Opinion Pendidikan
Beranda » Berita » Membumikan Pendidikan Ramah Anak Disabilitas

Membumikan Pendidikan Ramah Anak Disabilitas

Membumikan Pendidikan Anak Ramah Disabilitas Perspektif Islam

SURAU.CO – Dalam kehidupan bermasyarakat, kita memandang anak sebagai amanah dan karunia Allah yang harus kita jaga, bimbing, dan memberi kesempatan berkembang sesuai potensi mereka. Kita juga wajib melakukannya untuk anak-anak penyandang disabilitas. Mereka bisa belajar, berkreasi, dan meraih masa depan seperti anak lainnya. Namun, sebagian orang masih memandang keliru dengan menganggap anak penyandang disabilitas sebagai “beban” atau “kutukan”. Pandangan ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menempatkan setiap manusia pada derajat mulia.

Islam memandang setiap anak sebagai ciptaan Allah yang sempurna dalam kehendak-Nya. Allah berfirman,

"لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم"

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin: 4). Ayat ini menegaskan bahwa Allah menciptakan semua anak, termasuk yang mempunyai keterbatasan fisik atau intelektual, dengan kehormatan dan nilai yang sama. Oleh karena itu, kita harus menjadikan pendidikan ramah disabilitas sebagai perintah agama, bukan sekadar urusan sosial atau hukum.

Menghapus Stigma dan Menumbuhkan Empati

Langkah pertama untuk membangun pendidikan ramah disabilitas adalah menghapus stigma. Rasulullah ﷺ selalu menunjukkan sikap penuh empati terhadap mereka yang memiliki keterbatasan. Dalam banyak riwayatnya, beliau mendekat, menyapa, dan bahkan memberikan tugas mulia kepada sahabat penyandang disabilitas.

Salah satu kisahnya adalah ketika Rasulullah mempercayakan Abdullah bin Ummu Maktum, seorang sahabat tunanetra, sebagai muadzin dan pemimpin shalat ketika ia bepergian. Kisah ini mengajarkan bahwa keterbatasan fisik tidak pernah menghalangi seseorang untuk berkontribusi. Oleh karena itu, guru dan teman sebaya perlu membiasakan sikap saling menghormati, mendengarkan, dan membantu tanpa basa-basi. Dengan demikian, pendidikan ramah penyandang disabilitas akan tumbuh bersama kesadaran bahwa perbedaan adalah rahmat, bukan hambatan.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Menerapkan Prinsip Pendidikan Inklusif dalam Islam

Pendidikan inklusif mengajak semua anakbaik yang memiliki disabilitas maupun maupun tidak untuk belajar dengan dukungan yang tepat. Prinsip ini sejalan dengan konsep ukhuwwah insaniyyah (persaudaraan kemanusiaan) dalam Islam.

Rasulullah ﷺ selalu mengajarkan kita untuk memudahkan urusan orang lain. Beliau bersabda,

"ومن يسر على مؤمن في الدنيا يسر الله عليه في الدنيا والآخرة".

“Barangsiapa memudahkan urusan seorang mukmin di dunia, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Dalam pendidikan, kita bisa mengajarkan ajaran ini dengan menciptakan lingkungan belajar yang mudah diakses baik dari segi fasilitas, metode pengajaran, maupun sikap penerimaan.

Menguatkan Peran Guru dan Orang Tua

Guru memegang peran penting dalam membangun pendidikan ramah disabilitas. Mereka perlu mengenali karakter dan kebutuhan setiap anak. Mereka juga bisa menyesuaikan metode pembelajaran, misalnya menggunakan media visual untuk anak tunarungu atau memberikan penjelasan verbal yang jelas untuk anak tunanetra.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Orang tua pun memikul tanggung jawab besar. Mereka harus memberikan dukungan emosional, melatih kemandirian anak, dan menumbuhkan rasa percaya diri. Doa dan motivasi yang tulus dari keluarga akan menjadi bahan bakar yang luar biasa bagi anak untuk terus berkembang.

Menyediakan Fasilitas dan Akses yang Adil

Pendidikan ramah penyandang disabilitas tidak hanya menuntut hati yang lapang, namun juga fasilitas yang memadai. Sekolah perlu menyediakan jalur kursi roda, buku braille, guru pendamping, dan teknologi bantu pembelajaran. Dalam pandangan Islam, kita menyebut upaya ini sebagai bagian dari ihsan (berbuat baik) yang Allah perintahkan kepada seluruh umat.

Allah berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” (QS. Al-Maidah: 2). Memberikan akses yang adil berarti kita menjalankan perintah Allah untuk saling membantu dalam kebaikan.

Dengan mewujudkan pendidikan ramah disabilitas, kami menanamkan nilai kasih sayang, empati, dan kesetaraan sejak dini. Anak-anak tanpa disabilitas yang belajar bersama teman penyandang disabilitas akan tumbuh dengan jiwa sosial yang tinggi. Mereka terbiasa memandang perbedaan sebagai hal yang wajar dan indah.

Sementara itu, anak-anak penyandang disabilitas yang mendapat dukungan akan memiliki peluang lebih besar untuk mandiri, percaya diri, dan berkontribusi pada masyarakat. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak manusia yang bermanfaat bagi sesama, apapun kondisinya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Pendidikan Sebagai Jalan Ibadah

Pendidikan ramah penyandang disabilitas bukan hanya soal teknik mengajar atau kebijakan sekolah. Lebih dari itu, ia adalah wujud nyata pengamalan ajaran Islam tentang kemanusiaan, keadilan, dan rahmat. Menghargai dan mendukung anak penyandang disabilitas berarti kita menjalankan amanah Allah untuk menjaga dan memuliakan kehidupan.

Jika setiap guru, orang tua, dan masyarakat berkomitmen mewujudkan pendidikan ramah disabilitas, kita akan membangun sekolah yang inklusif dan menciptakan peradaban yang penuh rahmat. Inilah misi Rasulullah ﷺ di muka bumi: membawa kasih sayang bagi seluruh alam.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement