SURAU.CO – Pada Januari 2025, pemerintah Indonesia meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan anggaran sebesar Rp 71 triliun. Pemerintah merancang program ini untuk menyasar anak-anak dan ibu hamil—dua kelompok yang paling rentan terhadap dampak buruk kekurangan gizi. Melalui kebijakan ini , pemerintah ingin mengurangi stunting, memperbaiki kualitas kesehatan generasi mendatang, serta menekan angka kemiskinan. Jika ditinjau dari sudut ajaran Islam , ikhtiar ini mencerminkan semangat rahmatan lil ‘alamin , karena Islam mendorong umatnya untuk menolong mereka yang lemah dan membutuhkan.
Memberi Makan: Amal yang Bernilai Ibadah
Dalam perspektif Islam , memberi makan menjadi salah satu amal mulia yang Allah sebutkan berulang kali dalam Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (seraya berkata): ‘sebenarnya kami memberi makanan kepada Anda hanyalah karena mengharap keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.’ (QS. Al-Insan: 8–9)
Ayat ini menegaskan bahwa memberi makan bukan sekedar tindakan sosial, melainkan ibadah yang bernilai sangat tinggi di sisi Allah. Oleh karena itu , para pemangku kebijakan dan pelaksana program perlu menjalankan MBG dengan penuh kewenangan dan tanggung jawab. Jangan sampai mereka menjadikan program ini ajang pencitraan atau ladang proyek bagi segelintir pihak yang tidak amanah.
Tantangan: Distribusi dan Pengawasan
Meski niat pemerintah sangat baik, pelaksanaan MBG tentu menghadirkan tantangan yang tidak kecil, terutama dalam aspek distribusi. Tanpa sistem yang tepat , aparat saja tidak bisa mendistribusikan makanan secara adil. Akibatnya, mereka yang benar-benar membutuhkan justru terabaikan, sementara yang malah tidak mampu menerima manfaat.
Dalam hal ini , Islam menempatkan prinsip keadilan sebagai hal yang utama. Rasulullah SAW bersabda:
“إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملاً أن يتقنه”
“Sesungguhnya Allah mencintai ketika salah seorang di antara kalian melakukan pekerjaan, ia menyempurnakannya.” (HR.Thabrani)
Hadis ini menekankan bahwa setiap amal harus dilaksanakan dengan rapi dan tuntas. Untuk itu , pemerintah perlu mengumpulkan data secara akurat dengan melibatkan tokoh masyarakat, lembaga zakat, serta organisasi keislaman. Tujuannya agar proses distribusi berjalan adil, merata, dan transparan.
Di sisi lain , pengawasan menjadi faktor krusial. Jika pengawasan lemah, maka berbagai bentuk penyelewengan bisa saja terjadi—mulai dari pengadaan makanan yang tidak layak hingga praktik korupsi anggaran. Allah SWT mengingatkan:
“يا أيها الذين آمنوا لا تخونوا الله والرسول وتخونوا أماناتكم وأنتم تعلمون”
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hidup bersama Allah dan Rasul (Muhammad) serta (janganlah) kamu hidup amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal : 27)
Harapan: Mengurangi Kesenjangan Sosial
Melalui MBG , pemerintah berupaya mengurangi kesenjangan sosial yang selama ini menjadi jurang antara si miskin dan si kaya. Ketika anak-anak dari keluarga miskin mendapatkan asupan gizi yang baik, mereka memiliki peluang untuk tumbuh sehat dan cerdas. Dengan begitu , masa depan mereka akan lebih cerah, dan kontribusinya bagi bangsa pun meningkat.
Namun demikian , kita tidak bisa menggantungkan perubahan hanya pada program makan gratis. Pemerintah dan masyarakat harus mengiringi program ini dengan pendekatan yang lebih holistik. Misalnya , melalui edukasi gizi di sekolah, penguatan ekonomi keluarga, serta peningkatan kualitas layanan publik.
Perlu Keberlanjutan, Bukan Sekadar Proyek Musiman
Rasulullah SAW bersabda:
إن أحب الأعمال إلى الله أدومها وإن قلَّت” (رواه البخاري ومسلم)”
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberikan pesan penting bahwa keinginan lebih utama daripada gebrakan sesaat. Dengan demikian, program MBG perlu dijaga agar tidak hanya menjadi proyek saat yang ramai di awal, lalu redup di tengah jalan. Sebaliknya, pemerintah harus merancang sistem anggaran, SDM, dan infrastruktur yang memungkinkan program ini berjalan secara berkesinambungan. Yang lebih penting lagi, program ini tidak boleh bergantung pada masa jabatan atau kepentingan politik siapa pun.
Makan Bergizi, Hidup Lebih Berkahi
Pada akhirnya, Program Makan Bergizi Gratis bisa menjadi pintu masuk menuju masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera. Namun , kita hanya bisa meraih keberkahannya jika menjalankannya dengan niat yang tulus, pelaksanaan yang profesional, serta berpihak pada prinsip keadilan sosial.
Mari kita bersama-sama menjadikan MBG bukan sekadar program pemerintah, tetapi juga ladang amal bagi seluruh umat. Semoga melalui ikhtiar ini, Allah SWT membukakan pintu keberkahan bagi bangsa Indonesia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.