan mazhab?

Jangan Terpancing Kebencian, Tapi Tegas dalam Prinsip

Peringatan ini bukan untuk menyebar fitnah atau kebencian sektarian. Islam mengajarkan rahmat dan adab dalam berdakwah, tapi juga mengajarkan ketegasan dalam menjaga agama.

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh dari kalangan manusia dan jin yang membisikkan kata-kata indah untuk menipu manusia.” (QS. Al-An’am: 112)

Kita tidak menyerang pribadi penganut Syi’ah, tapi kita menolak ideologinya jika terbukti menyimpang dari al-Qur’an dan Sunnah. Ini adalah bagian dari al-wala’ wal bara’, yaitu loyal kepada kebenaran dan berlepas diri dari kesesatan.

Kesimpulan: Pilihlah Pesantren dengan Timbangan Ilmu

Jangan hanya melihat gedung yang besar, fasilitas modern, atau embel-embel internasional. Lihatlah akidah dan manhaj-nya.

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah:

“Akidah adalah pokok dari semua amal. Jika akidah benar, maka amal akan benar. Tapi jika akidah rusak, maka semua amal tidak bernilai.”

Maka jika kita ingin anak-anak kita menjadi hafizh al-Qur’an, pejuang Islam, dan penerus dakwah yang lurus, pastikan mereka dibina dalam lingkungan yang lurus pula akidahnya.

Catatan Penutup: Sebagai umat Islam, kita wajib menjaga ukhuwah. Tapi ukhuwah tidak boleh melampaui batas akidah. Islam bukan sekadar “damai” dan “ramah”, tetapi juga tegas dan lurus dalam menjaga kebenaran.

Jika Anda ingin daftar pesantren yang terbukti berpegang teguh pada akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, carilah yang direkomendasikan oleh ulama-ulama sunnah, MUI pusat, atau ormas-ormas Islam terpercaya.

Waspada itu bukan paranoid. Itu bentuk cinta kita kepada generasi penerus Islam. Ditulis sebagai edukasi dan peringatan bagi orang tua muslim. Semoga Allah menjaga kita dan keluarga kita dari kesesatan zaman. (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement