Ibadah
Beranda » Berita » Keutamaan Sedekah di Bulan Shafar: Menanam Benih Keberkahan di Ladang Tak Terlihat

Keutamaan Sedekah di Bulan Shafar: Menanam Benih Keberkahan di Ladang Tak Terlihat

Keutamaan Sedekah di Bulan Shafar: Menanam Benih Keberkahan di Ladang Tak Terlihat

Keutamaan Sedekah di Bulan Shafar: Menanam Benih Keberkahan di Ladang Tak Terlihat.

 

Setiap bulan dalam kalender hijriah memiliki nilai dan keutamaannya masing-masing. Bulan Shafar, yang datang setelah Muharram, seringkali disalahpahami oleh sebagian masyarakat sebagai bulan kesialan, bulan penuh musibah, atau bulan yang tidak baik untuk memulai sesuatu. Padahal, tidak ada dalil shahih dari Al-Qur’an maupun Hadits yang menyatakan demikian. Rasulullah ﷺ sendiri telah menegaskan bahwa keyakinan buruk terhadap bulan tertentu adalah bentuk thiyarah (takhayul), yang termasuk dalam syirik kecil.

Alih-alih menjauhi bulan ini, justru bulan Shafar bisa menjadi ladang amal yang luas, salah satunya dengan bersedekah. Sedekah adalah ibadah yang tidak mengenal waktu. Namun, memperbanyak sedekah di bulan-bulan yang dianggap ‘kurang baik’ oleh sebagian orang dapat menjadi upaya meluruskan akidah dan memurnikan ibadah kita kepada Allah.

Sebagaimana yang tertulis:
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ayat ini tidak hanyalah menjanjikan pahala berlipat ganda, namun juga menggambarkan efek domino dari satu amal kebaikan. Seperti biji yang tumbuh dan berkembang menjadi pohon besar yang menghasilkan ribuan biji lain, demikian pula sedekah—ia tidak hanya menyentuh satu jiwa, tapi bisa menghidupkan banyak hati.

Mengapa Sedekah di Bulan Shafar?

1. Meluruskan Keyakinan yang Menyimpang
Masih ada sebagian masyarakat yang menghindari acara penting, seperti pernikahan atau perjalanan besar, di bulan Shafar karena mitos dan tradisi turun-temurun. Memberi sedekah di bulan ini menjadi bentuk perlawanan spiritual terhadap kepercayaan tak berdasar tersebut.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah (tahayul), tidak ada hantu (hama), dan tidak ada kesialan pada bulan Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan bersedekah di bulan Shafar, kita menyatakan bahwa segala yang terjadi hanyalah atas izin Allah. Sedekah menjadi deklarasi iman bahwa tidak ada bulan sial—yang ada hanya bulan yang penuh peluang untuk memperbaiki diri.

2. Menjadi Penolak Bala dan Penarik Berkah
Sedekah adalah salah satu sebab tertolaknya musibah. Dalam hadits disebutkan:
“Bersegeralah bersedekah, karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.” (HR. Baihaqi)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Bulan Shafar bisa jadi waktu terbaik untuk memperkuat ikhtiar batin agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Bukan karena Shafar itu membawa sial, tetapi karena sedekah membawa berkah dan perlindungan Allah.

3. Menumbuhkan Kepedulian Sosial
Seperti dalam foto yang ditampilkan oleh WMI Jabar, terlihat para remaja putri yang sedang belajar membaca Al-Qur’an. Lembaga seperti ini tentu membutuhkan dukungan dana untuk operasional, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan. Sedekah kita bisa menjadi bahan bakar untuk menyalakan semangat belajar generasi muda. Kita mungkin tidak berada di sana untuk mengajar, tapi sedekah kita bisa membuka jalan bagi mereka menuju masa depan yang lebih cerah.

Sedekah: Investasi Abadi

Satu butir benih bisa menghasilkan tujuh tangkai, dan dari masing-masing tangkai muncul seratus biji. Dalam logika manusia, ini adalah penggandaan yang mustahil. Tapi dalam logika keimanan, ini adalah janji Allah yang tidak mungkin salah. Karena itu, sedekah bukan hanya bentuk empati, tapi juga investasi paling aman dan menguntungkan untuk kehidupan abadi kelak.

Ada kisah seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah ﷺ dengan membawa satu buah kurma untuk disedekahkan. Ia berkata: “Ya Rasulullah, aku hanya punya ini.”
Namun Rasulullah ﷺ menyambutnya dengan penuh gembira, bahkan mengisyaratkan bahwa sedekah satu kurma itu bisa lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud, bila dilakukan dengan penuh keikhlasan.

Inilah keindahan Islam—amal yang kecil, bila niatnya besar, bisa menjadi lautan pahala.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Anak-Anak dan Sedekah: Menumbuhkan Generasi Dermawan

Melihat anak-anak muda dalam gambar itu, kita teringat pada pentingnya mendidik generasi sejak dini tentang makna berbagi. Jangan tunggu mereka dewasa untuk diajarkan sedekah. Justru sejak kecil mereka perlu dikenalkan bahwa sebagian dari rezeki kita adalah hak orang lain.

Berikan celengan khusus di rumah, ajak mereka menyisihkan uang jajan, atau biarkan mereka melihat langsung proses menyerahkan bantuan ke panti asuhan atau rumah tahfidz.

Tanamkan bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Jika anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang menghargai sedekah, maka bangsa ini akan memiliki masa depan yang lebih cerah—bukan hanya secara ekonomi, tapi secara moral dan spiritual.

Bersedekah, Bukan Menunggu Kaya

Sering kali orang menunda bersedekah karena merasa belum cukup kaya. Tapi justru bersedekahlah agar kau diperkaya oleh Allah. Bersedekahlah walau sedikit. Bahkan senyum, kata yang baik, dan sehelai roti bisa menjadi sedekah yang menyelamatkan.

Sedekah tidak diukur dari jumlah, tapi dari kerelaan hati. Ada orang yang bersedekah sejuta rupiah, tapi masih merasa itu kurang.

Ada pula yang bersedekah seribu rupiah, tapi ia merasa telah memberikan segalanya kepada Allah. Inilah yang membedakan amal yang diterima dan yang tertolak—bukan nominalnya, tapi ketulusan dan pengharapannya.

Sedekah: Amalan yang Menyertai Hingga Alam Kubur

Ketika manusia wafat, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga:

Sedekah jariyah.
Ilmu yang bermanfaat.
Anak saleh yang mendoakannya.

Bayangkan, satu sedekah untuk mushaf Al-Qur’an, satu sajadah di masjid, satu sumbangan untuk pesantren tahfidz—semua itu terus mengalirkan pahala, bahkan saat tubuh kita telah menyatu dengan tanah. Maka jangan tunda. Jadilah pemilik saham akhirat hari ini juga.

Penutup: Mari Bangkitkan Semangat Sedekah di Bulan Shafar

Bulan Shafar bukan bulan kesialan, melainkan bulan peluang. Peluang untuk membuktikan bahwa kita percaya kepada janji Allah, bukan pada mitos dan tahayul. Mari hidupkan bulan ini dengan semangat infak dan sedekah, karena:

Ia meluruskan akidah.
Ia memperluas rezeki.
Ia menolak bala.
Ia menyuburkan ladang pahala.
Ia menumbuhkan jiwa dermawan dalam generasi kita.

Sebagaimana satu biji yang bisa melahirkan tujuh ratus biji lainnya, demikian pula setiap sedekah yang ikhlas, kelak akan kembali kepada kita dalam bentuk yang tak terbayangkan. Dunia mungkin tak mencatatnya, tapi langit menyimpannya dalam buku amal yang tidak akan pernah salah hitung.

> “Tidak akan berkurang harta karena sedekah.” (HR. Muslim)

Bersedekahlah hari ini. Bukan karena kamu punya lebih, tapi karena kamu tahu bahwa Allah yang Maha Kaya telah menjanjikan balasan yang lebih. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement