Bahaya Sifat Tamak dan Solusinya: Jebakan Dunia yang Melalaikan
SURAU.CO – Dunia ini terhampar dengan segala pesonanya yang memikat. Harta yang melimpah, kedudukan yang terhormat, popularitas yang menyilaukan, dan berbagai kenikmatan lainnya menjadi ujian bagi setiap hati manusia. Semua itu laksana fatamorgana di tengah padang pasir. Terlihat indah dari kejauhan, namun bisa menjerumuskan jika terus dikejar. Ketika seseorang tidak lagi mampu mengendalikan gejolak keinginannya, maka benih penyakit hati akan tumbuh subur. Penyakit itu adalah tamak atau rakus terhadap dunia. Dalam ajaran Islam, tamak adalah sebuah wabah spiritual yang sangat berbahaya. Ia dapat menyeret seseorang ke jurang kehancuran, baik di kehidupan dunia yang fana maupun di akhirat yang abadi.
Saya sering kali merenung, betapa canggihnya jebakan dunia ini. Ia tidak hanya datang dalam bentuk kemewahan yang vulgar. Terkadang, ia menyelinap melalui dalih “mengejar impian” atau “mengamankan masa depan”. Tanpa sadar, kita terus berlari dalam sebuah perlombaan tanpa garis finis. Paham tamak ini mengikis kebahagiaan sejati dari dalam. Oleh karena itu, mengenali hakikat tamak dan bahayanya adalah langkah awal yang krusial. Ini adalah upaya untuk menyelamatkan hati kita dari belenggu dunia yang memperdaya.
Mengupas Hakikat Tamak: Penyakit Hati yang Tak Pernah Kenal Puas
Untuk melawannya, kita harus terlebih dahulu memahami apa itu tamak. Tamak bukanlah sekadar keinginan untuk memiliki sesuatu. Ia adalah sebuah hasrat yang berlebihan terhadap harta benda atau kenikmatan duniawi. Hasrat ini selalu disertai dengan perasaan tidak pernah puas yang kronis. Orang yang hatinya telah terjangkit penyakit tamak akan terus-menerus mengejar dunia. Ia tidak lagi memiliki kompas moral. Baginya, batasan antara yang halal dan yang haram menjadi kabur. Ia bahkan rela mengorbankan hal-hal yang paling berharga. Waktu bersama keluarga, kehormatan diri, persahabatan, hingga puncaknya, agamanya sendiri bisa ia gadaikan demi memuaskan nafsu duniawinya.
Rasulullah SAW memberikan sebuah perumpamaan yang sangat tajam. Perumpamaan ini menggambarkan dengan sempurna betapa tidak terbatasnya nafsu manusia terhadap dunia. Beliau bersabda:
“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, niscaya dia menginginkan dua lembah emas. Dan tidak akan memenuhi mulut anak Adam kecuali tanah (kematian). Allah menerima taubat orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini adalah cermin bagi kita semua. Ia menunjukkan bahwa tanpa kendali iman, hati manusia tidak akan pernah merasa cukup. Kepuasan material hanyalah ilusi yang bersifat sementara. Setelah satu keinginan terpenuhi, akan muncul keinginan baru yang lebih besar. Siklus ini akan terus berlanjut tanpa henti. Satu-satunya yang bisa menghentikan kerakusan ini hanyalah kematian. Sungguh, sebuah pengingat yang sangat kuat bahwa sifat tamak adalah sebuah jurang tanpa dasar.
Rantai Kehancuran: Dampak Buruk Sifat Tamak bagi Individu dan Sosial
Bahaya dari sifat tamak tidak berhenti pada satu titik. Ia melahirkan sebuah rantai kehancuran yang merusak berbagai aspek kehidupan. Dampak pertama dan yang paling mendasar adalah ia akan mematikan rasa syukur. Seseorang yang tamak akan selalu fokus pada apa yang tidak ia miliki. Akibatnya, ia menjadi buta terhadap jutaan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Padahal, rasa syukur adalah kunci utama untuk membuka pintu ketenangan dan keberkahan hidup. Tanpa rasa syukur, hidup akan terasa hampa dan penuh keluh kesah.
Selanjutnya, sifat tamak akan dengan mudah menjerumuskan pelakunya ke dalam perbuatan haram. Demi mendapatkan apa yang diinginkan, ia tidak akan segan untuk melakukan korupsi. Ia berani mengambil riba, menipu dalam timbangan, atau bahkan menzalimi hak orang lain. Pada puncaknya, tamak akan membutakan hati dari tujuan hidup yang sebenarnya. Yaitu, beribadah kepada Allah dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Seluruh energi dan waktunya habis untuk mengejar dunia. Ia lupa bahwa hidup ini hanyalah sementara. Allah SWT berfirman:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur: 1–2)
Ayat ini adalah sebuah tamparan keras. Manusia sering kali terlena dalam perlombaan menumpuk harta dan status. Mereka baru tersadar ketika ajal telah menjemput dan semuanya harus ditinggalkan. Selain merusak diri sendiri, tamak juga menghancurkan hubungan sosial. Orang yang tamak cenderung menjadi sangat egois. Ia akan dipenuhi rasa iri dan dengki terhadap kesuksesan orang lain. Ia juga akan menjadi sangat kikir dan sulit untuk berbagi. Perilaku seperti ini tentu akan merusak keharmonisan dalam masyarakat dan memicu berbagai konflik.
Menemukan Penawar: Jalan Keluar dari Jeratan Tamak Menurut Islam
Meskipun penyakit tamak ini sangat berbahaya, Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan resep penawarnya. Solusi utama untuk melawan tamak adalah dengan menumbuhkan sifat qana’ah. Qana’ah berarti merasa cukup dan rida dengan apa yang telah Allah berikan. Ini bukanlah sikap pasrah yang pasif. Melainkan, ini adalah sebuah kekayaan hati yang sesungguhnya. Orang yang memiliki sifat qana’ah akan merasakan ketenangan jiwa, meskipun hartanya tidak seberapa.
Untuk menumbuhkan sifat qana’ah, ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan. Pertama, perbanyaklah zikir dan mengingat kematian. Dengan menyadari bahwa hidup ini sangat singkat, fokus kita akan bergeser. Dari sekadar menumpuk dunia, menjadi memperbanyak amal untuk bekal di akhirat. Kedua, biasakanlah untuk bersedekah dan berbagi. Sedekah adalah latihan spiritual yang sangat efektif. Ia melatih jiwa kita untuk melepaskan keterikatan pada harta. Ia juga membasmi sifat kikir dan egois yang menjadi akar dari ketamakan.
Terakhir, dan yang paling fundamental, adalah dengan meluruskan kembali orientasi hidup kita. Jadikanlah akhirat sebagai tujuan utama. Dunia ini hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Kita boleh bekerja dan berusaha untuk mencari rezeki di dunia. Namun, jangan biarkan kecintaan pada dunia itu masuk dan menguasai hati kita. Letakkanlah dunia cukup di genggaman tangan, jangan sampai ia memenuhi rongga dada kita.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.