Sesungguhnya Pertolongan Allah Itu Dekat: Refleksi dari QS. Al-Baqarah: 214.
Dalam hidup ini, tidak ada satu pun insan yang luput dari ujian. Ujian datang dalam berbagai bentuk: kesulitan ekonomi, konflik dalam keluarga, penyakit yang menahun, kehilangan orang yang dicintai, hingga tantangan dalam berdakwah atau memperjuangkan kebenaran. Semua itu adalah bagian dari sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Namun, di balik semua itu, ada janji yang begitu indah dari Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 214:
“Alaa inna nashrallahi qarib” “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
Ayat ini seperti cahaya yang menembus kabut tebal kehidupan. Ia menjadi pengingat bahwa dalam gelapnya malam, masih ada fajar yang akan datang. Dalam beratnya beban hidup, masih ada bahu yang menopang. Dan dalam segala kesempitan, masih ada jalan keluar yang Allah sediakan.
Ujian adalah Keniscayaan
Dalam konteks QS. Al-Baqarah: 214, ayat ini turun untuk mengingatkan kaum Muslimin tentang kenyataan bahwa jalan menuju surga itu tidak mudah. Para nabi, orang-orang saleh, bahkan para sahabat Rasulullah ﷺ sendiri pun mengalami ujian yang luar biasa berat. Sebagaimana Allah firmankan dalam bagian sebelumnya dari ayat tersebut:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’”
Betapa realistis dan jujurnya Al-Qur’an. Ia tidak menyembunyikan fakta bahwa hidup di dunia ini penuh ujian. Bahkan Rasul pun sampai bertanya, “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Namun kemudian, datang jawaban dari langit:
“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
Menggenggam Harapan di Tengah Ujian
Ketika seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, ayat ini adalah pelita yang menyala dalam hatinya. Ia menenangkan jiwa yang resah, menguatkan hati yang rapuh, dan membangkitkan harapan yang mulai padam.
Seseorang yang sedang berjuang melawan penyakit mungkin bertanya-tanya: “Kapan kesembuhan ini akan datang?”
Seorang ayah yang berusaha menafkahi keluarganya dalam himpitan ekonomi mungkin bertanya: “Kapan rezeki ini dilapangkan?” Seorang istri yang bertahan dalam rumah tangga yang penuh ujian mungkin berdoa: “Kapan keadilan dan ketenangan akan datang?”
Jawabannya satu: Pertolongan Allah itu dekat. Tapi, kedekatan itu bukan semata soal waktu, melainkan tentang keyakinan. Orang yang yakin, akan melihat dekatnya pertolongan Allah meski kenyataan tampak sebaliknya. Ia percaya, sebagaimana Nabi Musa percaya saat terdesak di tepi Laut Merah dan berkata:
“Sekali-kali tidak akan tersusul! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62)
Kesabaran: Kunci Menanti Pertolongan
Dalam menanti pertolongan Allah, kita dituntut untuk sabar. Sabar bukanlah pasrah tanpa usaha. Sabar adalah aktif, terus bergerak meski tertatih, terus berharap meski belum tampak hasil. Sabar adalah saat kita tetap taat kepada Allah, tetap menjaga lisan dari keluhan, dan tetap memperbaiki diri walau badai belum reda.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
> “Kesabaran itu ada tiga: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar terhadap takdir yang menyakitkan.”
Ketiganya perlu dirawat. Ketiganya perlu dibiasakan. Karena di situlah letak kekuatan seorang mukmin.
Daun Kering dan Musim Gugur
Sehelai daun maple yang menguning, dipetik dan diangkat oleh sebuah tangan. Daun yang berguguran adalah simbol musim gugur, musim yang indah, tapi juga pertanda bahwa kehidupan akan memasuki fase dingin dan sepi. Namun justru dari situ, Allah ajarkan pelajaran: bahwa semua musim itu indah pada waktunya, sebagaimana setiap ujian punya waktunya sendiri untuk berakhir.
Kita tidak bisa mempercepat musim semi, tapi kita bisa mempersiapkan diri selama musim dingin. Kita tidak bisa memaksa datangnya pertolongan Allah, tapi kita bisa memperkuat diri agar layak menerimanya.
Sehelai daun yang lepas dari pohonnya tidak jatuh tanpa izin-Nya. Apalagi kehidupan kita yang jauh lebih mulia dari daun. Allah lebih tahu waktu terbaik untuk menolong kita.
Mengapa Pertolongan Allah Terlihat Lambat?
Kadang kita merasa pertolongan Allah terlambat datang. Tapi hakikatnya bukan terlambat, melainkan kita yang belum siap menerimanya. Allah ingin membersihkan jiwa kita terlebih dahulu, agar ketika pertolongan itu datang, kita benar-benar mensyukuri dan menjaganya.
Boleh jadi juga, Allah sedang ingin mendengar lebih banyak doa kita. Ia rindu tangisan kita di malam hari. Ia ingin kita lebih dekat, lebih bersandar hanya kepada-Nya. Bukankah terkadang manusia hanya bersungguh-sungguh mencari Allah saat ia benar-benar merasa tak punya siapa-siapa?
Maka jangan menyerah. Jangan putus asa. Jangan berhenti berdoa.
> “Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.” (QS. Ghafir: 60)
Kesimpulan: Ayat QS. Al-Baqarah: 214 ini adalah sumber kekuatan. Ia adalah obat untuk jiwa-jiwa yang sedang lelah dan luka. Ia adalah jembatan harapan di tengah runtuhnya harapan dunia. Ketika semua terasa mustahil, ayat ini mengingatkan bahwa Allah tidak pernah pergi. Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Menolong.
Maka peganglah erat janji-Nya: “Alaa inna nashrallahi qarib” “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang sabar dan yakin. Hamba yang tak goyah walau diuji, dan tetap bersyukur meski belum menerima apa yang kita harapkan. Karena bersama sabar dan yakinlah, pertolongan Allah akan datang tepat waktu—dengan cara terbaik yang hanya Allah yang tahu. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
