Kisah
Beranda » Berita » Abu Bakar as-Shiddiq: Sahabat Rasulullah yang Paling Berilmu

Abu Bakar as-Shiddiq: Sahabat Rasulullah yang Paling Berilmu

abu bakar ash-shiddiq
ilustrasi AI (sumber:chatgpt.com)

SURAU.CO – Dari Abu  Said al Khudri berkata “Suatu ketika Rasulullah berkhutbah dan berkata Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada pada  sisi-Nya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.”

Maka Abu Bakar menangis mendengar ini, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah  Rasulullah sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami.

Abu Bakar sahabat utama Rasulullah

Rasululah bersabda:

Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenaNya. Maka jangan ditinggal pintu kecil  masjid selain pintu Abu bakar saja.

Dari ‘Aisyah istri Rasulullah ia berkata:

Hakim ibn Hizam ibn Khuwailid : Sahabat yang Terlahir Dalam Ka’bah

Ketika Rasululullah wafat Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang  bernama Sunuh ,  maka Umar berdiri dan berpidato:

“Demi Allah sesungguhnya Rasulullah tidak meninggal.”

Kemudian Umar berkata, “Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akan membangkitkannya dan akan kupotong kaki dan tangan mereka bagi yang menyatakan Rasulullah sudah meninggal.”

Kemudian datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah rasulullah serta menciumnya sambil berkata,

“Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harumnya dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang aku berada di tanganNya mustahil Allah akan menimpakan kepadamu dua kali kematian selama-lamanya.”

Al-Aqra ibn Habis : Memeluk Islam Setelah Beradu Syair

Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, “Wahai yang telah bersumpah, tahanlah bicaramu!”

Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata:

Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad, maka beliau sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesunggunya Allah akan tetap hidup, tidak pernah mati.

Kemudian beliau membacakan ayat:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).”

Anas ibn al-Nadhar : Sahabat yang Mencium Wangi Surga

(Azzumar:30)

Dan beliau membacakan ayat:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

(Ali Imran:144)

Setelah pidato Abu Bakar, Ismail berkata,” Maka manusia mulai menangis terisak-isak.”

Abu Bakar Khalifah Pertama

Sepeninggal wafat Rasulillah kemudian sahabat Rasulullah dari kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Bani Sa’idah dan mereka berpendapat, “Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga sorang amir.”

Maka segera Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majlis mereka,

Umar berbicara tetapi Abu Bakar menyuruhnya diam,  Umar berkata”Demi Allah sebenarnya Aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan Abu Bakar tidak akan menyampaikannya.”

Kemudian Abu Bakar beridato dan perkataannya sungguh mengena, beliau berkata:

“Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir”.

Maka Hubab bin Munzir berkata, “Tidak, Demi Allah kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.”

Abu Bakar menjawab, “ Tidak, tetapi Kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi Wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisyi) yang paling mulia kedudukannya pada bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar ataupun Abu Ubaidah.”

Maka spontan Umar menjawab

Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai’at engkaulah Pemimpin kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling Rasulullah cintai daripada kami.

Maka Umar segera meraih tangandan membai’atnya akhirnya orang-orang pun turut membai’atnya pula.

Dari  riwayat ‘Aisyah ia berkata, “Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar), kecuali Allah jadikan bermanfaat untuk manusia.”

Sosok Umar yang tegas berhasil membuat orang munafik yang menyusup ke kaum Muslimin takut padanya. Umar dengan kepribadiannya  menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar, sahabat utama Rasulullah  berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajibannya. Abu Bakar berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasulullah. (St.Diyar)

Referensi:

Ibnu Katsir, Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin, Darul Haq: Jakarta,2004.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement