SURAU.CO – Di setiap kampung atau kompleks perumahan, hubungan dengan tetangga adalah salah satu cermin akhlak kita. Meski terdengar sederhana, sikap terhadap tetangga menentukan keharmonisan lingkungan. Kitab Akhlaq lil Banin karya Umar bin Ahmad Baraja, yang sudah menjadi rujukan di banyak madrasah dan pesantren, membicarakan hal ini secara khusus, menekankan pentingnya adab sejak masa kanak-kanak.
Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama besar abad ke-20 yang lahir di Hadhramaut, Yaman, dan kemudian menetap di Indonesia. Ia dikenal sebagai pengajar budi pekerti yang menulis kitab Akhlaq lil Banin untuk membentuk akhlak anak-anak Muslim. Kitab ini digunakan luas di sekolah-sekolah Islam dan pesantren, khususnya di Asia Tenggara, karena bahasa dan isinya mudah dipahami.
Buku ini ibarat peta jalan akhlak, mengajarkan dari hal-hal sederhana seperti kebersihan diri, cara berbicara, hingga etika sosial seperti menghormati tetangga. Dalam khazanah Islam, Akhlaq lil Banin menempati posisi sebagai kitab pembinaan karakter praktis yang menanamkan nilai-nilai Qur’ani dan hadits ke dalam keseharian anak.
1. Nasihat tentang Menjaga Hubungan dengan Tetangga
Umar bin Ahmad Baraja menulis:
يَا بُنَيَّ، أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ، وَاحْتَرِمْهُ، وَلا تُؤْذِهِ، فَإِنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ»
Artinya:
“Wahai anakku, berbuat baiklah kepada tetanggamu, hormatilah ia, dan jangan mengganggunya. Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: ‘Jibril terus menerus berwasiat kepadaku tentang tetangga, hingga aku mengira ia akan mendapat hak waris’.”
Pesan ini menegaskan bahwa menghormati tetangga bukan sekadar norma sosial, tetapi ajaran yang mendapat penekanan langsung dari wahyu. Mengganggu tetangga, sekecil apapun, bisa memutus tali silaturahmi dan menimbulkan permusuhan.
2. Mengukur Keimanan lewat Sikap kepada Tetangga
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ» – رواه البخاري ومسلم.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah ia mengganggu tetangganya.”
Bagi Umar bin Ahmad Baraja, hadits ini menjadi pedoman moral bagi anak-anak. Iman bukan hanya dibuktikan dengan ibadah, tapi juga lewat interaksi sosial yang baik. Dalam kehidupan modern, tetangga bisa saja berbeda agama, suku, atau latar belakang. Sopan santun menjadi jembatan yang memperkuat persatuan.
3. Sopan Santun yang Membawa Kedamaian
Sikap sopan kepada tetangga meliputi: tidak membuat kebisingan yang mengganggu, menyapa dengan ramah, menolong saat mereka kesulitan, dan menjaga rahasia mereka.
Di kampung, hal ini bisa berarti membantu saat hajatan, ikut menjaga keamanan lingkungan, atau sekadar mengirim makanan ketika ada rezeki lebih. Di kota besar, mungkin berarti menahan suara musik keras, atau tidak memarkir kendaraan sembarangan.
Nilainya sama menjaga ketentraman hati orang lain.
Hikmah untuk Kita
Adab kepada tetangga adalah investasi sosial. Hubungan baik dengan tetangga membuat hidup lebih aman, nyaman, dan penuh keberkahan. Umar bin Ahmad Baraja mengingatkan bahwa mengganggu tetangga berarti merusak salah satu tanda keimanan.
Mari kita renungkan: sudahkah kita menjadi tetangga yang dirindukan kehadirannya atau justru dihindari? Semoga Allah menjadikan kita pribadi yang membawa kedamaian di lingkungan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
